Keagungan Sang Nabi Saw dalam Al-Quran
(last modified Sun, 18 Nov 2018 11:12:41 GMT )
Nov 18, 2018 18:12 Asia/Jakarta
  • Nabi Muhammad Saw
    Nabi Muhammad Saw

Mayoritas Ahlu Sunnah meyakini bahwa Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah yang bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Sementara kebanyakan dari penganut Syiah berpendapat bahwa hari ke-17 Rabiul Awal adalah hari kelahiran Nabi Saw.

Perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Rasulullah Saw dijadikan momentum oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Imam Khomeini untuk memprakarsai penamaan hari-hari antara 12 dan 17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam.

Meskipun telah berlalu lebih dari 13 abad silam dari kepergiannya, tapi namanya tetap hidup bersinar di sanubari umat Islam. Hingga kini, ajaran yang dibawanya menjadi salah satu agama terbesar di dunia.

Salah satu yang menjadi daya tarik banyak orang untuk memeluk agama Islam karena pembawa risalahnya, yaitu Nabi Muhammad Saw menampilkan akhlak paling mulia, dan beliau sendiri dikenal sebagai sosok yang terpercaya, jujur dan berbagai julukan mulia lain yang disematkan kepadanya.

Keutamaan akhlak Rasulullah Saw dijelaskan dalam al-Quran. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat Al-Fath ayat 28, "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi".

Al-Quran menjelaskan tingkatan-tingkatan derajat para Nabi dan Rasul, sebagimana diungkapkan dalam surat al-Baqarah ayat 253, "Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain…". Di kalangan para Nabi terdapat Ulul Azm, atau para Nabi pilihan yang seluruhnya memiliki wahyu, kitab suci, terjaga dari dosa dan memiliki mukjizat. Di antara para Nabi Ulul Azm, Nabi Muhammad Saw memiliki keistimewaan khusus yang tidak dimiliki para Nabi lainnya.

Allah Saw dalam surat al-Hijr ayat 72 bersumpah dengan nama Muhammad. Selain itu, karakteristik Rasulullah lainnya yang dijelaskan dalam al-Quran surat al-Anfal ayat 33 mengenai azab ilahi yang tidak akan diturunkan kepada pengikut Nabi Muhammad Saw. Dalam surat al-Anfal ayat 33, al-Quran menjelaskan, "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun,". Dalam salah satu hadis, Rasulullah swt bersabda, "Umatku tidak  akan diazab seperti kaum terdahulu, sebagaimana menimpa umat kaum Luth dan kaum lainnya,".

Karakteristik lain dari Nabi Muhammad Saw mengenai kesederhanaan hidup beliau, dan sosoknya sebagai bagian dari masyarakat yang memahami dengan baik penderitaan yang mereka alami. Allah swt dalam al-Quran surat Al-Taubah ayat 128 berfirman, "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,".

Seseorang bertanya kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib mengenai akhlak Rasulullah Saw. Kemudian beliau menjawab, "Apakah kamu bisa menghitung nikmat dunia yang kau terima selama ini ?". Orang itu menukas," Bagaimana aku bisa menghitung saking banyaknya karunia Allah yang telah diberikan kepadaku di dunia ini,".

Ketika itu Sayidina Ali kembali berkata, "Allah swt dalam al-Quran menyebut nikmat dunia sedikit jumlahnya, tapi ketika mengungkapkan akhlak Rasulullah, Allah berfirman, 'Engkau pemilik akhlak yang agung,'. Ketika kamu tidak bisa menghitung nikmat dunia yang sedikit saja, bagaimana menghitung keagungan akhlak Rasulullah. Ketahuilah, keutamaan akhlak disempurnakan oleh Rasulullah Saw. Bahkan beliau sendiri menjelaskan bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Al-Quran mengungkapkan bahwa tujuan diutusnya rasulullah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat 107, Allah swt berfirman, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,".

 

Al-Quran juga menjelaskan mengenai perjalanan spiritual terpenting Rasulullah Saw, miraj, yang bertujuan untuk mengenalkan keagungan alam semesta ini kepada Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah ilahi. Allah swt dalam surat Najm terutama 12 ayat pertama dengan terang menjelaskan mengenai posisi Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya yang berkata benar dan tidak mengikuti kemauan hawa nafsunya.

Sirah dan perkataan Rasulullah Saw tidak bisa diragukan lagi sebagai contoh terbaik bagi sebuah kehidupan yang mencari kebahagiaan sejati. Allah swt di surat al-Ahzab ayat 46 menyebut Rasulullah sebagai cahaya yang menerangi. Di manapun cahaya itu akan terus menerangi sekitarnya.

 

Semasa hidupnya, Rasulullah Saw memberikan pencerahan maulai dari masjid atau rumah hingga pasar. Setiap kali beliau menyampaikan nasihatnya selalu disesuaikan dengan keadaan audiennya, sehingga benar-benar afektif, walaupun sebagian ada yang menentang dan memusuhinya. Cahaya terang dari kehadiran Rasulullah Saw menerangi hati orang-orang yang haus kebenaran, dan mencari jalan kebahagiaan sejati.

Keagungan ini yang menyebabkan Alalh swt dan malaikat sendiri mengucapkan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, dan kita pun dianjurkan untuk bersalawat kepadanya.

«إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِکَتَهُ یُصَلُّونَ عَلَى النَّبِیِّ ۚ یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَیْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِیمًا»