Iran, 40 Tahun Pasca Revolusi Islam (10)
-
Kehadiran masyarakat untuk menyambut kedatangan Imam Khomeini ra dari Paris.
Kemenangan Revolusi Islam Iran tidak diragukan merupakan salah satu peristiwa paling spektakuler di era kontemporer, yang menjadi sumber kerja keajabian dalam dimensi budaya, politik, sosial, dan ekonomi Iran, dan juga memantik kebangkitan umat Islam.
Setiap revolusi sedikitnya memiliki pengaruh regional dan internasional serta mengemukakan pesan guna menunjukkan kedalaman strateginya. Semakin menarik pesan revolusi tersebut, semakin banyak sambutan, dukungan dan peneladanannya. Revolusi Islam Iran di mana karakter terpentingnya adalah pengandalan persektif dunia Islam, tampil ketika gelomba liberal dan sosialis telah kehilangan daya tariknya.
Revolusi Islam bangsa Iran menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang bukan hanya memiliki kemampuan manajemen perjuangan besar, tetapi mampu memecahkan masalah masyarakat dan manajemennya serta menjamin kelangsungan hidupnya di dalam politik global modern yang sangat rumit, kompleks, bersama seluruh friksi dan kontradiksinya. Dengan kata lain, Revolusi Islam Iran membuka sebuah front baru bagi bangsa tertindas yang menderita akibat kerancuan dan keterbelakangan yang dipaksakan oleh pihak imperialis. Slogan "Tidak Barat dan Tidak Timur" Revolusi Islam merupakan penafian penindasan dan kezaliman terhadap kemanusiaan.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei, dalam pidatonya , menjelaskan efek faktor kedinamisan revolusi Islam. Beliau mengacu pada klaim palsu dan distorsif musuh terkait pesan universal Revolusi Islam dan mengatakan, "Betapa banyak propaganda mereka lakukan untuk ucapan Imam Khomeini bahwa, 'kami akan mengekspor revolusi kami ke seluruh penjuru dunia."
Ekspor revolusi tidak berarti bahwa kami akan bangkit dan bergerak ke sana-sini dengan pasukan dan kekuatan, dan bahwa kita akan menggulirkan perang serta mamaksa rakyat untuk berontak dan membangkitkan revolusi. Maksud Imam tidak seperti itu. Ini tidak termasuk dalam kebijakan dan prinsip kami, bakan kami menolaknya. Mereka mengartikannya berbeda kemudian mengecamnya."

Dijelaskan Rahbar, "Makna dari ekspor revolusi adalah agar bangsa-bangsa di dunia menyaksikan, sebuah bangsa dengan kekuatannya sendiri dan mengandalkan kemampuan dan tekadnya serta dengan keyakinan kepada Allah Swt, mereka dapat bangkit dan tidak menyerah. Jika bangsa-bangsa menyaksikan ini, mereka akan yakin dan terdorong untuk membebaskan diri mereka dari penindasan.
Menyinggung perjuangan rakyat Palestina yang tertindas di hadapan kekejaman rezim penjajahan Zionis, Ayatullah Khamenei mengatakan, "... Jika Anda melihat orang-orang Palestina di dalam wilayah yang diduduki hari ini, Anda akan melihat bahwa masyarakat berjuang menghadapi tekanan. Perjuangan ini dilakukan dalam kondisi sangat sulit di Palestina, tetapi masyarakat tetap melanjutkannya."
Dituturkan Rahbar, "Masyarakat di Afghanistan juga menghadapi banyak kesulitan dan tidak ada pihak di dunia yang memberikan bantuan kepada mereka bahkan untuk sehari saja, mereka berjuang sendirian, bertahan dan melanjutkannya. Negara-negara lain juga sama, dan ini karena keteladanan Islam dan Republik Islam di Iran. Ekspor revolusi itu berarti demikian, yang menciptakan pelajaran dan tugas bagi bangsa-bangsa."
Amerika Serikat dan sejumlah sekutunya di Eropa, dengan bantuan kroni regional mereka, menuding Iran melakukan intervensi di kawasan dan menciptakan ketidakstabilan. Tuduhan ini senantiasa dilontarkan di saat agen mata-mata AS dan Israel dengan petro-dollar Saudi terus menggulirkan makar dan plot di kawasan. Mereka mencoba mengubah nasib kawasan dengan meluncurkan perang proxy.
Namun Revolusi Islam, dengan bergantung pada nilai-nilai dan tujuan yang diacu, telah menjadi tantangan bagi kekuatan arogan. Amerika Serikat menghabiskan banyak dana untuk melawan Revolusi Islam. Sejak awal, bangsa Iran memahami fakta bahwa semakin menarik dan luhur, cita-cita dan tujuan revolusi, maka ketabahan dalam menghadapi kesulitan dalam proses pencapaiannya akan lebih mudah dan lebih manis. Sejak awal, Revolusi Islam Iran telah memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas, serta Rahbar dan bangsa Iran senantiasa melakukan segala upaya untuk perwujudannya.
