Transparansi dan Kejujuran, Dua Pilar Utama Media
Sejarah media/pers di Iran secara umum kembali pada tahun 1195 Hs (1816 M) dengan ditandai pencetakan buku pertama kali di Tabriz. Samentara koran pertama di Iran adalah Kaghaze Akhbar yang dicetak tahun 1216 Hs (1837 M).
Koran ini selama beberapa tahun dicetak tak beraturan dan jarak setiap edisinya cukup panjang. Di tahun 1229 Hs (1850 M), Mirza Taghi Khan (Amir Kabir), perdana menteri Iran saat itu, mencetak Koran Vaqayeʿ-ye Ettefaqiyeh dan 50 tahun kemudian jurnalistik di Iran mengalami kemajuan pesat.
Sebelumnya upaya para jurnalis dan insan media Iran adalah menarik opini publik ke arah media. Perubahan kondisi politik dan sosial serta budaya merupakan tujuan lain dari mereka. Namun revolusi Konstitusi di tahun 1285 Hs (1907 M) menimbulkan perubahan besar di bidang jurnalisme Iran. Saa itu, selain media tumbuh pesat, pengaruhnya pun meningkat drastis. Media di Iran di periode ini digunakan untuk membantu pergerakan sosial dan tuntutan kebebasan mereka serta cermin dari berbagai ideologi dan keyakinan. Metode baru penulisan, prosa yang mudah dicerna dan penyampaian ideologi dengan bahasa sederhana membuat media meraih dukungan besar dari masyarakat.
Jika kita ingin lebih detail mengenai sejarah surat kabar dan pers Iran, kita menyaksikan bahwa sejarah pasang surut Iran memiliki dampak langsung pada proses surat kabar dan mekanisme penyebaran pers. Hal seperti yang tercantum sejarah pers dan surat kabar Iran, banyak era yang dicatat sebagai peristiwa politik. Misalnya gerakan nasionalisasi minyak, kudeta 28 Mordad, revolusi 15 Khurdad dan puncak Revolusi Islam dapat disebut sebagai titik balik pers. Era terbaru transformasi sejarah pers Iran terjadi sejak terbentuknya pemerintahan Islam yang menjadi sumber utama perubahan mendasar di seluruh kehidupan sosial, politik dan budaya rakyat Iran.
Revolusi Islam dan gerakan ke arah perluasan budaya dan seni mendorong pers menjadi media kuat dan perpengaruh di antara rakyat Iran. Undang-undang pers pertama Republik Islam diratifikasi tahun 1358 Hs (1979) yang membicarakan hak serta wewenang pers.
Pengalaman sejarah pers dan surat kabar di Iran penuh dengan poin penting dan pelajaran berharga. Saat ini, pers di Iran mengalami pertumbuhan berarti dan ragam surat kabar di negara ini paling tidak mengadopsi mayoritas gerakan, ideologi dan pemikiran politik masyarakat. Data menunjukkan bahwa pasca Revolusi Islam kecenderungan membaca dan belajar di tengah masyarakat mengalami peningkatan berarti.
Dewasa ini dapat disebut pers di Iran sebagai fenomena sosial dan politik didukung serius oleh pemerintah dan rakyat. Di mana keluarga, menilai membaca surat kabar atau kecenderungan anak-anak mereka untuk belajar sebagai bentuk pemanfaatan waktu luang.
Untuk menghormati insan pers di Iran, asisten bidang pers dan penerangan Departemen Budaya dan Bimbingan Islam mengusulkan penyelenggaraan pameran surat kabar dan pers awal dekade 70-an. Pameran surat kabar dan pers untuk pertama kali diselenggarakan disamping pameran buku, namun untuk selanjutnya pameran ini digelar secara independen dan waktu terpisah serta memiliki audiens sendiri.
Pameran Pers dan Kantor Berita ke 22 digelar sejak 14-21 Aban (4-11 November) di Musallah Imam Khomeini di Tehran. Di banding dengan tahun sebelumnya, partisipasi media meningkat 30 persen. Di pameran pers tahun ini diisi 23 ruang lembaga pers, 65 ruang dari pers daerah, 8 ruang asosiasi pers, 7 ruang dari humas, 20 media di bidang bisnis, dan 32 dari kantor pers tingkat provinsi serta surat kabar mahasiswa di bawah Departemen Teknologi dan Universitas Terbuka.
Selain itu, ada 40 koran, 13 Kantor Berita, 25 media di bidang agama, 86 media di bidang budaya dan seni, 96 laman berita dan mingguan politik serta sosial, 79 koran keluarga dan 11 media khusus anak-anak.
