Amerika Tinjauan dari Dalam 17 Agustus 2019
Transformasi Amerika sepekan terakhir diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya sikap rasis Presiden yang masih berlanjut, mulai dari menyebut Hollywood rasis hingga meminta Zionis Israel melarang dua anggota muslim DPR AS memasuki Palestina pendudukan.
Selain dua isu tersebut, pekan ini dibahas juga tentang Warga Amerika Semakin Tak Puas dengan Trump, Negosiasi Trump dan Kim Gagal, Intelijen Dua Korea Bertemu, Menlu AS Cemas Sanksi Senjata Iran akan Berakhir dan Trump masih tetap menjadi presiden yang kontroversial.
Trump Menyebut Hollywood Rasis
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di pidato kontroversial terbarunya kali ini menyerang industri hiburan dan mengklaim, Hollywood rasis.
Seperti dilaporkan laman The Hill, Donald Trump mengatakan, mereka yang berada di Hollywood bukan sosok elit. Menurut presiden Amerika, elit adalah sosok yang diikuti banyak orang, namun Hollywood benar-benar mengerikan.
"Kalian berbicara mengenai rasisme dan Hollywood adalah rasis. Apa yang mereka tunjukkan dalam film dan apa yang mereka produksi sangat berbahaya bagi rakyat Amerika," papar Trump.
Tanpa menunjukkan contoh rasisme Hollywood, Trump memaparkan pandangannya tersebut.
Trump berulang kali mendapat kritik dan protes dari televisi dan industri perfilman Amerika karena kebijakannya, khususnya pendekatan rasisnya. Presiden AS yang memiliki pandangan rasis yang menonjol, berusaha menuding pihak lain sebagai rasis.
Trump Minta Zionis Larang Anggota DPR AS Masuki Palestina Pendudukan
Kubu Demokrat Amerika Serikat memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak mempersulit dan menghalangi kunjungan dua anggota muslim DPR Amerika ke Masjid al-Aqsa.
Seperti dilaporkan Washington Post, sejumlah wakil Demokrat di DPR AS memperingatkan Netanyahu bahwa dua anggota parlemen negara ini dari kubu Demokrat, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib tidak boleh dipersulit ketika berkunjung ke Palestina pendudukan dan mengunjungi Masjid al-Aqsa.
Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Rabu mengatakan, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib tidak akan diijinkan memasuki Quds karena mereka mendukung Gerakan Boikot Israel (BDS).
Petinggi Israel sampai saat ini secara resmi belum mengumumkan pencekalan Ilhan Omar dan Rashida Tlaib untuk berkunjung ke Palestina pendudukan, namun disebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump meminta Netanyahu untuk tidak memberi ijin dua kritikus kebijakannya ini ke Palestina pendudukan.
Warga Amerika Semakin Tak Puas dengan Trump
Hasil jajak pendapat terbaru di Amerika menunjukkan tingkat ketidakpuasan warga terhadap Presiden Donald Trump dan langkahnya naik lima persen dibanding dengan bulan Juli lalu.
Berdasarkan jajak pendapat terbaru Televisi Fox News, tingkat ketidakpuasan warga terhadap Trump naik dan mencapai 56 persen dan hanya tinggal satu persen untuk mengulang ketidakpuasan seperti tahun 2017.
Angka tertinggi ketidakpuasan warga terhadap Trump adalah 57 persen tahun 2017 dan angka tertinggi popularitasnya adalah 38 persen yang terjadi tahun 2017. Berdasarkan jajak pendapat Fox News, saat ini tingkat kepuasan atas kebijakan Trump di bidang lapangan kerja turun dari 46 persen bulan Juli menjadi 43 persen.
Disebutkan bahwa insiden penembakan rasis terabru di dua kota Elpaso di negara bagian Texas dab Dayton, negara bagian Ohio serta kebijakan luar negeri Trump di Asia Barat merupakan faktor utama ketidakpuasan warga.
