Syiah Inggris dan Islam Amerika; Dua Mata Gunting Pemicu Perselisihan Dunia Islam (Bag-1)
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam sebuah fatwa historis terkait penistaan kepada tokoh-tokoh yang dihormati oleh Ahli Sunnah mengatakan, penistaan simbol-simbol saudara Ahli Sunnah, termasuk menuding istri Nabi Muhammad Saw [Aisyah] adalah haram. Masalah ini termasuk seluruh istri para nabi, khususnya Sayidul Anbiya, Muhammad Saw.
Beberapa waktu lalu empat orang yang berafiliasi dengan satu kelompok radikal Islam yang dikenal dengan kelompok Shirazi menyerang kedutaan besar Republik Islam Iran di London, Inggris. Sekalipun peristiwa ini segera diinformasikan kepada polisi Inggris, tapi para petugas keamanan baru melakukan tugasnya menangkap para pelaku penyerang setelah tiga jam lewat. Empat orang ini mengeluarkan ucapan-ucapan anti Republik Islam Iran dan tokoh-tokoh yang dihormati Ahli Sunnah, dimana televisi-televisi yang berafiliasi dengan kelompok radikal ini menayangkan laporan secara lengkap.

Pada hakikatnya, Islam agama yang moderat dan menilai segala bentuk ekstrim kiri dan kanan sebagai penyimpangan dari jalur kebenaran. Dalam surat al-Baqarah ayat 143, umat Islam diperkenalkan sebagai umat pertengahan. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Patut disayangkan bahwa di antara umat Islam, seperti pemeluk agama lain, ada yang ekstrim kiri dan kanan terkait agamanya. Kondisi buruk itu ada saat ini dan menyebabkan friksi dalam barisan umat Islam. Di antara Ahli Sunnah ada kelompok-kelompok fanatik Takfiri yang menciptakan banyak dilema bagi dunia Islam dan hingga kini banyak umat Islam yang terbunuh baik itu anak-anak, orang tua dan wanita. Mereka menganggap darah orang-orang yang berbeda dengan mereka halal dan membunuh mereka bakal mendapat pahala. Kelompok Takfiri yang bersumber dari pemikiran Wahabi telah merusak wajah Islam dan memperkenalkan agama ilahi sebagai keras dan ekstrim.
Sementara di sisi lain, di antara pengikut Syiah ada kelompok yang lebih memilih sikap ekstrim ketimbang moderat. Kelompok ini dikenal dengan kelompok Shirazi. Sekalipun tidak banyak diperhatikan, tapi dari sisi keorganisasian, media dan kontroversi propaganda membuat kelompok ini tampak besar. Kelompok ini disebut Shirazi karena mengikut seorang tokoh bernama Sadegh Shirazi.
Ia menganggap dirinya sebagai marji taklid dan posisi ini diwarisinya dari saudaranya yang diturunkan dari ayahnya. Patut disebutkan bahwa mencapai posisi marji taklid membutuhkan usaha bertahun-tahun belajar dan memperdalam sumber-sumber Islam, belajar kepada para guru besar dan memiliki sifat mulia seperti zuhud, adil dan alim, sifat-sifat yang tidak dapat diturunkan.
Namun yang membuat kelompok ini sensitif adalah kebijakannya yang menyebabkan perselisihan di antara Syiah dan Sunni. Para pemimpin kelompok ini memanfaatkan emosi sejumlah orang dan menyampaikan masalah yang membuat marah Ahli Sunnah. Akhirnya, sebagian Ahli Sunnah berpikiran ini sikap semua Syiah. Benar, bahwa Syiah dan Sunni memiliki perbedaan, tapi tidak diragukan bahwa persamaan mereka lebih banyak. Allah, al-Quran, Nabi, Kiblat dan banyak dari hukum dan ibadah kedua mazhab ini yang sama.
Selain itu, jangan dilupakan bahwa mereka punya musuh sama yang menginginkan menghancurkan Islam, bukan hanya Syiah atau Sunni. Namun terlepas dari kesamaan yang ada ini, dalam masalah seperti khilafah dan pengganti Rasulullah Saw serta sebagian hukum ada perbedaan pendapat di antara Syiah dan Sunni, tapi perbedaan pandangan ini dapat diselesaikan dengan pembahasan ulama Syiah dan Sunni. Sementara membesar-besarkan masalah ini dan memprovokasi opini umum hanya akan menghasilkan friksi di dunia Islam yang akan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh musuh umat Islam.

