Hari Perlawanan Sedunia, Memeringati Tahun Keempat Syahadah Qassem Soleimani (1)
(last modified Mon, 25 Dec 2023 06:21:46 GMT )
Des 25, 2023 13:21 Asia/Jakarta
  • Jenderal Syahid Qassem Soleimani
    Jenderal Syahid Qassem Soleimani

Hari Rabu tanggal 3 Januari, bertepatan dengan peringatan empat tahun kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam dan komandan terbesar perang melawan teroris di dunia. Pada kesempatan ini, hari ini diberi nama “Hari Perlawanan Sedunia”.

Pada pagi hari Jumat, tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis, Wakil Komandan Hashd Al-Shaabi, menjadi martir dalam serangan teroris Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Baghdad.

Kewibawaan Jenderal Soleimani di kawasan dan dunia sedemikian rupa sehingga berita kesyahidannya sebagai salah satu tokoh Revolusi Islam yang paling populer dan simbol perjuangan melawan sistem dominasi dan penindasan global menjadi berita utama di dunia, baik media dalam dan luar negeri serta menuai banyak reaksi internasional.

Pada bagian pertama dari program khusus peringatan empat tahun kesyahidan Sardar Soleimani, kita akan melihat biografi syahid mulia ini, penamaan Hari Perlawanan Internasional, kontribusinya selama Pertahanan Suci dan kontribusinya. terhadap penguatan dan aliansi kekuatan perlawanan di kawasan. Sementara pada pada bagian kedua, kita akan mengulas peran dan pengaruh Jenderal Soleimani dalam memperkuat kelompok Perlawanan Palestina, kekalahan plot Amerika dan rezim Zionis di kawasan, keputusan Amerika untuk melakukan terorn dan juga langkah hukum Iran terkait teror Jenderal Soleimani.

Jenderal Qassem Soleimani

3 Januari adalah Hari Perlawanan Sedunia

Dalam pertemuan ke-737 Dewan Kebudayaan Umum Iran pada tanggal 7 Januari 2020, dengan usulan dari Yayasan Pelestarian Karya dan Publikasi Nilai-Nilai Pertahanan Suci dan suara para anggota yang hadir, tanggal 3 Januari diberi nama "Hari Perlawanan Sedunia" bersamaan dengan hari kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani.

Tahun ini, peringatan empat tahun kesyahidan Haji Qassem Soleimani akan dirayakan dengan slogan "Syahid Quds" sementara Jalur Gaza menyaksikan salah satu tragedi kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tangan rezim penjajah Quds dan para pengklaim hak asasi manusia.

Sekitar 3 bulan setelah operasi Badai Al-Aqsa, front perlawanan masih memerangi rezim Zionis dan pendukungnya, termasuk Amerika Serikat. Selama ini, bahkan masyarakat negara-negara Barat di Amerika dan Eropa turun ke jalan untuk mendukung rakyat Palestina, yang merupakan tanda efektifitas upaya Jenderal Soleimani dalam melawan penindasan dan melanjutkan jalur perlawanan.

Sayid Mojtaba Abtahi, Juru Bicara Komisi Peringatan Empat Tahun Kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani mengatakan,  Di dunia baru, akhir dan kehancuran Zionisme sudah pasti. Untuk itu dan atas nama bangsa Palestina, kami membuat slogan peringatan empat tahun kesyahidannya dengan nama “Syahid Quds”. Hari ini, kita menyaksikan manifestasi syahid Soleimani di mana-mana di kawasan ini dan di garis depan perlawanan, dan musuh-musuh kita yang pengecut mendengar suara Haji Qassem setiap hari di pangkalan-pangkalan Amerika.

Sekilas Biografi Syahid Soleimani

Syahid Qassem Soleimani menjadi anggota Korps Garda Revolusi Islam setelah Revolusi Islam Iran, dan pada saat perang Iran-Irak dimulai, ia melatih beberapa batalyon di Kerman dan mengirim mereka ke garis depan. Ia pernah menjabat sebagai komandan Sepah Azerbaijan Barat. Syahid Qassem Soleimani diangkat sebagai komandan pasukan ke-41 Tharullah pada tahun 1360 HS atas perintah Mohsen Rezaei, yang saat itu menjadi komandan Korps Garda Revolusi Islam. Dia adalah salah satu komandan operasi Wal-Fajr 8, Karbala 4 dan Karbala 5 dalam perang rezim Baath Irak terhadap Iran. Operasi Karbala 5 adalah salah satu operasi terpenting Iran selama perang yang terjadi, yang melemahkan posisi politik dan militer tentara Baath Irak dan menstabilkan situasi demi kekuatan militer Republik Islam Iran.

