Iran, 40 Tahun Pacsa Revolusi Islam (6)
(last modified Tue, 25 Sep 2018 06:53:26 GMT )
Sep 25, 2018 13:53 Asia/Jakarta
  • Revolusi Islam Iran.
    Revolusi Islam Iran.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayyid Ali Khamenei, pada hari pertama tahun baru kalender Persia 1397 HS, di hadapan para peziarah makam suci Imam Ridho as, menyinggung penggagalan rencana Amerika di kawasan, dan memberikan gambaran keseluruhan tentang rapor 40 tahun Republik Islam Iran di bidang slogan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasarnya.

Pada pidatonya, Rahbar menyinggung sejumlah isu-isu regional dan kejahatan Amerika Serikat seraya mengatakan, "Sekarang, kekuatan internasional yang secara bekesinambungan mencampuri urusan internal di wilayah dunia, menyatakan keberatan dengan Republik Islam dan mengklaim mengapa Iran mencampuri urusan di kawasan?"

Rahbar mengatakan, "Kami katakan bahwa masalah ini bukan urusan Anda dan bahwa kehadiran Republik Islam Iran di sejumlah negara di kawasan ini, atas permintaan pemerintah dan masyarakat  negara tersebut. Kami tidak melakukan penindasan atau mencampuri urusan dalam negeri mereka. Mereka meminta bantuan dan kami membantu, dan bantuan tersebut kami lakukan dengan dasar logis dan dengan perhitungan yang sangat rasional, bukan dari perasaan."

Selama hampir empat dekade sejak kemenangan Revolusi Islam, bangsa Iran telah menghadapi banyak tantangan. Tantangan utamanya adalah berbagai tangan dan masalah yang disebabkan oleh kebijakan AS dan rezim-rezim pengekor Amerika di kawasan. Sekarang, ancaman tersebut bukan hanya belum berakhir, namun sedang dirancang ulang dengan menggulirkan ketidakamanan, dan tantangan ini harus dilawan.

Rahbar meyinggung makar Amerika untuk kawasan danmengatakan, "Amerika Serikat sedang menciptakan kelompok bengis, jahat dan penista seperti Daesh (ISIS), menyibukkan bangsa-bangsa di kawasan dengan perang, dan mengalihkan perhatian mereka dari rezim penjajah Zionis, akan tetapi Republik Islam Iran mampu merusak rencana mereka berkat pertolongan Allah Swt."

Ayatullah Khamenei juga menekankan bahwa Republik Islam telah mampu menciptakan keamanan di kawasan dan mengatakan, "Setelah ini juga akan sama, dan tidak diragukan lagi Amerika Serikat akan gagal mencapai tujuannya di kawasan ini, dan Republik Islam Iran akan mencapai seluruh tujuannya berkat pertolongan Allah Swt."

Republik Islam Iran dengan menekankan prinsip kepentingan kolektif dan keamanan untuk semua dalam rangka menyelesaikan konflik dan ketegangan melalui dialog, dan menerima pemberantasan radikalisme dan terorisme dengan seluruh biayanya sebagai politik utama yang membanggakan.

Hussein Divsalar, doktor di bidang sosiologi politik di Universitas Tehran mengatakan, "Iran tanpa mempertimbangkan sejumlah kepentingan sementara dan jangka pendek yang dapat menjustifikasi sejumlah langkah seperti kudeta, gejolak dan krisis, selalu menekankan pentingnya non-intervensi pihak asing, perwujudan keamanan dan stabilitas oleh  negara-negara kawasan, menciptakan hubungan persahabatan dan kerukunan bertetangga, serta kerjasama dengan negara-negara dunia dalam memberantas terorisme dan radikalisme..."

Ditambahkannya, "...itu semua menjadi pokok dalam kebijakan luar negeri Iran di samping terus mengupayakan kekuatan negara-negara regional serta perlawanan menghadapi negara-negara yang menginginkan pelemahan umat Islam dan negara-negara regional dengan menggulirkan politik konfrontatif dan krisis."

Iran di Suriah dan Irak telah memberantas makar dan permusuhan yang telah berlangsung selama hampir tujuh tahun guna melindungi kepentingan masyarakat tertindas di wilayah tersebut dan pemerintah yang sah di hadapan plot dan permusuhan, serta dalam rangka mendukung rakyat Palestina dan Yaman.

Pada tahun 2001, Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran ke Afghanistan dengan dalih serangan 11 September 2001, serta menyerang dan menduduki Irak. Intervensi tersebut menimbulkan tragedi politik, yang menyeret kawasan pada ketidakstabilan serta pertumbuhan terorisme dan ekstremisme. Fenomena tersebut telah menjadi ancaman bagi semua pihak di kawasan. Dan sekarang jelas bahwa langkah Amerika itu bukan dalam rangka memerangi terorisme dan atau menangani instabilitas.

