Penantian Juruselamat dalam Perspektif Rahbar
(last modified Mon, 13 Apr 2020 07:27:39 GMT )
Apr 13, 2020 14:27 Asia/Jakarta
  • Ayatullah Khamenei
    Ayatullah Khamenei

Mungkin jarang sekali terjadi dalam sejarah umat manusia, sebuah masa yang di dalamnya seluruh penjuru dunia begitu membutuhkan seorang Juruselamat seperti sekarang ini.

Perasaan membutuhkan akan seorang Juruselamat, akan kekuatan Ilahi, akan Imam Maksum dan atas hakikat luhur Imam Mahdi, yang lahir dari kesadaran para intelektual, dan ketidaksadaran masyarakat biasa hari ini, membuktikan kenyataan bahwa seluruh aliran pemikiran dan ideologi dengan semua klaimnya, gagal menciptakan ketenangan dan kebahagiaan umat manusia.
 
Pernyataan di atas adalah inti pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar pada Nisyfu Syaban memperingati kelahiran Imam Mahdi.
 
Saat ini umat manusia sudah lelah dengan percobaan-percobaan dan kesalahannya. Dalam mencari ketenangan, umat manusia menempuh berbagai jalan, mulai dari komunisme hingga demokrasi liberal a la Barat yang banyak dipakai di dunia. Umat manusia berhasil meraih sejumlah kemajuan materi yang hampir tak terhitung, namun tetap berada dalam masalah dan kegelisahan.
 
Ketidakadilan, kemiskinan, penyakit, kerusakan moral, perbuatan dosa, kesenjangan sosial yang menganga lebar, dan penyalahgunaan ilmu pengetahuan oleh adidaya dunia, menyebabkan umat manusia terus tenggelam dalam kegelisahan dan kecemasan. Rahbar dalam pidatonya mengucapkan selamat hari kelahiran Imam Mahdi, kepada rakyat Iran, umat Islam dan seluruh penuntut kebebasan dunia.
 
Ayatullah Khamenei menuturkan, umat manusia dengan semua kemajuan sains mencengangkan yang telah mengubah kehidupan di dunia, tetap merasa tidak bahagia, umat manusia menjadi korban penyalahgunaan ilmu pengetahuan oleh adidaya dunia, mereka menyalahgunakan sains, menyalahgunakan penemuan-penemuan alam, menyalahgunakan fasilitas yang dihasilkan alam, umat manusia berhadapan dengan kubu adidaya. Mereka menyebabkan umat manusia merasa lelah di semua penjuru dunia, merasa membutuhkan Juruselamat.
 
Tidak diragukan, ilmu pengetahuan, intelektualitas dan pengalaman adalah nikmat besar Ilahi yang mampu menyelesaikan banyak permasalahan manusia, namun sebagaimana disampaikan Rahbar, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mampu menyelesaikan sejumlah masalah kontemporer seperti ketidakadilan. Hari ini ketidakadilan justru dihidupi oleh ilmu pengetahuan, artinya sains modern melayani ketidakadilan dan perang, melayani pendudukan tanah orang lain, dan penjajahan terhadap bangsa lain.
 
Ayatullah Khamenei mengatakan, keadilan tidak mungkin terwujud tanpa kekuatan Ilahi melalui perantara Imam Mahdi. Keadilan yang ditunggu-tunggu dan akan diwujudkan oleh Imam Mahdi ini, bukanlah keadilan pada satu bagian khusus saja, tapi keadilan pada setiap sendi kehidupan. Keadilan dalam kekuasaan, keadilan dalam kekayaan, keadilan dalam kesehatan, keadilan dalam kemuliaan manusia, keadilan dalam setiap sudut kehidupan, keadilan dalam spiritualitas dan potensi pertumbuhan maknawi, semuanya ini telah dijanjikan setiap agama. 
 
Dalam logika Islam, Juruselamat yang dijanjikan selama berabad-abad berada di masa keghaiban, ketika semuanya telah siap, dan Allah Swt berkehendak, ia akan hadir dan memenuhi alam semesta dengan keadilan. Umat manusia sekarang tengah menanti tibanya hari itu. Namun penantian memiliki banyak penafsiran. Salah satunya yang paling dangkal adalah duduk, diam dan mengucapkan kata penantian tanpa melakukan apapun. Dari sudut pandang Rahbar, makna dan arti penantian jauh lebih tinggi dari itu, dan bergerak, dinamis serta siap, terkandung di dalamnya.
 
Rahbar berkata, penantian adalah harapan, penantian adalah keyakinan terhadap sebuah masa depan yang pasti, bukan sekadar kebutuhan, penantian itu konstruktif. Diriwayatkan dari Imam Ali bin Abi Thalib, nantikanlah hadirnya kemudahan, jangan berputus asa dari ruh rahmat dan kemudahan Ilahi. Maka dari itu, dalam penantian ada harapan, aktivitas dan langkah nyata.
 
Penantian atas kemudahan pun merupakan sebuah kemudahan, ia adalah jalan keluar bagi manusia karena mengeluarkannya dari keputusasaan dan menyelamatkannya dari keterpurukan. Penantian bukan sekadar duduk dan diam, penantian berarti kesiapan, berarti bahwa manusia merasa ada hasil yang mungkin dicapainya, dan untuk mendapatkannya diperlukan kerja keras.
 
