Keprihatinan Eropa atas Perlombaan Senjata Baru
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Paris telah mengurangi arsenal nuklirnya dan ini memberikannya legitimasi untuk menuntut langkah kongret dari kekuatan nuklir lain untuk menuju perlucutan global.
Dalam pidatonya hari Jumat (7/2/2020), Macron menuturkan Prancis telah mengurangi jumlah hulu ledaknya ke angka di bawah 300 buah.
Dia meminta negara-negara anggota Uni Eropa untuk memainkan peran langsung dalam menghentikan perlombaan senjata nuklir baru, dan menurutnya, Eropa tidak bisa tetap menjadi penonton dalam menghadapi ancaman terhadap keamanan kolektif benua ini.
Macron juga menyerukan negara-negara Eropa untuk memelopori sebuah prakarsa internasional di bidang kontrol senjata.
Presiden AS Donald Trump telah meninggalkan Traktat Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) pada Agustus 2019. Setelah keluar dari perjanjian internasional ini, pemerintahan Trump sekarang sedang menyusun rencana untuk keluar dari sebuah traktat persenjataan yang sangat penting yaitu Perjanjian START baru.
Rencana itu mengundang kekhawatiran sekutunya di Eropa, terlebih beberapa negara Eropa seperti Prancis telah memulai proses pengurangan hulu ledak nuklirnya.
Prancis menyampaikan kekhawatirannya dengan memperhatikan masa depan suram perjanjian internasional di bidang pengendalian senjata. Keluarnya AS dari Traktat INF dan ancaman untuk meninggalkan Perjanjian START baru memicu reaksi balasan dari Rusia sebagai kekuatan nuklir rival Amerika. Masalah ini tentu saja menjadi sebuah tantangan penting bagi Eropa.
Direktur Pusat Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Dan Smith menuturkan pembatalan Traktat INF antara Amerika dan Rusia akan menimbulkan sebuah krisis dalam masalah pengendalian senjata.
Eropa benar-benar khawatir dengan langkah tersebut dan mereka akan kembali menyaksikan perlombaan senjata nuklir antara Washingon dan Moskow di benua Eropa.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, keputusan AS semakin memperburuk situasi keamanan global dan keamanan Eropa secara khusus.
Para pemimpin Eropa memperingatkan tentang perlombaan senjata antara negara-negara dunia dan menyatakan bahwa benua Eropa menjadi sangat rentan terhadap dampak negatif dari pembatalan Traktat INF.
Inspektur Jenderal Angkatan Darat Jerman, Jenderal Eberhard Zorn menyampaikan kekhawatiran atas pembatalan Traktat INF dan meminta disusun sebuah perjanjian baru di bidang pengendalian senjata.
"Saya percaya bahwa rezim pengendalian senjata yang baru di antara negara-negara harus dibentuk… perjanjian baru ini akan menjadi parameter kunci untuk memastikan keamanan di Eropa dan Jerman," ujarnya.
Namun, Washington justru tidak berniat memperpanjang Perjanjian START baru yang mengatur pembatasan arsenal nuklir strategis AS dan Rusia. Dengan langkah ini, AS akan bergerak bebas dalam mengembangkan senjata nuklir baru.
Di lain pihak, Rusia menyerukan sebuah negosiasi baru untuk memperpanjang masa berlaku perjanjian yang sangat penting itu. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Desember 2019 meminta perpanjangan Perjanjian START baru tanpa pra-syarat apapun.
Keengganan AS untuk memperpanjang Perjanjian START akan menyebabkan meningkatnya instabilitas dan ketidakamanan di dunia serta mempercepat perlombaan senjata di antara kekuatan-kekuatan nuklir.
Washington ingin mendorong Moskow dalam sebuah perlombaan senjata baru sehingga ekonomi Rusia semakin melemah. (RM)