Syiah Inggris dan Islam Amerika: Dua Mata Gunting Perselisihan Dunia Islam (Bag-2, Habis)
Pada bagian sebelumnya dari pembahasan ini telah dijelaskan poin penting bahwa agama Islam mengajak pengikutnya untuk bersikap moderat dan menilai sikap ekstrim dalam beragama sebagai perbuatan yang tidak diterima dan merugikan. Sementara di antara pengikut Ahli Sunnah ada pemikiran Takfiri-Wahabi dan di Syiah ada kelompok Shirazi yang memilih sikap ekstrim.
Sudah banyak penjelasan tentang kelompok Takfiri yang fanatik, menyimpang dan peran mereka dalam menciptakan wajah Islam yang keras dan kasar bagi masyarakat dunia. Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan sebagian akidah dan penyebaran perselisihan para pemimpin kelompok Shirazi. Sebagaimana telah dijelaskan pula bahwa harus dipisahkan sikap polos masyarakat awam yang mendukung sebagian langkah-langkah kelompok Shirazi dengan mereka menebar perselisihan padahal tahu akan akibatnya.
Husein bin Ali as merupakan tokoh yang tidak hanya mendapat penghormatan khusus di kalangan Syiah, tapi juga Ahli Sunnah, bahkan bagi non Muslim. Karena keberaniannya berhasil melindungi agama Islam dan tidak mau menyerah di hadapan kezaliman, sehingga meneguk cawan syahadah. Beliau mewariskan pelajaran historis kepada semua manusia. Oleh karenanya, sudah sepantasnya bila di hari kelahirannya diselenggarakan acara peringatan duka.

Namun patut disayangkan, kelompok Shirazi peringatan duka yang berakar pada diri masyarakat telah dicampuradukkan dengan khurafat. Salah satunya adalah tatbir atau melukai diri. Para pemimpin kelompok ini mempropagandakan sedemikian rupa, sehingga acara peringatan duka Imam Husein as harus dilakukan dengan melukai diri agar dikatakan ikut bersedih bersama beliau. Padahal perbuatan ini bukan tidak memiliki dasar dalam al-Quran dan Hadis, bahkan Islam tidak membolehkan seseorang melukai dirinya. Islam agama yang mengakui akal sehat, sementara melukai diri tidak diterima oleh akal manusia.
Sekalipun tidak banyak orang yang berinisiatif melakukan acara melukai diri, tapi sejumlah foto dan video tentang perilaku ini telah dipublikasikan di media secara luas. Seseorang yang tidak mengenal acara peringatan duka Imam Husein as beranggapan acara ini dilakukan dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Dengan cara ini, media-media asing menciptakan gambaran bohong dan tidak benar tentang acara peringatan duka pengikut Syiah bagi opini publik dunia.
Sementara ulama dan marji taklid Syiah tidak membolehkan perilaku melukai diri atau tatbir dan segala bentuk perilaku yang merusak wajah Syiah. Fatwa Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebutkan, melukai diri atau tatbir selain menurut masyarakat awam tidak termasuk contoh kesedihan dan tidak pernah dilakukan di masa para Imam Maksum as dan masa sesudah mereka, bahkan tidak ada pengakuan baik secara khusus atau umum dari para Maksum as tentang hal ini, maka di masa kini menyebabkan semakin lemah dan merusak nama mazhab. Oleh karenanya, perilaku ini dalam berbagai bentuknya tidak diperbolehkan.
Kelompok Shirazi telah melupakan tujuan utama kebangkitan besar Imam Husein as. Imam Husein bangkit demi menghapus khurafat dari agama kakeknya. Sementara perilaku kelompok Shirazi porsinya lebih banyak khurafat yang tidak punya akar agama dan argumentasi logis. Selain itu, pelajaran terbesar dari kebangkitan Imam Husein as adalah tegar menghadapi kezaliman sekalipun harus mengorbankan nyawa. Sementara kelompok Shirazi selama ini hanya bungkam menghadapi kezaliman kekuatan-kekuatan seperti Amerika, Inggris dan rezim zionis Israel.
Kelompok ini bahkan memrotes dukungan Republik Islam Iran terhadap rakyat tertindas Palestina hanya dengan alasan mereka Ahli Sunnah. Inilah cara pandang ekstrim terhadap agama. Yasser al-Habib salah satu pemimpin kelompok Shirazi terkait masalah ini mengatakan, Hamas adalah Nashibi dan menembakkan roket ke arah wanita dan anak-anak tidak berdosa Yahudi. Ia bahkan tidak melihat maslahat di balik peringatan Hari Quds sedunia yang dicanangkan Imam Khomeini ra demi mendukung rakyat Palestina.
Kelompok Shirazi tidak peduli dengan sikap rezim zionis Israel yang menumpas rakyat Palestina dengan buas dan pada saat yang sama mengecam serangan roket balasan Palestina atas kejahatan Israel. Membela yang dizalimi, baik itu di Palestina, Suriah, Irak dan Yaman termasuk nilai-nilai agama Islam dan tidak ada hubungannya dengan Syiah atau Ahli Sunnah. Sebagaimana disampaikan oleh al-Quran ayat 75 surat an-Nisa, Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak. Begitu juga yang ditekankan Imam Ali as, musuhi pezalim dan bantu mazlum.