Oleh karena itu, Republik Islam Iran selalu menjadi salah satu isu utama dalam kebijakan luar negeri AS. Sekarang, Presiden AS Donald Trump telah mengambil sikap yang lebih konsfrontatif terhadap Iran. Namun pertanyaannya adalah sejauh mana plot-plot ini mampu mendistorsi gerakan Revolusi Islam dari jalurnya.
Perjuangan 40 tahun bangsa Iran melawan berbagai konspirasi dan makar menunjukkan bahwa bangsa ini mampu tampil bangga dan menang di hadapan segala permusuhan Amerika Serikat. Mereka telah menggunakan semua cara dari blokade ekonomi, pemaksaan perang, dukungan terhadap pihak agresor dan bahkan sanksi-sanksi yang diklaim akan melumpuhkan Iran.
Mereka mencoba meningkatkan tekanan terhadap Republik Islam dengan membesar-besarkan program nuklir, kemampuan rudal dan kebijakan regional, serta terkait masalah hak asasi manusia Iran, dan menciptakan gelombang Iranphobia di kawasan. Namun semua intrik tersebut tidak pernah berhasil memaksa bangsa Iran untuk menyerah. Eskalasi politik konfrontatif Amerika Serikat juga berarti peningkatan kekuatan dan persatuan Republik Islam dan bangsa Iran.

Sejak lahirnya Revolusi Islam, Amerika Serikat telah melakukan banyak kesalahan peritungan dalam politik konfrontatifnya terhadap bangsa Iran. Meski permusuhan yang dibarengi dengan ancaman dan sanksi, bangsa Iran terus melanjutkan gerakannya menuju independensi dan keadilan dengan tekad yang lebih kokoh.Sekarang, Republik Islam Iran berada di puncak kekuatannya dengan mengandalkan dukungan rakyat dan kemampuannya sendiri.
Alasan utama permusuhan pemerintah Amerika terhadap Republik Islam Iran adalah perlawanan terhadap imperialisme serta ketegasan Iran di hadapan kebijakan dan agenda intervensionis AS dalam berbagai periode yang hanya menimbulkan pertumpahan darah dan kesengsaraan bagi masyarakat dunia. Dari sudut pandang ini, empat dekade usia Revolusi Islam merupakan pola perlawanan bangsa Iran menghadapi kesewenang-wenangan dan ancaman Amerika Serikat.
Mengenai tujuan konspirasi AS terhadap Iran, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Amerika berusaha untuk kembali ke posisi mereka di Iran sebelum revolusi, dan mereka tidak akan terima jika kurang dari itu. AS mencari bermacam alasan untuk permusuhannya dengan Iran seperti, aktivitas damai nuklir dan peningkatan pengaruh regional Iran." Rahbar lebih lanjut menegaskan, kehadiran regional adalah bagian dari unsur kekuatan dan keamanan Iran, dan itulah mengapa musuh menentangnya.
Mengingat permusuhan mengakar AS terhadap Iran, Rahbar percaya bahwa negara ekspansionis ini tidak dapat dipercaya dan mengingatkan, "Saya sudah sering menyinggung poin ini bahwa ucapan dan bahkan tanda tangan para pejabat Amerika tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, negosiasi dengan AS tidak ada gunanya sama sekali."
Jelas, negosiasi dan hubungan dengan AS bertentangan dengan kepentingan nasional dan merugikan Iran. Tentu saja, beberapa percaya bahwa – mengingat konspirasi AS terhadap Iran di bidang politik, ekonomi dan propaganda mereka – lebih baik untuk menjalin hubungan dengan Washington. Namun, Rahbar menolak pandangan ini dan menekankan, "Menyelesaikan masalah negara dengan bernegosiasi atau berhubungan dengan AS adalah sebuah kesalahan yang nyata. AS memiliki masalah mendasar dengan prinsip sistem Islami, di samping itu ada banyak negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang menjalin hubungan dengan AS, tetapi mereka masih menghadapi banyak masalah."
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menekankan pemanfaatan kapasitas internal dan eksternal negara untuk memperluas kegiatan lembaga-lembaga diplomatik. Beliau mengatakan, "Sejak dulu saya menekankan bahwa kemampuan orang Iran lebih tinggi dari rata-rata dunia, fakta ini adalah sebuah kapasitas nasional yang penting. Unsur lain kemampuan Iran adalah keimanan, keberanian, pengorbanan, dan kebanggaan bangsa terhadap nilai-nilai."