Negosiasi Trump dan Kim Gagal, Intelijen Dua Korea Bertemu
Pekan lalu, media Korea Selatan mengabarkan pertemuan rahasia pejabat dinas intelijen Korea Selatan dan Korea Utara, dua minggu pasca gagalnya pertemuan Pemimpin Korut dengan Presiden Amerika Serikat di Vietnam.
Menurut media Korsel itu, pertemuan rahasia tersebut dilakukan segera setelah rencana pertemuan Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un, urung dilakukan di ibukota Vietnam.
Sputnik mengutip kantor berita Yonhap, Korea Selatan menulis, kepala dinas intelijen dua Korea pada bulan April 2019 melakukan pertemuan rahasia setelah Trump dan Kim gagal bertemu.
Menurut Yonhap, salah seorang pejabat pemerintah Seoul mengatakan, Kepala Dinas Intelijen Nasional Korsel, Suh Hoon, bertemu dengan sejawatnya dari Korut, Jang Kum Chol.
Dalam pertemuan itu, Kepala Dinas Intelijen Korsel menyampaikan harapannya tentang pemulihan hubungan dua Korea.
Menlu AS Cemas Sanksi Senjata Iran akan Berakhir
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dalam pesan Twitternya, mengaku cemas karena masa berlaku sanksi senjata PBB atas Iran sudah semakin dekat, dan ia meminta sekutu-sekutu Washington untuk meningkatkan tekanan terhadap Tehran. Mike Pompeo, pekan lalu di laman Twitternya meminta sekutu-sekutu Amerika untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Pompeo menulis, jarum jam terus berputar, waktu yang tersisa sebelum sanksi senjata PBB atas Iran, dan larangan perjalanan Komandan Pasukan Qods, IRGC, Jenderal Qassem Soleimani dicabut, tidak lama lagi akan habis.
Ia menambahkan, kami meminta sekutu-sekutu Amerika untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran sehingga mau mengubah perilakunya yang mengancam stabilitas.
Menlu Amerika dalam pesannya juga menyertakan link situs Departemen Luar Negeri Amerika yang mencatat sanksi senjata Iran yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020 yaitu sekitar 15 bulan lagi.
Setelah sanksi PBB itu habis masa berlakunya, Iran dapat menjual senjatanya, dan membeli senjata dari sejumlah negara seperti Rusia dan Cina.
Trump Torehkan Rekor Umbar Klaim Keliru
Sebuah koran Amerika Serikat melaporkan, Presiden Donald Trump sejak berkuasa di Gedung Putih telah mengumbar lebih dari 12 ribu klaim keliru atau menyesatkan.
Koran The Washington Post, Donald Trump rata-rata sejak 26 April yang telah mematahkan rekor 10 ribu kebohongan sejak berkuasa, setiap hari merilis 20 klaim keliru. Trump selama menjabat sebagai presiden rata-rata setiap hari merilis 13 klaim menyesatkan atau keliru.
Koran Amerika ini menekankan, sekitar seperlima klaim keliru atau menyesatkan Trump berkaitan dengan kasus imigran.
Washington Post juga mengisyaratkan statemen presiden AS terkait ekonomi, perdagangan dan intervensi Rusia di pilpres 2016.
Masih menurut sumber ini, Trump sejak Juni 2018 sebanyak 186 kali mengatakan bahwa ekonomi negara ini mencicipi kondisi terbaiknya sepanjang sejarah, namun laporan ini seraya menyelidiki berbagai indeks ekonomi menunjukkan bahwa kondisi ekonomi negara ini tidak sebaik di era presiden Eisenhower, Lyndon B. Johnson dan Clinton atau Grant.
Trump juga sebanyak 162 kali mengklaim bahwa penurunan pajak terbesar terjadi di era kepemimpinannya, namun riset Washington Post menunjukkan penurunan pajak di era pemerintahan Trump berada di urutan kedelapan penurunan pajak terbesar selama 100 tahun terakhir.