Kita yang tengah menanti kedatangan Imam Mahdi, harus berusaha menciptakan masyarakat Mahdawi, yaitu sebuah masyarakat yang adil, masyarakat spiritual dan makrifat, masyarakat bersaudara, masyarakat berpengetahuan dan masyarakat yang mulia.
 
Imam Mahdi

 

Penantian hakiki tidak mengenal waktu, ia bertolak belakang dengan sikap tergesa-gesa serta penentuan waktu munculnya Imam Mahdi. Rahbar menjelaskan, dalam sebuah riwayat disebutkan jika kalian tergesa-gesa, itu bukan berarti bahwa Allah Swt akan bertindak segera sesuai ketergesa-gesaan kalian. Tidak seperti itu, semuanya ada tempatnya, ada waktunya, ada hikmahnya, semua terjadi atas dasar hikmah tersebut.
 
Poin penting lainnya adalah, kemudahan datang setelah kesusahan artinya kemudahan datang pasca peristiwa-peristiwa sulit dan menyeluruh, seperti wabah yang menyerang dunia saat ini yang membuat banyak orang putus asa, membuat banyak orang mengakhiri hidupnya sendiri, namun selama penantian ada, manusia tidak akan pernah berputus asa dan kebingungan, ia percaya kondisi akan berubah dengan tetap menjaga ketenangan.
 
Ketenangan batin dan jiwa merupakan poin penting lain dalam penantian Imam Mahdi yang harus ditingkatkan melalui munajat dan doa. Rahbar menerangkan, mengingat Tuhan memberi kemudahan kepada manusia, memberi kebahagiaan kepada manusia, dan mendatangkan rahmat Ilahi. Dalam dua bulan penuh berkah yaitu Syaban dan Ramadhan, banyak doa dengan kandungan luhur yang bisa mendatangkan rahmat Ilahi serta menciptakan ketenangan batin, melalui munajat dan meminta bantuan kepada Imam Maksum. 
 
Rahbar di bagian lain pidatonya menyebut penyebaran Virus Corona di dunia sekarang ini merupakan bencana umum dan ujian bagi negara-negara dunia serta rakyatnya. Poin pentingnya adalah dalam ujian yang disebut Rahbar sebagai “Wabah Modern” ini bangsa Iran berhasil melaluinya. Beliau menganggap puncak prestasi ini ditorehkan oleh tim medis Iran yang dengan mengorbakan jiwa dan keselamatannya melayani rakyat.
 
Di sisi mereka ada pelajar agama, mahasiswa dan relawan Basij yang secara sukarela melayani pasien, selain itu ada angkatan bersenjata yang mengerahkan semua kekuatannya untuk membangun fasilitas, bahkan di bidang sains, kemudian rakyat yang dengan partisipasi aktifnya menunjukkan pemandangan indah dalam solidaritas dan membantu sesama.
 
Rahbar juga menyinggung beberapa contoh partisipasi indah rakyat Iran dan menilainya sebagai indikasi kedalaman budaya Islam di tengah masyarakat Iran, yang berhadapan dengan budaya Barat. Berbeda dengan keinginan sebagian pihak dalam dua dekade terakhir yang berusaha melecehkan budaya Islam dan mengalihkan perhatian rakyat pada budaya Barat, gerakan rakyat Iran ini menunjukkan bahwa pemikiran dan budaya Islam tumbuh semakin kuat di tengah mereka. 
 
Ayatullah Khameni menjelaskan, perilaku negatif sebagian masyarakat Barat di tengah wabah Corona seperti saling merebut masker dan sarung tangan di antara negara Barat, perkelahian memperebutkan tisu toilet, menyerbu toko-toko dan menelantarkan pasien lanjut usia, merupakan hasil rasional dan alami dari falsafah penguasa peradaban Barat. Falsafah individualisme, falsafah materialisme, falsafah atheisme, walaupun terkadang punya keyakinan terhadap Tuhan, itu bukan keyakinan tauhid yang benar.
 
Salah satu wajah asli Barat, beberapa hari lalu disampaikan mereka sendiri yaitu “Wild West” atau Barat yang Liar, ini statemen mereka sendiri. Saat kita mengatakan di Barat ada semangat barbar yang sama sekali tidak bertentangan dengan tampilan lahiriahnya yang berpakaian rapi, wangi parfum dan berdasi, sebagian orang takjub, dan membantah kenyataan ini, tapi orang Barat sendiri yang mengatakannya dan menyebut hal ini sebagai bukti nyata Barat yang Liar.
 
Sehubungan dengan wabah Corona, Rahbar menegaskan, wabah Virus Corona tidak boleh menyebabkan kita lalai dari penindasan kubu adidaya dunia terhadap bangsa-bangsa, dan kita harus tahu saat inipun jutaan manusia berada di bawah penindasan musuh. Rakyat Yaman, Palestina, dan tempat-tempat lainnya di dunia berada di bawah tekanan.
 
Selain itu kita juga tidak boleh lalai dari konspirasi dan permusuhan kubu imperialis global, karena berbeda dengan pendapat sebagian orang yang mengatakan, jika kita tidak memusuhi mereka, mereka juga tidak akan memusuhi kita, permusuhan kubu imperialis itu sebenarnya terhadap fondasi negara Republik Islam Iran, dan demokrasi religius. 
 
Di akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei memuji rakyat Iran yang tetap menjaga ketertiban umum, dan menjalankan anjuran kesehatan.(HS)