Apr 07, 2024 14:09 Asia/Jakarta
  • Taman Tergantung: Kisah Penulis Iran tentang Pengepungan Perempuan Suriah oleh Teroris

Buku “Taman Tergantung” merupakan karya terbaru penulis Iran, Somayeh Alami yang menceritakan kehidupan tujuh wanita Suriah di kota Nabal dan Al-Zahra yang mengalami empat tahun pengepungan oleh teroris bersenjata.

Somayeh Alami, salah satu penulis cerita Iran yang aktif dalam beberapa tahun terakhir dan salah satu tokoh terkemuka dalam sastra perlawanan, lahir pada tahun 1979. Ia belajar di bidang pengobatan herbal di jurusan bioteknologi, tapi tahun 2009  beralih profesi menjadi penulis fiksi. Hingga kini, Somayeh Alami telah menghasilkan berbagai karya.

Penulis yang memiliki pengalaman satu tahun di Suriah ini juga pernah melatih perempuan Suriah dalam bercerita di negara ini, dan menggunakan hasil lokakarya ini untuk menulis buku Taman Tergantung.

Somayeh Alami bercerita tentang ide awal bukunya ini:

Gagasan tentang hubungan perempuan dengan kota dan perang serta peran yang dia mainkan dalam menciptakan perdamaian selalu ada dalam diri saya. Saya selalu mencari posisi perempuan dalam masyarakat ideal atau utopia. Dalam utopia barat, saya hanya menemukan komponen-komponen feminis, yang menurut saya merupakan keterikatan budaya kapitalisme dan tidak ada hubungannya dengan sumber daya manusia.

Penulis ini menjelaskan tentang ide buku "Taman Tergantung" dengan mengatakan:

Masa kecil saya dihabiskan di era perang antara Iran dan rezim Baath Irak. Saya terus-menerus dihadapkan pada perjalanan ibu dan ayah saya dan situasi perang. Ibu saya aktif sebagai staf pendukung selama tahun-tahun perang, dan saya telah melihat perannya yang berbeda dalam mengelola kondisi tanah ainya. Berdasarkan hal ini, model peran perempuan telah terbentuk dalam pikiran saya.

Alami menambahkan:

Jelas bagi saya, meskipun tidak ada yang berbicara, bahwa ada hubungan erat antara perempuan dan jatuhnya suatu negara. Ketika saya memasuki Damaskus, terpikir oleh saya untuk mencari suara-suara perempuan dalam perang Suriah dan menuliskannya.

Mengenai penamaan buku ini dengan judul "Taman Tergantung", Alami menuturkan:

Taman adalah tempat yang ditumbuhi pepohonan. Pohon umumnya memiliki akar yang lebih banyak dan lebih besar dibandingkan tanaman lainnya. Akar inilah yang menjaga batang pohon tetap di dalam tanah dan menyatukan butiran-butiran kecil tanah karena keberadaannya di dalam tanah. Pepohonan di taman ini berarti perempuan, yang merupakan perwujudan kelahiran dan pertumbuhan tanah, sekaligus harus mengurus rumah. Tentu saja nama tersebut mempunyai keterkaitan dengan cerita daerah tersebut dan tentu saja memiliki kaitan yang kuat dengan narasi yang ada di dalam buku tersebut.

 

 

Penulis buku "Taman Tergantung" ini menjelakan tentang narator perempuan dalam buku ini:

Mereka adalah para wanita yang telah hidup di bawah bayang-bayang perang selama hampir 10 tahun dan menghabiskan empat dari 10 tahun tersebut dalam pengepungan, dimana mereka berjuang untuk kelangsungan hidup anak-anak mereka dan mengawasi parasut bantuan yang terkadang jatuh dari langit.

Dalam menjelaskan karakter perempuan perlawanan di Suriah, penulis ini mengatakan:

Perempuan Suriah tinggal di tanah yang dulunya merupakan koloni Perancis dan kini berbatasan dengan wilayah yang diduduki Israel. Dataran Tinggi Golan di Suriah telah diduduki oleh Zionis dan selama bertahun-tahun imigran Palestina berlindung di Suriah dan merekahidup berdampingan dengan warga Suriah. Selain itu, kesamaan budaya yang muncul dari geografi wilayah Syam dan latar belakang sejarah yang sama telah mendekatkan mereka dan membawa mereka pada perlawanan kolektif dan tuntutannya. Biasanya, pria dan wanita Suriah di negeri ini banyak bicara tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan rezim Zionis.

Alami mengungkapkan perlunya menceritakan perlawanan bangsa dengan menuturkan:

Menceritakan perlawanan bangsa-bangsa mencapai puncak dan kematangannya setelah melewati masa perang dan rekonstruksi. Di Iran, di bawah bayang-bayang keamanan dan kekuasaan, tugas ini telah tercapai. Narator Iran juga bisa menjadi pionir di sini untuk merekam narasi perlawanan dunia, hingga masyarakat dari berbagai geografi juga bisa mencapai kekuatan ini dalam narasinya.

Penulis buku ini melanjutkan:

Narasi dapat dengan mudah menciptakan rasa kebersamaan di antara penduduk suatu geografi, untuk menjaga mereka aman dari cengkeraman kolonialisme baru dan lama. Jika narasi seperti ini tidak dicatat, karena kurangnya ingatan sejarah, maka bangsa-bangsa akan terus terjerumus ke dalam lubang kolonialisme eksternal dan tirani internal, dan mereka akan terjebak di dalamnya. Bangsa yang tidak punya narasi dan tidak berhasil, akan cepat hilang dan terlupakan.(PH)

Tags