Pada hari ketika Presiden AS Donald Trump menyamakan Arab seperti sapi perah yang harus terus diperah atau ketika pada kesempatan lain menyatakan bahwa untuk mewujudkan keamanan negara-negara Arab di hadapan Iran memerlukan biaya besar, dan jika Amerika mendukung mereka, maka mereka (negara-negara Arab) harus membayar, jelas pula keamanan seperti apa yang diacu Amerika Serikat untuk kawasan.

Hasil dari invasi asing ke Afghanistan adalah perluasan terorisme, perdagangan narkotika dan distribusinya ke seluruh penjuru dunia, dan telah sangat merugikan Iran. Sementara petualangan militer di Irak juga telah menyebabkan serangkaian insiden tragis serta pembentukan kelompok-kelompok teroris seperti Daesh dan Front al-Nusra dan gelombang kekerasan brutal yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bahkan di sekitar Irak selama beberapa tahun terakhir.

Sementara para pelaku Serangan 11 September sudah jelas. Tercatat 15 dari 19 pelaku serangan tersebut adalah warga negara Saudi, dan dua di antaranya adalah warga Uni Emirat Arab dan satu orang dari Mesir dan satu dari Lebanon.

Sejumlah pemerintah regional membentuk kelompok-kelompok ekstremis dan mempersenjatai dan mendanai mereka. Daesh dan Front al-Nusra termasuk di antara kelompok-kelompok tersebut yang digunakan untuk perang proxy di Suriah, Irak dan sejumlah negara.

Rahbar tiga tahun lalu pasca serangan teroris di Perancis, melayangkan dua surat kepada para pemuda Eropa dan Amerika Utara menyoroti berbagai faktor di balik Islamphobia dan pentingnya pengenalan agama Islam.

Transformasi dalam beberapa tahun terakhir di kancah internasional khususnya menyusul munculnya kelompok teroris dan ekstrimis, serta perluasan aksi terorisme mereka di sejumlah negara Barat seperti Perancis, telah dijadikan alasan oleh media massa dan pemerintah Barat untuk menyebarkan islamphobia.

Menyusul transformasi tersebut, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei, merilis dua surat yang mengungkp makar-makar Barat terhadap Islam dan meminta para pemuda Barat untuk lebih mengenal Islam yang sejati. Rahbar dalam dua suratnya, menyampaikan pesan kepada para pemuda Barat dengan cara inovatif di luar mekanisme dialog konvensional.

Publikasi dua surat Rahbar kepada para pemuda Eropa dan Amerika Utara, merupakan di antara peristiwa penting dalam beberapa tahun terakhir. Meski berbagai upaya boikot oleh media massa Barat, kedua surat tersebut mendapat reaksi luas di berbagai tingkat internasional.

Profesor di Universitas Princeton, Amerika Serikat, Richard Anderson Falk mengatakan, surat Rahbar Iran itu meskipun ditujukan kepada para pemuda, namun penting untuk kita semua. Inti surat itu dapat menjadi pondasi spiritualitas dan moral bagi setiap masyarakat dan disebarluaskan ke seluruh umat manusia.

Hari ini, sungguh disayangkan kekhawatiran terkait ekstremisme dan kekerasan masih terus kita saksikan. Ekstremisme dan kekerasan selama bertahun-tahun telah menjadikan kawasan Asia Barat menjadi ajang perang dan kejahatan kelompok teroris dukungan Barat dan beberapa negara kawasan seperti Arab Saudi.

Arab Saudi, dengan pandangan ekstremis dan perlindungan terorisme di bawah Wahhabisme, selalu berjuang untuk menciptakan perpecahan dan memenangkan dukungan dari negara-negara asing dan Barat dan telah membuat wilayah itu lebih rentan. Upaya untuk menciptakan apa yang disebut Arab Pelemahan Iran dan peluncuran kejahatan perang dan invasi Arab Saudi oleh Yaman, dan munculnya krisis dan perselisihan atas Iran, adalah salah satu langkah yang ditujukan untuk merusak keamanan kawasan tersebut.

Selama 40 tahun upaya Republik Islam Iran dalam membangun keamanan dan stabilitas, harus dievaluasi dengan bersandarkan pada fakta bahwa satu-satunya cara untuk memulihkan keamanan dan perdamaian di kawasan adalah mencapai pemahaman terhadap ancaman kolektif. Negara-negara di kawasan harus bekerja sama dan membangun kepercayaan, menyatukan upaya memerangi terorisme, ekstremisme serta memperkokoh keselarasan regional, kerukunan dan interaksi positif.