Jenderal Soleimani kembali ke Kerman setelah berakhirnya perang Iran-Irak pada tahun 1367 HS dan terlibat dalam perang dengan para pelaku kejahatan yang dipimpin dari perbatasan timur Iran. Syahid Soleimani berjuang dengan geng penyelundup narkoba di perbatasan Iran dan Afghanistan hingga ia diangkat menjadi komandan Pasukan Quds. Pada tahun 1379, ia diangkat menjadi komandan Pasukan Quds oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Jenderal Qassem Soleimani

Menerima lencana Zolfaghar

Kehadiran efektif Jenderal Soleimani dalam memerangi Daesh (ISIS) dan membela kesucian bangsa dan tempat suci Ahlul Bait serta kekalahan konspirasi Zionis di kawasan, menyebabkan dia dianugerahi lencana Zolfaghar, penghargaan tertinggi di dunia militer iran oleh Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran pada bulan Maret 2017. Zolfaghar adalah lambang dan medali militer tertinggi, dan Mayor Jenderal Qassem Soleimani adalah komandan pertama yang mendapat kehormatan menerima lambang ini setelah Revolusi Islam.

Ayatullah Khamenei mengatakan pada upacara penganugerahan lencana Zolfaghar kepada Jenderal Soleimani, Jihad di jalan Allah dengan menyerahkan, mengorbankan jiwa dan harta di jalan Allah pahalanya adalah surga dan keridhaan Allah... Semoga Allah SWT membalasnya dan menjadikan hidupnya bahagia dan akhir hidupnya dengan syahid, tentu saja tidak sekarang. Untuk saat ini Republik Islam masih bekerja sama dengannya selama bertahun-tahun. Namun ujung-ujungnya adalah kesyahidan, Insya Allah. Semoga Allah memberkati.

Penguatan dan koalisi kelompok Perlawanan di kawasan

Tindakan cemerlang Syahid Soleimani memiliki daftar panjang tindakan seorang pria yang tidak menyia-nyiakan upaya apa pun untuk agama dan negaranya. Salah satu tindakan cemerlang tersebut adalah menciptakan benteng yang kuat bagi kekuatan perlawanan di berbagai wilayah di kawasan untuk menghadapi Zionis dan Amerika. Jenderal Soleimani sebagai komandan Pasukan Quds mempunyai aktivitas yang luas di bidang penguatan dan perluasan Poros Perlawanan. Faktanya, syahid terhormat ini memainkan peran penting dalam memperkuat kelompok pejuang Palestina dan kekuatan Hizbullah Lebanon, dan kemenangan kelompok ini dalam perang 33 hari dan 22 hari di Gaza melawan rezim Zionis merupakan bukti kehadiran dan peran Syahid Soleimani.

Selain itu, perang Suriah yang hendak menghancurkan Front Perlawanan di negara ini dan juga menghantam kekuatan perlawanan Lebanon, dengan upaya banyak orang yang dipimpin oleh Jenderal Hajj Qassem Soleimani, ternyata justru sebaliknya, dan Suriah menjadi bagian depan yang lebih kuat dari sebelumnya untuk Poros Perlawanan.

Aktivitas Sardar Soleimani antara lain adalah kehadirannya di Irak dan memainkan peran yang tidak dapat disangkal dalam mengakhiri kerja ISIS di negara ini. Selama kehadirannya melawan ISIS di Irak dan Suriah, Jenderal Soleimani memainkan peran sentral dalam membebaskan wilayah seperti Tikrit, Jarf al-Sakhr, Mosul, melindungi Samarra dan Karbala dari ISIS dan mencegah jatuhnya Erbil dalam operasi Umm Al-Ma'rakah.

Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia al-Sudani, mengatakan, Jasa yang dilakukan oleh Syahid Soleimani bersama Hashd al-Shaabi untuk menghancurkan ISIS dan keamanan Irak adalah contoh terbaik bagi persaudaraan dan persahabatan rakyat kedua negara dan menunjukkan bahwa Iran dan Irak bersatu dan berjalan ke arah yang sama.

Jenderal Soleimani menentang ISIS membentuk Poros Perlawanan dengan kekuatan seperti Gerakan Al-Nujaba dan Kataib Hizbullah, serta Hashd al-Shaabi di Irak dan kelompok-kelompok seperti Mobilisasi Rakyat Suriah dan aliansi mereka dengan Modafean-e Haram dari Iran dan Brigade Fatemiyoun dan Zainebiyou berdiri menghadapi daesh dan pada akhirnya dengan keberanian yang besar, di mana menurut banyak komandan militer ISIS, mereka telah mencapai gerbang istana kepresidenan Suriah, dan tidak ada yang menyangka bahwa masih ada harapan untuk mengalahkan ISIS. Sardar Soleimani berdiri melawan para teroris bersama dengan para pembela haram mencegah penyebaran lebih lanjut dan munculnya ISIS di kawasan Asia Barat.

Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis

Surat kepada Rahbar Soal berakhirnya kekuasaan ISIS

Dalam suratnya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam pada 21 November 2017, Sardar Soleimani menegaskan bahwa enam tahun lalu, fitnah berbahaya yang mirip dengan fitnah pada masa Imam Ali as yang merenggut dari umat Islam kesempatan dan manisnya memahami Islam murni sejati Muhammad Saw. Kali ini fitnah rumit ini yang bercampur dengan racun Zionisme dan arogansi, menghantam dunia Islam bagaikan badai yang merusak. Fitnah berbahaya dan beracun ini diciptakan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan untuk mengobarkan api besar di dunia Islam dan melibatkan umat Islam satu sama lain. Tindakan keji yang diberi nama “Pemerintahan Islam Irak dan Suriah” di bulan-bulan awal berhasil menyebabkan puluhan ribu pemuda Muslim menderita krisis yang sangat berbahaya di dua negara yang sangat berpengaruh dan menentukan di dunia Islam, Irak. dan Suriah, dan ratusan ribu kilometer persegi tanah negara-negara ini bersama dengan ribuan desa, kota dan pusat provinsi penting serta ribuan bengkel dan pabrik serta infrastruktur penting negara-negara ini termasuk jalan, jembatan, kilang, sumur dan minyak dan saluran gas, pembangkit listrik, dan sebagainya, dengan cara ini mereka menghancurkan atau membakar kota-kota penting beserta monumen bersejarah dan peradaban nasionalnya yang berharga.

Dalam lanjutan surat ini disebutkan, apa yang setelah rahmat Allah SWT dan karunia khusus dari Rasulullah Saw dan Ahlul Bait as, menyebabkan kekalahan konspirasi hitam dan berbahaya ini adalah kepemimpinan yang bijaksana dan bimbingan yang bijaksana dari Marji Agung Ayatullah Sistani, yang menyebabkan mobilisasi semua fasilitas untuk menghadapi badai beracun ini. Tentu saja, stabilitas pemerintahan Irak dan Suriah serta ketabahan tentara dan pemuda kedua negara ini, khususnya Hashd al-Shaabi dan pemuda Muslim lainnya dari negara lain, dengan kehadiran Hizbullah yang kuat dan sentral di bawah kepemimpinan pemimpinnya yang membanggakan Sayid Hassan Nasrallah, semoga Allah melindunginya, memiliki peran yang menentukan dalam mengalahkan fenomena berbahaya ini.

Bukan tanpa alasan bahwa karakter Sardar Soleimani sebagai pendukung kaum tertindas memiliki dimensi eksistensial yang luas dan menyeluruh serta terdefinisi melampaui batas Iran dan dunia Islam. Menurut ungkapan Rahbar, Kepribadian dan aspek eksistensial jenderal yang syahid ini harus dilihat dari sudut pandang ajaran, jalan dan sekolah pembelajaran, sehingga nilai dan harga dari kasus ini akan menjadi jelas.(sl)