Membela orang teraniaya dalam Islam tidak ada hubungannya dengan Syiah dan Sunni. Tapi kelompok radikal Shirazi menafikan dukungan kepada warga muslim Palestina dan mendukung rezim penjajah. Sikap ini bukan saja tidak peduli akan prinsip Islam soal perlawanan terhadap kezaliman, tapi justru menambah keyakinan bahwa kelompok ini mendukung rezim zionis Israel.
Padahal tidak ada satu ulama Syiah pun yang ragu dalam mendukung rakyat Palestina. Republik Islam Iran sendiri menjadi pelopor dalam membantu rakyat teraniaya Palestina. Imam Khomeini ra menyebut rezim zionis Israel sebagai tumor di kawasan dan Ayatullah Khamenei mengatakan, mendukung Palestina, Intifada dan memerangi Zionisme dan pendukungnya merupakan pilar utama kebijakan strategis Republik Islam Iran.
Kelompok Shirazi sangat menganggap penting Karbala sebagai tempat syahadah Imam Husein as. Di sisi lain, ketika Daesh sempat menduduki sebagian besar daerah Irak, para pemimpin kelompok ini tidak pernah menunjukkan sikap serius menghadapi kelompok buas, penjajah dan anti Syiah ini. Padahal marji tertinggi Syiah di Irak, Ayatullah Sistani telah mengeluarkan hukum jihad memerangi Daesh. Bila masyarakat tidak menaati fatwa ini, mungkin saja Karbala dan Najaf juga dikuasai Daesh.
Tapi poin penting dalam masalah ini, bukan saja kelompok Shirazi tidak melakukan aksi-aksi menghadapi Daesh dan Zionis Israel, justru mereka bangkit menentang negara-negara atau kelompok yang terlibat perang dengan musuh-musuh Islam ini. Kelompok Shirazi tidak hanya menyerang Republik Islam Iran, tapi Hizbullah Lebanon dan sekjennya yang berperang di dua medan tempur melawan rezim zionis Israel dan Daesh juga tidak luput dari serangannya. Mereka bahkan menyebut gerakan revolusioner Syiah ini sebagai kafir!
Satu masalah yang membuat kelompok Shirazi sangat menarik perhatian adalah sejumlah media dan propaganda luar mereka. Kelompok ini memiliki banyak televisi satelit, situs dan juga fasilitas media sosial untuk menyebarkan akidah radikalnya. Padahal para marji Syiah tidak memiliki kemampuan finansial dan koordinasi sedemikian kuat untuk menyebarkan akidah Syiah.
Menariknya lagi, kebanyakan dari televisi satelit dan organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan kelompok Shirazi beraktivitas di Inggris. Bukan saja aktivitas mereka tidak dibatasi karena aksi-aksi radikal dan memecah belahnya, tapi justru mendapat dukungan pemerintah. Media-media Barat juga memberikan perhatian khusus terkait berita dan pandangan-pandangan kelompok fanatik ini dan meliput mereka secara luas.
Ayatullah Khamenei ketika menjelaskan kelompok radikal dan penyebar perpecahan ini mengatakan, kami tidak menerima Syiah yang markas dan pangkalan propagandanya di London. Ini bukan Syiah yang disebarkan dan diinginkan oleh Imam Maksum as. Syiah yang berlandaskan perpecahan dan meluruskan jalan bari kehadiran musuh-musuh Islam, Syiah seperti ini bukan Syiah, tapi penyimpangan. Syiah manisfestasi Islam murni dan al-Quran. Kami mendukung mereka yang membantu persatuan Islam dan menolak mereka yang anti persatuan.
Benar, Inggris punya pengalaman panjang dalam menciptakan perselisihan di antara kalangan umat Islam. Dengan informasi dan studi yang dilakukannya, Ayatullah Khomeini ra mengatakan, menciptakan perang antara Syiah dan Sunni sudah pernah terjadi. Inggris sangat berpengalaman dalam hal ini. Kami punya banyak pengalaman dan informasi bahwa agen-agen Inggris yang menciptakan konflik, perselisihan dan dendam di antara Syiah dan Sunni dengan tujuan agar mereka saling membunuh.

Inggris dan negara-negara Barat mendukung kelompok Shirazi agar kelompok fanatik dan menyimpang Syiah ini dihadap-hadapkan dengan kelompok Syiah revolusioner, melawan kezaliman dan maju yang dipelopori Republik Islam Iran. Itulah mengapa Arab Saudi sebagai tempat kelahiran Ahli Sunnah radikal dan sesat tidak begitu menolak kelompok Shirazi. Sebaliknya, mereka begitu membenci Iran sebagai pendukung persatuan umat Islam, penentang Amerika dan rezim Zionis Israel.
Sejatinya, negara-negara Barat dan rezim zionis Israel mendukung kelompok-kelompok di dunia Islam selama tidak membahayakan kepentingan mereka dan menjadi pemicu perselisihan dan pertumpahan darah di dunia Islam. Kelompok Shirazi di Syiah dan Wahabi-Takfiri di Ahli Sunnah contoh nyata Islam yang mendukung Barat dan sadar atau tidak telah melayani Barat.
Tapi Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa Ahli Sunnah yang didukung Amerika dan Syiah yang dipropagandakan London adalah saudara setan dan kaki tangan Amerika dan Barat. Dengan tepat beliau menggambarkan keduanya dengan ucapan, Syiah Inggris dan Sunni Amerika sama saja sebagai dua mata gunting yang berusaha membuat umat Islam saling membunuh. Pesan perselisihan ini merupakan kehendak setan, tapi pesan persatuan adalah melewati perseteruan ini dan hidup bersama saling berdampingan.