13 Aban; Simbol Tekad Bangsa Iran Lawan Imperalisme Global
Tanggal 13 Aban di kalender nasional Iran pasca kemenangan Revolusi Islam diperingati sebagai Hari Anti-Imperialisme Global.
Hari ini mengingatkan tiga peristiwa penting di sejarah kontemporer Iran di tiga periode yang berbeda.
Peristiwa penting tersebut adalah pengasingan Imam Khomeini ke Turki pada 13 Aban 1343 Hs (4 November 1964), pembunuhan sejumlah siswa yang memprotes rezim Shah Pahlevi pada Aban 1357 (4 November 1978) dan juga gerakan revolusioner mahasiswa pengikut garis Imam menduduki sarang spionase AS di Tehran (Kedubes AS) pada 13 Aban 1358 (4 November 1979).
Titik sama dari ketiga peristiwa ini adalah gerakan revolusi dan anti arogansi. Di peristiwa 13 Aban 1343, Imam Khomeini, Bapak pendiri Republik Islam Iran dalam sebuah gerakan anti kubu arogan Amerika dan di pidatonya yang membongkar kebusukan musuh, menentang penerapan undang-undang kapitulasi. Kapitulasi berakar pada kolonialisme, dan kekuatan kolonial memberlakukan undang-undang ini di negara-negara lemah yang didominasi. Protes yang terungkap ini menyebabkan penangkapan Imam Khomeini dan deportasi berikutnya ke Turki pada 4 November 1964.
Pada Hari Mahasiswa, 4 November 1978, ketika Revolusi Islam mendekati hari-hari yang menentukan, sekelompok mahasiswa yang memprotes di Universitas Teheran ditembak oleh agen-agen penindas. Dalam penindasan berdarah ini, 56 orang menjadi martir dan ratusan lainnya luka-luka. Untuk mengenang para syuhada tersebut, hari ini dalam sejarah Revolusi Islam dinamakan Hari Pelajar.
Penangkapan sarang mata-mata adalah peristiwa penting lainnya dalam perang melawan arogansi global, yang didaftarkan pada 4 November 1979. Dalam pesannya, Imam Khomeini menyebut gerakan ini sebagai revolusi kedua dan lebih besar dari revolusi pertama.
Dengan demikian, tanggal 13 Aban menjadi simbol perjuangan bangsa Iran melawan arogansi dan tetap selamanya dikenang dalam sejarah Iran. Sejarah peristiwa setelah kemenangan revolusi menunjukkan bahwa selama empat puluh satu tahun terakhir, Amerika Serikat telah melakukan banyak tindakan permusuhan terhadap bangsa Iran.
Pengakuan pejabat AS untuk mendukung para pemberontak dan hubungan elemen utama dan adegan kerusuhan jalanan di Iran melalui agen CIA, Mossad dan jaringan anti-rezim di wilayah tersebut; Ini telah mengungkapkan sifat sebenarnya dan kedalaman permusuhan AS terhadap Iran.
Hillary Clinton, mantan menteri luar negeri Amerika di bukunya “Hard Choices” (pilihan sulit) seraya mengisyaratkan isu kerusuhan pasca pemilu presiden Iran menulis, “Pemerintah Barack Obama selama beberapa tahun pasca kerusuhan pemilu presiden di Iran tahun 1388 Hs (2009) membelanjakan puluhan juta dolar untuk melatih lebih dari 5000 anasir anti Iran di seluruh dunia.”
Sementera itu, Presiden AS saat ini, Donald Trump sama seperti pendahulunya berharap mampu memulihkan kondisi sebelumnya melalui represi politik dan sanksi ekonomi dan memaksa bangsa Iran bertekuk lutut dihadapan arogansi Amerika.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tahun lalu di pidatonya bertepatan dengan peringatan 13 Aban, Hari Anti-Imperialisme Global seraya mengisyaratkan berlanjutnya permusuhan mendalam Amerika terhadap bangsa Iran mengingatkan sebagian langkah Amerika selama 41 tahun lalu termasuk ancaman, kudeta, sanksi, provokasi sektarian dan etnis, disintegrasi, kerusuhan, blokade ekonomi dan berbagai medote lainnya. “Mereka (AS) selama ini melakukan berbagai langkah dan cara yang mereka ketahui untuk melancarkan konspirasi terhadap lembaga yang dibentuk revolusi terutama pemerintahan Republik Islam,” ungkap Rahbar.
