Pertemuan Menlu G7; Medan Lain Pertikaian Barat
-
Kelompok G7
Pertemuan tingkat menteri luar negeri G7 di Perancis menghadapi banyak masalah dan tantangan, termasuk tidak hadirnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan tidak tercapai kesepakatan di antara anggota tentang masalah Timur Tengah, terutama masalah Palestina dan Iran.
Pertemuan dua hari Kelompok G7 diselenggarakan di mana dunia dihadapkan dengan tantangan besar, seperti dimulainya kembali kerusuhan dan bentrokan di Libya, kebuntuan Brexit di Inggris dan tindakan kontroversial Amerika Serikat pada masalah Palestina dan dukungan resmi pemerintah Trump terkait kepemilikan rezim Zionis Israel atas Dataran Tinggi Golan milik Suriah.

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat absen dalam pertemuan kelompok G7 yang menggambarkan banyak dari ketidakhadiran ini sebagai indikasi bahwa pemerintah Trump berusaha membuat kelompok G7 "kurang penting" dalam daftar prioritasnya. Seorang diplomat di Perancis mengatakan, "Pompeo dengan ketidakhadirannya telah mengirim pesan yang isinya, "Saya memiliki hal-hal yang lebih baik untuk dilakukan."
Faktanya, tidak adanya menteri luar negeri AS telah menekankan berlanjutnya unilateralisme Washington. Sejak kedatangan Donald Trump ke Gedung Putih, hubungan AS-Eropa semakin menegang. Trump berusaha mengejar kebijakan unilateralisme dan pedoman yang sepenuhanya tirani dengan memaksakan pendekatan dan berbagai keinginan para mitra Eropa mereka. Sementara itu, mitra-mitra Eropa dari Amerika Serikat yang tidak menyerah pada tuntutan Trump menyebabkan ia dengan keputusan sepihak terkait masalah-masalah internasional justru memaksa Trump menerapkan kebijakan unilateralisme lebih intens. Ini masalah yang menimbulkan kemarahan mitra Eropa Washington.
Tindakan Trump pada masalah-masalah seperti keluar dari perjanjian Paris tentang perubahan iklim, penarikan diri dari kesepakatan nuklir Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), peluncuran perang dagang dan menaikkan tarif selama beberapa bulan terakhir dan pada saat ini, pengakuan kepemilikan Zionis Israel atas Dataran Tinggi Golanm menyebabkan munculnya kritik keras negara-negara anggota G7.
Kesenjangan yang tumbuh semakin lebar antara Amerika Serikat dan anggota lain dari kelompok G7 telah menyebabkan beberapa analis menggunakan istilah kelompok "6 + 1" ketimbang G7.
Pada pertemuan menteri-menteri luar negeri kelompok G7 di Perancis, perbedaan pandang masih tetap ada. Jean-Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Perancis mengakui adanya beberapa perbedaan pendapat dalam kelompok G7, seraya mengatakan, "Ada perbedaan perdapat antara kelompok G7 terkait konflik Palestina-Israel serta kasus Iran."
Dalam konteks eskalasi konflik di Libya, selain ada perselisihan pendapat antara anggota kelompok G7, mereka juga mereaksi serangan pasukan Khalifa Haftar untuk merebut ibukota.
Heiko Maas, Menteri Luar Negeri Jerman terkait masalah ini mengatakan, "Situasi di Libya sangat mengkhawatirkan dan kami tidak dapat menerima eskalasi konflik, terutama karena Italia dan Perancis memiliki kontak langsung dengan Libya, sehingga menteri-menteri luar negeri kelompok G7 menyampai kesepakatan untuk menerapkan tekanan lebih keras terhadap pelaku konflik baru-baru ini di Libya, khususnya Khalifa Haftar.
Sementara itu, Jean-Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Perancis menyampaikan kekhawatirannya atas konflik terbaru yang terjadi di Libya dan menyatakan diplomasi sebagai satu-satunya solusi untuk krisis di Libya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesepakatan menteri-menteri yang berpartisipasi dalam pertemuan kelompok G7 mencakup sejumlah kasus seperti melawan serangan siber, memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi di Afrika, memperkuat cara memerangi perdagangan para pencari suaka dan perdagangan manusia dan masalah umum terkait tindakan bersama untuk mengatasi tantangan keamanan utama global dengan lebih baik.
Pertemuan para menteri luar negeri kelompok G7 mengakhiri agenda pertemuannya yang tampaknya menunjukkan bahwa akan ada kesenjangan yang lebih besar antara anggota di setiap putaran pertemuan baik para pejabat senior atau tingkat kepala-kepala negara, terutama Amerika Serikat. Satu masalah yang sangat mempengaruhi substansi dan kekuatan kelompok ini.