Operasi Gagal, Dua Mantan Tentara AS Divonis 20 Tahun Penjara
(last modified Tue, 18 Aug 2020 10:40:35 GMT )
Aug 18, 2020 17:40 Asia/Jakarta

Dua mantan tentara Amerika Serikat yang berperan dalam upaya serangan di Venezuela untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro pada Mei 2020 divonis hukuman penjara selama 20 tahun oleh pengadilan negara ini pada Jumat malam, 7 Agustus 2020.

Menurut Kepala Jaksa Penuntut Tarek William Saab, dua  mantan anggota Korps Pasukan Khusus Angkatan Darat AS, atau dijuluki Baret Hijau: Luke Denman, 34 tahun, dan Airan Berry, 41 tahun, mengaku ikut serta dalam operasi 4 Mei 2020.

Tarek Saab pada 8 Agustus 2020 menjelaskan, keduanya mengaku bertanggung jawab atas seluruh dakwaan, dan persidangan sedang berlangsung untuk belasan orang lainnya yang ditangkap.

Denman dan Berry didakwa melakukan konspirasi, terorisme, dan perdagangan senjata ilegal. Hakim Marquez menyatakan, Denman dan Berry terbukti bersalah atas konspirasi, penjualan senjata api ilegal, dan terorisme.

Serangan laut yang diluncurkan dari Kolombia, yang dikenal sebagai Operasi Gideon, menewaskan sedikitnya delapan orang. Operasi itu dirancang di Kolombia. Denman dan Berry merekrut puluhan mantan tentara Venezuela yang desersi atau kabur dari kesatuan.

Berdasarkan pernyataan pemerintah Maduro, pasukan Venezuela telah menangkap sekelompok konspirator termasuk Denman dan Berry di dekat kota pesisir Chuao yang terisolasi.

Veteran pasukan khusus AS Jordan Goudreau juga telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Dia adalah orang yang menjalankan Silvercorp USA, sebuah perusahaan keamanan swasta yang berbasis di Florida.

Kedua mantan tentara AS muncul dalam video di TV Venezuela beberapa hari setelah penangkapan mereka.  Menurut pengakuannya, mereka telah dikontrak oleh Silvercorp USA untuk melatih 50 hingga 60 orang Venezuela di Kolombia, menguasai bandara Caracas dan membawa pesawat untuk menerbangkan Maduro ke Amerika Serikat.

Sementara itu, kubu oposisi Venezuela yang dipimpin Juan Guaido menyatakan bahwa Guaido telah mengetahui tentang operasi tersebut sejak Oktober, tetapi tidak mendanai atau memerintahkannya.

Presiden Maduro menggambarkan Guaido sebagai boneka AS dan mengatakan bahwa pemerintah Presiden Donald Trump mendukung operasi gagal tersebut. Namun Trump membantah terlibat langsung dalam operasi itu. (RA)