Sangat disayangkan bahwa satu dari teman yang ditayangkan secara luas oleh media-media yang berafiliasi dengan kelompok Shirazi adalah penistaan terhadap tokoh-tokoh di awal Islam yang dihormati oleh Ahli Sunnah. Padahal Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran senantiasa mengajak persatuan dunia Islam.
Sekaitan dengan masalah persatuan Islam, beliau berkata, dilarang mengintensifkan perselisihan di dunia Islam. Kami menolak perilaku sebagian kelompok Syiah yang menyebabkan perselisihan. Kami secara transparan mengatakan bahwa kami menolak penghinaan terhadap apa yang disucikan oleh Ahli Sunnah. Ada satu kelompok dari pihak sini dan ada kelompok dari pihak sana yang menambah api permusuhan dan mengintensifkannya. Boleh jadi mereka berniat baik, tapi tidak punya nurani. Penting sekali memiliki nurani. Harus melihat seperti apa skenario musuh. Skenario musuh pada prioritas pertama adalah menciptakan perselisihan.
Sekalipun dalam kasus sebagian tokoh di awal Islam ada perbedaan antara Syiah dan Sunni, tapi tidak berdasar bila perbedaan historis ini disampaikan dalam bentuk kontroversi dan provokasi media. Sementara yang terjadi di televisi-televisi yang berafiliasi pada kelompok Shirazi, mereka mempropagandakan secara transparan dan intensif penghinaan terhadap tokoh-tokoh yang dihormati Ahli Sunni, demi menarik perhatian sebagian pemeluk Syiah.
Yasser al-Habib, seorang pemimpin kelompok Shirazi dan direktur televisi satelit Fadak menghina Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw, sehingga membuat benci dan marah Ahli Sunnah, khususnya negara-negara Teluk Persia. Namun dengan dikeluarkannya fatwa tegas dan mencerahkan dari Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, sebagian besar dampak dari masalah ini dapat diredam. Fatwa ini membentuk garis pembatas yang jelas bahwa sikap pengikut Syiah Revolusioner dan memiliki hati nurani berbeda dengan kelompok radikal Shirazi.
Kelompok Shirazi berusaha menarik dan memprovokasi opini publik Syiah dengan melakukan acara-acara yang tidak punya akar dalam Islam. Bahkan boleh dikata, acara-acara ini hanya untuk membangkitkan kemarahan saudara Ahli Sunnah dan menciptakan perselisihan di antara umat Islam. Sebagai contoh, mereka mengadakan acara yang menghormati Abu Lu’lu yang membunuh khalifah kedua. Menurut mereka, apa yang dilakukan Abu Lu’lu sebagai bentuk pembalasan Sayidah Fathimah az-Zahra as, putri Rasulullah Saw.
Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah, Abu Lu’lu melakukan perbuatan membunuh khalifah kedua karena perselisihan pribadi, bahkan ia juga bukan pemeluk Syiah. Ketika di Republik Islam Iran diperingati Pekan Persatuan untuk mendekatkan mazhab Syiah dan Ahli Sunnah, kelompok Shirazi justru melakukan pawai baraat atau berlepas tangan. Maksudnya adalah mereka berlepas tangan dari tokoh-tokoh yang diperselisihkan di masa awal Islam. Padahal langkah ini bertentangan dengan ayat al-Quran (QS 3: 103) yang mengajak seluruh umat Islam “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...”
Sekaitan dengan masalah ini, Ayatullah Khamenei juga menegaskan, jangan ada yang berkhayal bahwa penyebaran Syiah, akidah Syiah dan kekuatan iman Syiah dengan perkataan buruk dan cara berbicara seperti ini. Tidak demikian! Mereka justru terbalik melakukannya. Ketika kalian berkata buruk tentangnya, maka ia akan membuat pagar di sekelilingnya dari fanatisme dan emosi. Ia sudah tidak mau mendengar ucapan yang benar lagi. Kami punya banyak ucapan yang kokoh. Kami punya banyak ucapan logis. Ucapan yang bila disampaikan kepada orang yang mau berpikir, ia pasti akan menerimanya. Biarkan semua ucapan didengarkan. Biarkan ucapan-ucapan ini menemukan pengaruhnya di hati orang lain.

Jelas bahwa menyampaikan ucapan menghina kepada pihak lain, baik itu Syiah atau Sunni, bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tapi yang bertambah justru permusuhan dan sikap keras kepala. Bersikeras untuk tetap berselisih bukan bukti bahwa orang tersebut memiliki akidah yang kuat terhadap prinsip-prinsip Syiah atau Sunni, bahkan semakin jauh dari jalur ketakwaan dan moderat. Sebagaimana yang disampaikan al-Quran dalam ayat 8 surat al-Maidah, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”
Dalam pidato lainnya tentang menghina apa yang disucikan Ahli Sunnah, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa perbuatan ini justru bertentangan dengan sirah dan perilaku Ahlul Bait as. Karena mereka mendorong pengikutnya untuk senantiasa bersikap lemah lembut dan toleransi selain Syiah. Sebagaimana Imam Shadiq as menjawab pertanyaan seorang yang bertanya bagaimana berinteraksi dengan non Syiah, perhatikan para pemimpinmu! Mereka orang yang harus diikuti. Berinteraksi dengan masyarakat (non Syiah) seperti yang dilakukan para pemimpinmu. Demi Allah! Para pemimpinmu menjenguk orang yang sakit, ikut dalam prosesi pemakaman mereka, hadir dalam proses peradilan mereka dan memberikan kesaksian. Mereka juga melindungi amanat mereka dan memberikannya kembali ketika diminta.