Mahdi Alikhani, pakar politik terkait intervensi global Amerika selama beberapa periode kekuasaan Republik dan Demokrat serta dampaknya mengatakan, “...Intervensi nyata melalui militer, ancaman atau kudeta militer dan aksi-aksi penumbangan pemerintah nasional dan sipil yang menolak program dan tuntutan unilateral AS serta menggantikannya dengan pemerintahan yang menjadi pelaksana kepentingan kapitalis termasuk metode yang diterapkan Washington selama satu tahun terakhir khususnya awal dekade 50-an demi menjalankan dan memajukan kepentingannya di negara-negara dunia, khususnya di dunia ketiga.”
Intervensi Amerika di panggung dunia selalu ada selama masa kepresidenan Demokrat dan Republik, tetapi jenisnya bervariasi dari intervensi politik selama masa jabatan Demokrat hingga intervensi militer selama era Republik.
Selama empat dekade terakhir, Amerika Serikat telah memberlakukan tindakan koersif sepihak terhadap rakyat Iran. Menghasut Saddam Hussein untuk menyerang Iran dan memberlakukan perang 8 tahun, mengaktifkan kelompok teroris di Iran; Merusak perbatasan Iran dengan mendukung kelompok teroris; Penciptaan jaringan media dengan tujuan untuk mengubah identitas budaya dan agama Iran dan memulai perang ekonomi dan terorisme ekonomi dengan kedok pemberian sanksi terhadap Iran adalah di antara langkah-langkah yang telah diambil dalam empat puluh satu tahun terakhir.
Adapun pemerintahan Trump memilih menerapkan pendekatan represi maksimum dengan keluar dari perjanjian nuklir JCPOA.
Dalam perang ekonomi yang dilancarkan Amerika Serikat atas nama “tekanan maksimum” melalui pengenaan sanksi baru, bahkan impor obat dan peralatan medis dijadikan alat untuk meraih target. Bahkan orang sakit, perempuan dan anak, pengungsi, orang miskin dan mereka yang rentan, bertentangan dengan semua prinsip hukum internasional, berubah menjadi sasaran utama terorisme ekonomi AS. Oleh karena itu, berkas kinerja Amerika penuh dengan catatan hitam, konspirasi dan intervensi serta permusuhan.
Ayatullah Khamenei di pidatonya seraya menjelaskan realita bahwa Amerika sejak kemenangan revolusi Islam hingga kini tidak pernah berubah menjelaskan, “Kejahatan, sifat serigala, upaya untuk membentuk diktator internasional serta hegemoni tak terbatas, saat ini juga ada di Amerika. Brutalitas dan keburukan lebih besar perilaku, permusuhan dan konspirasi ini mengindikasikan realita bersejarah ini bahwa permusuhan Amerika dengan Iran memiliki akar yang mendalam.”
Seperti yang dijelaskan Rahbar, Amerika mendapat tamparan dengan kemenangan Revolusi rakyat Iran dan kini ketika tangannya terbelenggu untuk meraih manfaat yang besar, Washington berhalusinasi mampu kembali ke masa sebelumnya dan menganggap jalan untuk meraih tujuan ini adalah permusuhan dan konspirasi.
Kesalahan perhitungan musuh Republik Islam Iran ini mendorong mereka menempuh jalan panjang di permusuhannya dengan Tehran. Pergerakan ini berbeda dengan perhitungan Gedung Putih, malah menambah keagunan dan kebanggaan bangsa Iran di mana musuh bangsa Iran bahkan mengakui realita ini.