Ketika Friksi Politik dan Sosial Semakin Merebak di Amerika Serikat
(last modified Tue, 03 Nov 2020 02:00:10 GMT )
Nov 03, 2020 09:00 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Donal Trump dan senjata
    Presiden AS Donal Trump dan senjata

Pemilihan umum presiden AS akan segera berakhir. Menjelang 3 November, intensitas bentrokan verbal bahkan fisik antara calon dan pendukungnya semakin meningkat.

Langkah sekelompok pendukung Donald Trump yang memblokir bus kampanye Joe Biden di Texas telah menjadi salah satu contoh bentrokan fisik paling signifikan antara pendukung dan penentang kandidat pilpres AS dalam beberapa hari terakhir. "Saya suka Texas," cuit Trump menanggapi tindakan tidak biasa yang dilakukan para pendukungnya, lalu memposting rekaman video dari mobil yang menabrak bus.

Joe Biden dan Donald Trump

Di saat yang sama, media Axios melaporkan bahwa Trump berniat mengumumkan kemenangannya dalam pemilihan presiden pada Selasa 03/11/2020) malam, jika dia memimpin di beberapa negara bagian utama, dan akibatnya, jika Biden menyusul, dia akan menuruh Partai Demokrat. pencuri pemilu presiden.

Menurut sebagian besar media dan pengawas pemilu di Amerika Serikat, ketegangan politik di Amerika Serikat belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade terakhir.

"Konflik yang mengganggu pemungutan suara atau penghitungan suara di negara penting dapat meningkat dengan cepat, terutama jika Trump sebelum proses penghitungan resmi berakhir, mengklaim kemenangan dan mengajak para pendukungnya turun ke jalan-jalan," ungkap International Crisis Group dalam sebuah laporan.

Tentu saja, formasi ini telah dimulai beberapa minggu lalu. Dipengaruhi oleh pidato berulang kali oleh presiden Amerika Serikat, para pendukung Trump menyebut Biden dan pendukungnya sebagai kelompok sosialis, anti-kapitalis, imigran, dan korup yang, jika berkuasa, bukan hanya akan membahayakan kepentingan nasional Amerika, tetapi juga akan menghancurkan agama dan identitas nasional orang Amerika.

Sebaliknya, pendukung Biden memandang Trump dan pendukungnya sebagai arus fasis, rasis, dan memecah belah yang, jika dibiarkan berkuasa, dapat menjerumuskan negara ke dalam jurang perang saudara dan menodai citra internasional Amerika.

Tingkat fanatisme di kalangan pendukung kedua capres begitu dalam sehingga hasil pemilu nampaknya tak mampu menyembuhkan luka sosial di negeri ini.

Berbagai krisis di Amerika Serikat juga berkontribusi pada perpecahan sosial-politik yang semakin dalam di Amerika Serikat. Sebagian besar warga Amerika, baik Demokrat, Republik, atau independen, memiliki ketidakpercayaan yang kuat terhadap lembaga-lembaga utama AS, termasuk kepresidenan dan Kongres. Inefisiensi dan salah urus di berbagai bidang seperti corona, pengangguran, dan perselisihan rasial telah meningkatkan ketidakpuasan dan kemarahan publik dari warga Amerika dan mengurangi toleransi sosial-politik di negara tersebut.

Joe Biden dan Donald Trump

Karena itulah, seperti biasa, pemilu presiden AS dalam beberapa tahun terakhir ini diiringi dengan adegan seperti bentrok antar calon pendukung, penyerangan di kotak suara bahkan upaya penculikan gubernur AS.

Tampaknya ketidakmampuan pihak berwenang dan institusi untuk mengurangi kedalaman kesenjangan sosial-politik di Amerika Serikat pada akhirnya akan membawa negara tersebut pada krisis keamanan yang berbahaya.