Jejak Sejarah Hari Nasional Teluk Persia
-
Teluk Persia
Teluk Persia sejak dahulu kala hingga dikenal sebagai jalur perairan penting. Seiring berjalannya waktu, ada sejumlah pihak yang berupaya mengubah namanya. Tapi Teluk Persia, tetap abadi namanya hingga kini.
Tanggal 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April ditetapkan sebagai Hari Nasional Teluk Persia. Sepanjang sejarah, perairan di kawasan Timur Tengah itu dikenal dengan sebutan Teluk Persia atau Laut Persia. Penamaannya sebagai hari nasional disebabkan urgensi Teluk Persia bagi Iran, dan kedudukannya sebagai perairan paling penting di kawasan dan dunia.
Teluk Persia membentang dari Iran hingga Arab Saudi. Seluruh pantai utara Teluk Persia berada dalam kekuasaan Iran, sedangkan di wilayah Barat dikuasai Kuwait. Adapun di wilayah selatan dimiliki sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman. Lautan ini menghubungkan Teluk Oman di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama Arvand Rood yang membawa air dari Karun, Eufrat dan Tigris. Teluk penting itu memiliki luas wilayah 225.000 km² dengan panjang mencapai 989 kilometer.
Sejak dahulu kala, Teluk Persia merupakan salah satu perairan dunia yang paling penting. Di masa lalu, Teluk Persia dikenal sebagai jalur utama perdagangan dunia dan jalur sutra laut. Penemuan cadangan minyak yang begitu besar di negara-negara sekitar Teluk Persia dan Laut Oman kian menambah nilai penting dan strategis kawasan tersebut. Bahkan pada tahun 1904 Halford Mackinder, pakar geografi terkemuka Inggris menyebut Teluk Persia sebagai heartland atau jantung dunia. Penamaan itu membuktikan urgensi posisi Teluk Persia sebagai urat nadi perdagangan dunia, dan jalur strategis untuk mencapai salah satu kawasan terpenting dunia yaitu Timur Tengah.

Dokumen otentik mengenai Teluk Persia bisa digali dari banyaknya sumber-sumber sejarah dan geografis mulai dari Yunani, Iran, Islam, dan Barat, serta dokumen-dokumen hukum. Berbagai dokumen geografis tua Yunani menyebut nama Teluk Persia dengan nama "Laut Persia".
Para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan Islam menyebut nama Teluk Persia dalam karya-karya besarnya. Hecataeus, salah seorang sarjana Yunani kuno yang dikenal sebagai bapak geografi, mengunakan nama Laut Pars pada tahun 475 SM. Peta kuno yang ditulis oleh Herodotus dan Xenophon juga menyebut Laut Pars. Ptolemeus, ahli geografi terkenal, kartografer, dan ahli matematika dari abad ke-2, menyebut Teluk Persia sebagai Sinus Persicus dalam "Geografi Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin.
Berdasarkan sejarawan Yunani dan ahli geografi yang hidup sebelum kelahiran Yesus Kristus, seperti Herodotus, Ketzias, Xenophon, dan Straben, orang Yunani adalah bangsa pertama yang menyebut Teluk Persia dengan nama Laut Pars dan menyebut Iran dengan nama Parseh, Persia,atau Persepolis, yaitu tanah Persia.Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada tahun 326 SM, dan berlayar di Teluk Persia.
Menurut dokumen Iran kuno, nama Teluk Persia telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh negara-negara kuno di dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid pada tahun 518-505 SM disebutkan istilah Laut Persia. Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut "Parsa Daraya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan Akhemenid. Penyebutan nama Teluk Persia terdapat dalam buku "Batas Dunia" yang menjadi buku geografi tertua yang disusun sekitar 1.000 tahun lalu.
Ketika bangsa Arab masuk ke Iran pada abad ke-7 M, mereka tidak berusaha untuk mengubah nama Laut Persia. Orang-orang Arab Muslim menyebutnya dengan nama Laut Persia. Pemikir Muslim seperti Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow, al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Persia.
Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan dua nama dari dua peradaban kuno, dan menggunakannya secara bersamaan. Dengan cara ini, mereka menggunakan nama Iran "Parsa Daraya" sebagai "Laut Pars", dan menggunakan nama Yunani "Sinus Persicus" sebagai "Teluk Persia".
Abu Ali Ahmad bin Umar, yang dijuluki ibn Rasteh dalam bukunya, "Al-A'laq al-Nafsiya" menyebutkan bahwa Samudera India menghubungkan ke perairan Pars yang dikenal dengan nama Teluk Persia.
Georgie Zeidan, sejarawan Arab, mencatat bahwa Laut Pars merupakan perairan yang mengelilingi dunia Arab. Muhammad Subhi Abdulkarim menampilkan peta berbahasa Arab dalam bukunya, "Al-Ilm Khara'et" yang menunjukkan perairan bagian selatan Iran yang disebut Teluk Persia.
Selama beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab yang terpengaruh provokasi Iranphobia yang dilancarkan Barat, melakukan berbagai propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Mereka berupaya mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab di berbagai lembaga internasional, bahkan di forum-forum akademis seperti universitas. Namun penentangan keras rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran di tingkat politik dan media berhasil menghalau tujuan tersebut.

Label baru ahistoris "Teluk Arab" untuk pertama kalinya disematkan oleh seorang pejabat Inggris yang ditempatkan di daerah Sheikh Arab di pesisir Teluk Persia bernama Roderick Oven. Dalam bukunya berjudul "Golden Bulbs at Arabic Gulf" yang ditulis tahun 1958, Oven menulis, "Saya tidak melihat nama selain Teluk Persia di semua buku dan peta geografi. tetapi selama tinggal beberapa tahun di pantai Teluk Persia (Bahrain) saya tahu kebanyakan penghuninya orang-orang Arab. Oleh karena itu layak untuk disebut Teluk Arab ".
Pandangan Oven ini sudah menunjukan dengan jelas motif pengubahan nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab bukan berdasarkan fakta sejarah, tapi motif politik tertentu dan kepentingan Inggris di dalamnya. Menyikapi klaim ini, Pirouz Mojtahedzadeh, seorang peneliti geopolitik Timur Tengah mengatakan, "Di dunia sains, nama rekaan selain Teluk Persia tidak digunakan, dan gerakan pengubahan ini dilakukan oleh beberapa negara Teluk bukan atas dasar keyakinan (terhadap ilmu pengtaahuan), tetapi karena motif politik."
Sekretariat PBB hingga kini telah mengeluarkan berbagai statemen yang berpijak pada dokumen dan peta geografi dengan menyebut Teluk Persia.
Menyikapi masalah ini, Dewan Tinggi Revolusi Budaya Iran menegaskan urgensi masalah ini dengan menetapkan 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April sebagai Hari Nasional Teluk Persia untuk menjaga dan mengabadikan namanya.(PH)