Imam Khomeini, dan Tonggak Revolusi Islam
(last modified Thu, 31 Jan 2019 08:12:31 GMT )
Jan 31, 2019 15:12 Asia/Jakarta
  • Revolusi Islam Iran 1979
    Revolusi Islam Iran 1979

Empat dekade lalu, tanggal 12 Bahman yang bertepatan dengan satu Februari, menjadi babak baru dalam lembaran sejarah Iran kontemporer. Sebuah momentum historis besar tentang potret baru Iran terjadi di tanggal penting ini, yang ditandai dengan kedatangan Imam Khomeini ke Iran setelah 15 tahun berada di pengasingan.

Sejak Mohammad Reza Pahlevi meninggalkan Iran pada 16 Januari 1979, dan Shapour Bakhtiar menjadi perdana menteri, Iran berubah haluan. Dan 12 Bahman menjadi tonggak baru perubahan tersebut. Iran berubah dari sistem kerajaan menjadi Republik Islam dengan keberhasilan Revolusi Islam yang dipimpin Imam Khomeini.

Shapour Bakhtiar, perdana menteri Iran di akhir rezim shah

Kedatangan Imam Khomeini di bandara Mehrabad pada 12 Bahman disambut oleh jutaan rakyat Iran yang menambatkan harapannya terhadap bapak Revolusi Islam ini. Imam Khomeini dalam pidato di makam pahlawan Revolusi Islam, Behesti Zahra, Tehran menegaskan, "Dengan dukungan rakyat, saya akan membentuk pemerintahan,".

Statemen bersejarah Imam Khomeini mengenai pembentukan Dewan Revolusi menjadi tahapan awal dan menentukan dalam transisi kekuasaan di Iran. Kembalinya Imam Khomeini ke Iran dan sambutan rakyat Iran terhadap beliau dicatat dalam sejarah negara ini, bahkan dunia, sebagai fenomena penting dan langka.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyampaikan pernyataan penting mengenai kedudukan sentral Imam Khomeini bagi kemenangan Revolusi Islam. Rahbar mengatakan, "Setiap kali nama Imam Khomeini disebut, maka nama Revolusi Islam mengemuka,".

Dua nama ini tercatat dalam sejarah Islam dan juga dunia yang hingga kini masih menjadi perhatian para analis dan akademisi internasional. Kelekatan Imam Khomeini dengan Revolusi Islam menempatkan beliau sebagai "Bapak Revolusi Islam".

Kepemimpinan sang ulama besar ini berhasil membawa Revolusi Islam melahirkan Republik Islam yang kini berusia empat dekade. Ketika Revolusi Islam meletus, para analis internasional tidak memperkirakan gerakan baru yang dipimpin Imam Khomeini ini akan berhasil, dengan mempertimbangkan berbagai faktor dari politik, ekonomi, dan sosial ketika itu.

Secara umum ada dua dimensi besar yang menjadi kunci dari peran penting Imam Khomeini mengawal Revolusi Islam yang diperjuangkan rakyat Iran. Pertama dimensi personal beliau, terutama kharismanya sebagai pemimpin agama. Sedangkan dimensi kedua mengenai pemikiran dan keyakinan yang dianutnya.

Pidato Imam Khomeini di kompleks pemakaman Behesti Zahra

Seluruh revolusi di dunia tidak bisa dilepaskan dari peran pemimpin di dalamnya, demikian juga dengan Revolusi Islam Iran. Dalam figur besar Imam Khomeini berkumpul nilai-nilai penting seperti tekad baja, tujuan luhur ,keikhlasan, keimanan dan ketawakalan serta perjuangan yang tidak mengenal lelah, ketakwaan, kecerdasan, kesabaran, spiritualitas yang tinggi, kesederhaaan dan kehidupan zuhud, optimis terhadap masa depan, kesalehan dan berbagai akhlak mulia lainnya.

Ayatullah Khamenei mengungkapkan kelebihan karakteristik Imam Khomeini, "Pemimpin besar, imam yang mulia kita semua, merupakan figur yang bersinar di alam ini. Tampaknya, tidak ada pemimpin seperti beliau di zaman ini, bahkan mungkin di zaman lain yang terkenal di dunia, tentu saja setelah para Nabi dan Aulia Allah, dengan berbagai karakteristik positifnya. Menurut saya, faktor terpenting yang menentukan keberhasilan beliau adalah keikhlasan, dan perhatiannya kepada ikatan dengan Allah swt,".

Selain dimensi personal, aspek pemikiran menjadi kunci keberhasilan Revolusi Islam yang dikawal Imam Khomeini. Pemikiran dan cita-cita Imam Khomeini menjadi prinsip utama Revolusi Islam yaitu: tauhid, keadilan dan Islam.

Esensi dan warna religiusitas sangat kental mewarnai revolusi yang dipimpin Imam Khomeini. Tepat kiranya ketika dinamai revolusi tersebut dinamai sebagai Revolusi Islam. Gerakan besar yang dipimpin Imam Khomeini menghidupakan kembali nilai-nilai Islam dalam berbagai dimensi dari politik hingga sosial dan budaya.

Revolusi Islam yang dikibarkan Iran memiliki perbedaan besar dengan revolusi lain yang terjadi di dunia. Salah satunya mengenai karakteristik nilai religiusitas yang diusung dari revolusi bangsa Iran ini.

Revolusi Islam tidak berada pada pemihakan blok timur maupun barat dan hingga kini tetap independen berdiri tegar. Selain itu, perjuangan melawan kezaliman dan pembelaan terhadap orang-orang yang tertindas menjadi prinsip utama Revolusi Islam Iran.

Independensi dan kemandirian di berbagai bidang sebagai hadiah besar yang dipersembahkan Revolusi Islam yang mengambil spiritnya dari ajaran agama Islam.

Ketajaman pemikiran Imam Khomeini dan ketulusannya dalam perjuangan mengawal Revolusi Islam tidak bisa dilepaskan dari kedekatannya dengan Tuhan dan kedalamnya dalam memahami ajaran Islam. Imam Khomeini juga menegaskan masalah kelayakan dan kredibilitas selain aspek agama dan moralnya.

Perhatian besar terhadap masalah keadilan sosial, dan moralitas dalam pengelolaan negara merupakan salah satu masalah subtansial yang ditegaskan oleh Imam Khomeini. Tidak hanya itu, masalah ketegasan dan rasionalitas menjadi titik penting dari pandangan beliau, yang menyebabkan Republik Islam tetap berkibar hingga kini.

Para pemikir dunia dan teoritikus internasional memandang Imam Khomeini sebagai filsuf dan pemikir besar. Meskipun sebagian besar dari pemikir dunia ini tidak setuju dengan Revolusi Islam dan sosok Imam Khomeini sendiri, tapi dalam analisisnya mereka tetap mengakui kiprah penting dan signifikan Imam Khemeini dalam kemenangan Revolusi Islam dan perubahan besar di Iran.

Pasca kemenangan Revolusi Islam, musuh terus-menerus melancarkan konspirasi dalam berbagai bentuk untuk menghancurkan Republik Islam. Tapi hingga kini senantiasa gagal. Sebab persatuan nasional terbangun dengan baik di Iran dan semua kalangan membela Republik Islam dan menempatkan dirinya masing-masing dengan berbagai peran kontributif sebagai bagian di dalamnya. Hingga kini pemikiran Imam Khomeini masih terus dikaji dan dijalankan. Dan kemajuan Iran saat ini tidak bisa dilepaskan dari kiprah beliau sebagai bapak Revolusi Islam.(PH)