Dimensi Baru Kasus Pembunuhan Khashoggi
Turki kembali mengungkapkan rincian baru kasus pembunuhan jurnalis oposan rezim Al Saud, Jamal Khashoggi.
Rincian baru ini berbentuk dakwaan terhadap 20 terdakwa yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
Berdasarkan surat dakwaan yang disampaikan Kejaksaan Agung Turki, dua dari 20 orang terdakwa sebagai orang yang merancang aksi dan 18 lainnya berperan sebagai eksekutor pembunuhan wartawan Saudi ini.
Kantor kejaksaan Turki menyatakan bahwa Ahmed Asiri, mantan wakil kepala badan intelijen Saudi, dan Masoud al-Qahtani, mantan penasihat kantor kerajaan Saudi didakwa sebagai aktor pembunuhan yang direncanakan, karena keduanya yang merancang pembunuhan Khashoggi dan memerintahkan tim pembunuh untuk menjalankan aksinya.
Menurut kantor kejaksaan Turki, dakwaan tersebut mencakup dokumen dan interogasi dari dua petugas konsulat serta pegawai dan koki Konsul Jenderal, serta foto dan video kamera CCTV berjumlah 24 dokumen.
Kantor kejaksaan Turki mengatakan bahwa penyelidikan terhadap komputer Khashoggi menunjukkan bahwa beberapa ancaman telah dilakukan terhadapnya melalui halaman Twitter-nya.
Jamal Khashoggi telah berulangkali mengkritik rezim Al Saud karena melanggar hak asasi manusia dan melakukan kejahatan perang di Yaman. Tapi akhirnya ia dibunuh secara keji pada 2 Oktober 2018 di dalam konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Langkah terbaru pemerintah Turki merilis rincian baru kasus pembunuhan Jamal Khashoggi menunjukkan keretakan yang semakin membesar antara Turki dan Arab Saudi. Kedua negara mengalami ketegangan yang luas dalam hubungan mereka sejak 2011. Ketegangan dalam persaingan antara kedua negara semakin memuncak di Libya.
Namun, kasus Khashoggi memberikan kesempatan bagi Turki untuk menebus kekalahannya di Mesir dan kehancuran Ikhwanul Muslimin di negara ini. Turki telah mampu memberikan tekanan internasional yang luas terhadap Arab Saudi dengan mengungkap kasus pembunuhan Khashoggi. Banyak negara Barat, serta tokoh-tokoh terkemuka di dunia mengkritik rezim Al Saud dalam kasus tersebut.
Pembunuhan Khashoggi merupakan pukulan besar bagi Arab Saudi yang berupaya menggambarkan dirinya sebagai negara modern dan berkembang melalui program-program budayanya. Pembunuhan Khashoggi mengungkapkan lapisan gelap kejahatan keji yang dilakukan oleh pejabat tinggi Arab Saudi.
Turki saat ini berusaha meningkatkan tekanannya untuk bersaing dengan Arab Saudi dalam masalah masa depan Libya. Dimensi baru kasus pembunuhan Khashoggi bisa menarik perhatian internasional terhadap Riyadh dalam pelanggaran masalah hak asasi manusia yang dilakukan pejabat kerajaan Al Saud.
Tentu saja tekanan ini bisa menjadi perang psikologis untuk menekan Arab Saudi, tapi tampaknya tidak akan berdampak signifikan terhadap kebijakan global rezim Al Saud. Meskipun demikian, situasi ini menjadi peluang emas bagi Turki untuk mendapatkan poin dari Arab Saudi di meja perundingan dengan meningkatkan tekanannya.(PH)