Pameran pers dan surat kabar merupakan peluang paling tepat untuk mengevaluasi media demi pengembangan dan memperdalam interaksi. Selama pameran juga digelar sejumlah diskusi dan mayoritasnya digelar oleh para jurnalis. Lokakarya juga digelar diwaktu tertentudan setiap hari menampilkan tamu asing yang menyampaikan pengalamannya di bidang media.
Transparansi dan kejujuran, adalah slogan pameran pers kali ini. Pers yang menjadi mata masyarakat dan cermin dari berbagai peristiwa serta mata kebangkitan rakyat, pengawas serta pengevaluasi sisi masyarakat yang tidak dapat ditangkap oleh rakyat biasa. Pers sejatinya memainkan peran pencerah dan karakteristik transparansi juga merupakan kebutuhan maju mereka serta membantu pengetahuan para audiens.
Transparansi media di seluruh ragam pers akan membantu perkembangannya. Misalnya jika kita menginginkan laju ekonomi yang stabil, maka kita harus transparan di informasi finansial. Bagaimana pun juga jika kita menghendaki partisipasi politik, maka kita harus memiliki transparansi politik dan di berbagai dimensi lain hal ini juga diperlukan.
Kejujuran sebuah konsep moral di mana persyaratannya adalah menjaga nilai-nilai moral saat menyampaikan berita, laporan dan artikel di media. Pers dewasa ini meski menghadapi beragam ide dan terori media, namun pengelola dan insan pers tidak boleh lupa bahwa kejujuran tidak boleh dikorbankan. Mereka memiliki tugas memperkokoh perkembangan dan kemajuan masyarakat dan tidak terjebak pada pengkambinghitaman pihak lain. Dengan demikian pers dapat dipercaya sebagai salah satu pilar penting masyarakat.
Di acara penutupan pameran dewan koordinasi asosiasi manajemen pers menyampaikan penghargaan kepada seluruh media yang berpartisipasi di pameran ke 22 pers dan kantor berita tahun ini. Kemudian ada penilaian bagi setiap peserta dan pemenangnya diumumkan. Pemenang untuk sembilan kategori, media anak dan remaja, agama, budaya dan seni, pendidikan, keluarga, kantor berita umum, surat kabar daerah, politik dan ekonomi serta lembaga pers juga diumumkan di acara tersebut dan mendapat penghargaan.
Penghargaan khusus pameran kali ini diberikan kepada koran nasional Noavaran untuk kategori ejaan dan penulisan dengan benar, koran lokal Sistan va Balochistan, koran olah raga, IPNA dan IRNA serta sejumlah majalah keluarga dan olah raga lainnya.
Pameran pers dan kantor berita tahun ini juga ada ruang baru seperti ruang syuhada pembela haram yang mendapat sambutan cukup meriah dari pengunjung. Rencananya mulai tahun depan, masalah pelaksanaan dan desain pameran pers akan diserahkan kepada serikat dan tahun ini 80 persen kebijakan pameran juga telah dilimpahkan kepada serikat pers.
Bersamaan dengan penyelenggaraan pameran pers dan kantor berita ke 22, ditandatangani nota kesepahaman (MoU) antara asisten pers Departemen Budaya dan Bimbingan Islam Iran dan ketua Dewan Pers Republik Azerbaijan. MoU ini ditujukan untuk memperkokoh aktivitas media dan memperluas kerjasama bilateral serta multilateral antara media-media kedua negara.
Pertukaran langsung produk media Iran dan Azerbaijan sesuai dengan undang-undang dan ketentuan yang dimiliki kedua negara dan upaya media keduanya untuk memperkokoh kerjasama media dan pertukaran produk baik berita, laporan, foto dan lainnya yang berbahasa Persia atau Azeri, termasuk tujuan dari nota kesepahaman ini.
Asisten bidang pers Departemen Budaya dan Bimbingan Islam, Hossein Entezari di sela-sela penandatanganan MoU mengatakan, media kedua negara akan merilis berita yang didapat dari pihak seberang di media mereka dengan mencantumkan sumber pertamnya serta dengan menjaga prinsip amanat di isi berita berdasarkan kesepakatan yang diraih.
Aflatun Amashov, ketua Dewan Pers Republik Azerbaijan di sela-sela penandatanganan MoU mengungkapkan kepuasannya atas kunjungan ke Iran dan memuji Departemen Budaya dan Bimbingan Islam. Ia mengatakan, pertukaran pengalaman, penyelenggaraan lokakarya pendidikan di kedua negara serta pemanfaatan kapasitas pariwisata, budaya dan sosial juga ditekankan di nota kesepahaman ini. Ia optimis bahwa setelah tiga tahun, kesepahaman ini akan diperpanjang dan kerjasama media Iran dan Azerbaijan semakin kuat.