Mencermati Kesiapan Putin Pulihkan Hubungan dengan AS
Hubungan Rusia dan Amerika Serikat semakin tegang pasca krisis Ukraina tahun 2014. Isu dan beragam friksi saat ini membayangi hubungan Moskow-Washington. Rusia berharap ada perubahan di bidang ini ketika Joe Biden berkuasa di AS.
Presiden Rusia, Vladimir Putin Kamis (17/12/2020) di pidato tahunannya mengatakan, “Kami siap melanjutkan dialog dengan Washington dan Presiden terpilih Joe Biden seraya tersirat menyatakan kesiapannya berunding dengan Moskow.”
Ia menekankan bahwa sampai saat ini dirinya belum menyaksikan indikasi keinginan pihak Amerika untuk berunding memperpanjang perjanjian Start baru. Seraya menjelaskan bahwa Trump bukan bonekanya di Gedung Putih, Putin mengatakan, Rusia tidak membantu Trump di pemilu presiden 2016 dan semoga hubungan kedua negara membaik di era Joe Biden.
Presiden Rusia pertengahan November 2020 terkait hubungan Rusia dan Amerika menyatakan, hubungan Moskow dan Washington sangat buruk dan tidak ada yang lebih buruk dari hal ini.
Pasca pemilu presiden AS 2016, Rusia senantiasa didakwa kubu Demokrat melakukan intervensi di pemilu presiden yang menguntungkan Trump, kini Moskow berharap ada perubahan positif di hubungan kedua negara di era Joe Biden. Meski demikian tidak ada prospek yang menjanjikan di bidang ini.
Alasannya adalah pemerintah Amerika masih tetap menuding Rusia terlibat di intervensi pemilu Amerika dan bahkan pejabat federal berulang kali memperingatkan Moskow akan hal ini. Sikap terbaru di bidang ini adalah statemen John Ratcliffe, Direktur Intelijen Nasional AS yang mengatakan, “Ada intervensi asing oleh Cina, Iran dan Rusia di pemilu presiden November lalu dan Kami tengah menunggu laporan terkait penemuan dan data di bidang ini bulan Januari mendatang.”
Dengan demikian jelas bahwa Washington masih tetap mengklaim berlanjutnya intervensi Rusia di proses pemilu Amerika, oleh karena itu, sepertinya pemerintah Biden juga akan menunjukkan sikap negatif kepada Rusia di kasus ini.
Menurut Pavel Sharikov, pakar politik Rusia, faktor ketegangan hubungan bilateral AS dan Rusia adalah isu Rusia menjadi topik konflik politik internal di Amerika Serikat.
Isu lain yang membuat pandangan negatif Washington terhadap Moskow adalah isu peretasan hacker ke lembaga dan departemen federal Amerika, yang saat ini negara adi daya ini menghadapi serangan cyber besar-besaran. Sekaitan dengan ini, media Amerika menuding Rusia terlibat dalam kasus tersebut. Biden saat ini juga menunjukkan sikap keras dalam masalah ini dan mengancam para pelaku serangan cyber.
Masalah lain adalah Biden dan tim suksesnya saat ini tidak mengambil sikap yang jelas dan khusus terkait perjanjian kontrol senjata. Di era Trump, Amerika keluar dari sejumlah perjanjian ini atau seperti di kasus perjanjian Start baru, Washington ingin keluar darinya. Masalah ini membuat Rusia memiliki pandangan negatif bahwa bisa jadi pemerintah mendatang Amerika akan mengikuti jejak pemerintahan Trump.
Friksi antara Amerika dan Rusia di bidang lain seperti sikap negatif Washington terkait peluasan hubungan energi dan gas antara Rusia dan Eropa, proyek pipa gas Nord Stream 2 dan penekanan Washington untuk melanjutkan dan meningkatkan sanksi terhadap Rusia juga masih tetap eksis. Selain itu, friksi antara AS dan Rusia terkait krisis regional seperti krisis Suriah, isu penting seperti kesepakatan nuklir dengan Iran (JCPOA) dan masa depan Venezuela sepertinya masih akan tetap berlanjut di era kepemimpinan Joe Biden. (MF)