Syahid Zakaria, Karena Dosa Apakah Dia Dibunuh?
Zakaria al-Jaber, bocah berusia enam tahun telah menjadi korban keganasan dan kebringasan ideologi Wahabi dan Al Saud. Salam sejahtera atas bocah penghuni surga ini dan salam sejahtera atas ibunya yang harus menyaksikan kekejaman ini. Zakaria dibunuh atas dosanya bertawakkal kepada Allah Swt dan mencintai Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw.
Imam Husein as ketika menghadapi orang-orang durjana di Karbala, berkata, "Jika kalian tidak beragama, setidaknya jadilah manusia merdeka."
Pada tahun 61 Hijriyah, bayi enam bulan yang meronta-ronta karena kehausan justru menjadi sasaran anak panah dari manusia durjana, Harmalah di Karbala. Pembunuhan bayi enam bulan menjadi bukti atas kekejaman pemerintahan Yazid.
Hari ini tetesan darah syahid Zakaria mengajak orang-orang untuk berlepas tangan dari pemikiran sesat Wahabi.
Zakaria dan ibunya adalah warga Syiah yang tinggal di kota al-Ahsa, Arab Saudi. Mereka menumpang sebuah taxi untuk berziarah ke makam Rasulullah Saw di Madinah. Sang ibu menaiki mobil dengan mengucapkan kalimat basmalah, lalu kalimat tawakkal kepada Allah, dan ucapan “Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad (Ya Allah, haturkan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya).
Mendengar kalimat itu, sopir mobil menoleh kepadanya dan bertanya, "Apakah kamu Syiah?" Ibu itu menjawab, “Ya.” Tak lama kemudian, sopir itu menghentikan mobilnya di dekat sebuah kedai kopi, lalu merebut paksa Zakaria dari sang ibu.
Sopir tersebut kemudian menjatuhkan Zakaria ke tanah dan menggoroknya dari belakang leher dengan serpihan kaca yang dipecahnya saat itu. Dia melakukan kebiadaban itu di tempat umum, di hadapan ibunya, dan di depan mata banyak orang sembari bertakbir.
Sang ibu menjerit histeris, namun tak seorang pun bertindak untuk menggagalkan aksi keji itu hingga akhirnya ia jatuh pingsan karena tak kuasa menyaksikan kebengisan terhadap buah hatinya.
Kejadian tragis ini telah dikisahkan dalam berbagai versi, tetapi semua kisah itu fokus pada satu masalah yaitu puncak kekejaman dan kebringasan sebuah ideologi, yang menyebabkan terbunuhnya bocah tanpa dosa. Zakaria dibunuh hanya karena ia orang Syiah.
Media-media nasional Arab Saudi berusaha menutupi kejahatan, yang bersumber dari pemikiran sesat Wahabi-Daesh. Namun, kekejaman ini kembali menyadarkan orang-orang tentang pemikiran sesat Wahabi.
Kasus pemenggalan kepala anak kecil hanya sebagian dari ideologi dan interpretasi kaku Wahabi tentang Islam dan juga kekejaman rezim Al Saud. Para teroris Daesh yang didukung Saudi telah melakukan kejahatan serupa di Suriah, Irak, dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir. Namun, negara-negara tiran dan arogan menutup mata mereka atas kejahatan itu.
Paham sesat Wahabi sudah melakukan dakwah lebih dari dua dekade untuk merusak agama Islam dan memberangus nilai-nilainya. Paham ini benar-benar tidak sejalan dengan akal sehat dan bertentangan dengan fitrah suci manusia.
Wahabi adalah sebuah paham baru di tengah Islam dan lahir di Arab Saudi. Paham ini menyebar ke berbagai penjuru negara Muslim dengan dukungan moral dan sokongan finansial dari para penguasa Al Saud.
Pengikut Wahabi menganggap dirinya sebagai pemilik kebenaran tunggal dan mencap pengikut mazhab lain telah keluar dari Islam atau kafir. Oleh karena itu, para Wahabi Saudi menghalalkan darah orang-orang Muslim terutama pengikut Syiah.
Hal ini dapat disaksikan dari banyaknya peristiwa tragis yang terjadi di dalam dan luar Arab Saudi, di mana mendapat dukungan dari para penguasa Wahabi Al Saud.
Di antara peristiwa itu: penembakan ratusan jemaah haji di Mekkah pada tahun 1987 oleh aparat Saudi, terbunuhnya ribuan jemaah di Mina pada musim haji 2015, pembantaian anak-anak dan perempuan di Suriah, Irak, dan Yaman dengan dukungan dana dan logistik kepada kelompok teroris takfiri, termasuk Daesh, dan bahkan memutilasi para penentang rezim Saudi.
Dunia masih shock atas pembunuhan dan aksi mutilasi terhadap jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi di gedung konsulat negara itu di Ankara, Turki. Daftar kejahatan rezim Saudi dan Wahabi bertambah panjang dengan pemenggalan bocah enam tahun di hadapan ibunya.
Para pejabat Arab Saudi memilih bungkam dan tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait pemenggalan Zakaria.
Pembunuhan keji ini terjadi di sebuah negara yang mengaku Islam. Padahal, Islam sangat menghargai nyawa dan kehidupan manusia serta menganggap pembunuhan disengaja sebagai dosa yang paling besar. "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya." (QS: al-Maidah, ayat 32)
Allah Swt pada ayat ke-93 surat an-Nisa' berfirman, "Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya."
