Lavrov Memperingatkan 2.000 Tentara Bayaran Ekstremis di Nagorno-Karabakh
(last modified Wed, 04 Nov 2020 15:24:21 GMT )
Nov 04, 2020 22:24 Asia/Jakarta
  • Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov
    Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov

Rusia telah berulang kali memperingatkan risiko keamanan yang ditimbulkan oleh kehadiran teroris ekstremis di negara ini dan negara-negara Kaukasus dan Asia Tengah, dan selalu menekankan perlunya memerangi mereka dengan serius. Sekarang kehadiran elemen-elemen ini dalam perang Nagorno-Karabakh dan konsekuensi seriusnya telah membangkitkan kembali peringatan Moskow dalam hal ini.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia telah meminta aktor asing, termasuk Turki, untuk menggunakan kekuatan mereka demi mencegah penyebaran tentara bayaran yang berbasis di Asia Barat ke wilayah Nagorno-Karabakh, seraya menambahkan bahwa ada sekitar 2.000 tentara bayaran di zona konflik. Menurutnya, masalah ini sudah pernah diangkat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 27 Oktober dalam pembicaraan rutin dengan para pemimpin Azerbaijan dan Armenia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov

Lavrov mengacu pada meningkatnya kehadiran teroris ekstremis di Nagorno-Karabakh, di mana Turki, sejalan dengan kebijakan regionalnya yang secara aktif dan efektif melakukan intervensi untuk kepentingan dirinya sendiri dan sekutunya dalam krisis regional seperti krisis Nagorno-Karabakh dan Libya, dengan mengirimkan teroris ekstremis.

Kehadiran para teroris ini dalam perkembangan militer baru-baru ini, bersama dengan bantuan dan aksi militer langsung Turki dalam perang Nagorno-Karabakh, telah berpengaruh dan telah membawa kemenangan bagi Republik Azerbaijan dan pembebasan beberapa wilayah pendudukannya. Proses ini masih terus berjalan, dan ternyata Ankara yang kini menjadi pendukung serius Baku dalam perang saat ini, tidak berniat untuk mengakhiri aksi ini yang bisa menjadi ancaman serius bagi negara tetangga Republik Azerbaijan, termasuk Rusia dan Iran.

Dengan demikian, keprihatinan tentang kehadiran unsur-unsur ekstremis di Nagorno-Karabakh daripada perang saat ini di wilayah tersebut lebih disebabkan oleh kekhawatiran tentang kehadiran mereka yang terus berlanjut di Republik Azerbaijan, terutama di daerah perbatasan dekat Iran, dan kemungkinan perluasan kehadiran mereka di Kaukasus Selatan dan pada tahapan selanjutnya adalah Rusia.

"Wilayah Nagorno-Karabakh mungkin menjadi pintu gerbang bagi organisasi teroris internasional untuk memasuki negara-negara kawasan, termasuk Rusia," kata Sergei Naryshkin, Kepala Intelijen LuarNnegeri Rusia.

Rusia telah memerangi teroris ekstremis tidak hanya di dalam dan di sekitar perbatasannya, tetapi juga sebagai salah satu tujuan utama kehadiran militernya di Suriah sejak September 2015 untuk membasmi teroris, yang banyak di antaranya adalah warga negara Rusia atau negara-negara Asia Tengah dan Kaukasus. Dengan dengan membunuh mereka, Rusia bermaksud mencegah mereka kembali ke negara-negara ini.

Namun, sekarang, kebijakan Ankara untuk melatih, memperlengkapi, dan mengirim teroris ekstremis telah menimbulkan kekhawatiran Moskow. Tentu saja, Rusia tidak sendirian dalam hal ini, dan Iran telah memperingatkan keberadaan elemen teroris di Nagorno-Karabakh dan dekat perbatasannya serta ancaman keamanan yang diakibatkannya.

Pengalaman Suriah telah menunjukkan bahwa teroris ekstremis, karena kecenderungan takfiri mereka, memiliki permusuhan yang kuat dengan Iran dan Syiah, dan karena itu mereka melakukan segala yang bisa untuk menghancurkan. Masalah ini telah menyebabkan peringatan serius bagi Tehran.

Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada hari Selasa (03/11/2020 mengatakan, "Teroris yang telah memasuki wilayah berdasarkan laporan yang dapat dipercaya tidak boleh mendekati perbatasan Iran sama sekali, dan jika mereka mendekati perbatasan, mereka pasti akan ditangani dengan tegas."

Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei

Tampaknya mengingat sikap serius dan peringatan Rusia dan Iran, Ankara harus mempertimbangkan kembali kebijakannya sesegera mungkin. Secara khusus, dengan masuknya lebih banyak elemen ekstremis ke wilayah Kaukasus dari Turki, ancaman keamanan baru telah muncul di wilayah tersebut, yang membutuhkan kerja sama yang serius dengan negara-negara tetangga Republik Azerbaijan, termasuk Rusia dan Iran.

Menurut pakar politik Rusia Gennady Odyev, "Iran adalah aktor yang bertanggung jawab yang melakukan segala upaya untuk mencegah infiltrasi pihak asing ke Kaukasus, Laut Kaspia, dan daerah sekitar lainnya."