Lalu, bagaimana seseorang dengan sengaja membunuh orang lain, padahal Allah Swt memberikan hak kehidupan kepadanya dan Dia adalah satu-satunya Dzat yang berhak mencabut nyawa orang lain.
Di sisi lain, nilai-nilai dan fitrah suci yang tertanam dalam diri manusia akan dengan sendirinya memuji perbuatan baik dan mencela perbuatan buruk. Kejujuran, amanah, dan kebesaran jiwa dianggap sebagai sifat terpuji di semua komunitas dari berbagai agama, mazhab, dan paham. Sebaliknya, semua agama dan keyakinan mencela kebohongan, kelicikan, penipu, dan lain-lain.
Lalu, siapa yang telah mencuci otak pria tersebut sehingga berbuat kejahatan mengerikan atas motif sekte dan kebencian terhadap Syiah. Orang-orang takfiri telah meninggalkan fitrahnya dan membunuh siapa saja yang tidak sepaham atau menolak keyakinan mereka. Apakah para da'i Wahabi – yang selalu menyerang Syiah dan menghalalkan darah orang-orang Syiah – tidak membaca ayat-ayat Allah?
Anehnya lagi, semua pihak memilih sikap bungkam terhadap kejahatan sadis yang terjadi di kota suci Madinah itu. Mengapa tidak ada yang bertanya, "Karena dosa apakah dia dibunuh?" Satu-satunya lembaga yang mengecam pemenggalan Zakaria al-Jaber adalah Shia Rights Watch.
Shia Rights Watch dalam sebuah pernyataan, mengutuk keras pembunuhan keji terhadap Zakaria al-Jaber di Arab Saudi dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya dan umat manusia pada umumnya.
"Pemenggalan Zakaria di depan umum adalah hasil dari pelanggaran hak asasi manusia secara konstan terhadap Muslim Syiah oleh aktor negara dan lokal di Saudi. Syiah Saudi hidup di bawah penumpasan militer pemerintah Saudi. Hubungan terang-terangan dengan Islam Syiah dianggap sebagai pelanggaran pidana dan banyak Muslim Syiah dihukum mati karena menuntut persamaan hak di bawah undang-undang Saudi," kata Shia Rights Watch.
Menurut surat kabar The Sun Inggris, para pejabat Saudi mengklaim bahwa sopir taxi pelaku kejahatan tersebut mengalami gangguan mental. Ini adalah kebiasan para pejabat Riyadh untuk menutupi kejahatannya, mereka pada awalnya juga membantah kabar kematian Jamal Khashoggi di gedung konsulat Saudi di Ankara.
Zakaria adalah seorang bocah yang tidak mengerti apa-apa tentang perbedaan mazhab dan paham Wahabi. Ia dibunuh ketika "para pahlawan HAM" berbicara tentang pembelaan hak asasi manusia tidak hanya di Gedung Putih dan Eropa, tetapi juga di istana-istana raja Saudi. Namun, mereka sama sekali tidak mematuhi hukum internasional dan Piagam PBB.
Pada 9 Deklarasi Hak-Hak Anak Dunia (Declaration of the Rights of the Child) menyebutkan anak harus dilindungi dari segala bentuk kelalaian, kekejaman, dan eksploitasi. Pasal 10 menyatakan bahwa anak harus dilindungi dari praktik-praktik yang dapat menumbuhkan fanatisme ras, agama, dan segala bentuk diskriminasi lainnya. Dia akan dibesarkan dalam semangat pemahaman, toleransi, persahabatan di antara orang-orang, perdamaian, dan persaudaraan universal, dan dengan kesadaran penuh bahwa energi dan bakatnya harus dikhususkan untuk melayani sesama manusia.
Arab Saudi – sebagai anggota PBB – telah mengabaikan semua konvensi dan piagam lembaga-lembaga internasional. Rezim Al Saud terlibat pelanggaran HAM berat dengan membunuh anak-anak Yaman, kejahatan terhadap warga Syiah, dukungan kepada teroris takfiri di kawasan, dan juga pembunuhan oposisi.
Darah bocah yang tumpah secara keji ini tentu akan membangkitkan kesadaran orang-orang tentang esensi Al Saud dan pemikiran Wahabi. Para da'i Wahabi dan Al Saud perlu mengetahui bahwa Syiah memiliki pondasi yang sangat kuat, dan orang-orang Syiah mungkin saja membungkuk dalam menghadapi tekanan dan kesulitan, tetapi tidak akan menyerah.
Francis Fukuyama, seorang ilmuwan politik, penulis, filsuf Amerika dari Universitas John Hopkins, mengatakan, "Syiah adalah burung yang terbang terlalu tinggi untuk dijangkau oleh tembakan kami. Burung ini memiliki dua sayap; hijau dan merah. Itu ditutupi oleh baju besi perwalian (imamah) di mana kekuatannya dilipatgandakan oleh kesyahidan. Syiah adalah elemen, semakin diserang semakin menyebar."
Dia menganggap Mahdawiyah (penantian Imam Mahdi as) dan menanti keadilan sebagai sayap hijau Syiah, sementara menyambut kesyahidan sebagai sayap merah Syiah.
"Anda tidak dapat mengalahkan orang yang meyakini bahwa seseorang akan datang – ketika dunia telah larut dalam kezaliman dan kekejaman – untuk memenuhinya dengan keadilan," tambahnya. (RM)