Pemenjaraan Ilmuwan Iran oleh AS
(last modified Wed, 16 Oct 2019 10:17:51 GMT )
Okt 16, 2019 17:17 Asia/Jakarta
  • Profesor Dr. Masoud Soleimani.
    Profesor Dr. Masoud Soleimani.

Departemen Luar Negeri AS dalam laporan apa yang diistilahkan sebagai hak asasi manusia (HAM), berulang kali mengkritik putusan pengadilan di Iran dan situasi HAM di negara-negara lain. AS bahkan menggunakan tekanan politik untuk mendorong resolusi di forum-forum internasional terhadap negara lain.

Di AS sendiri, banyak orang tak bersalah dijatuhi hukuman penjara dengan tuduhan tak berdasar. Namun pemimpin AS tidak pernah berbicara tentang realitas di negaranya di media atau forum-forum internasional.

Salah satu tindakan tidak manusiawi AS adalah penangkapan Dr. Masoud Soleimani, seorang profesor terkemuka di Tarbiat Modares University, Tehran. Pada 21 Oktober 2018, Dr. Soleimani – seorang ilmuwan Regenerative Medicine, pakar hematologi, dan ilmuwan medis terkenal di dunia – ditahan oleh Biro Investigasi Federal (FBI) di Bandara Chicago, padahal ia datang menggunakan visa AS yang sah.

Dr. Soleimani sudah ditahan hampir satu tahun di penjara kota Atlanta bersama para penjahat berbahaya lainnya tanpa proses pengadilan dan tanpa menyebutkan kesalahannya.

Meski ada tindak lanjut dari pemerintah Iran, keluarga Dr. Soleimani, dan tim pengacara untuk memperoleh jawaban dari Washington terkait alasan penahanan atau waktu persidangannya, namun otoritas AS belum memberikan jawaban, hanya mengatakan ia bermaksud mengakali sanksi Iran.

Media The Associated Press dalam sebuah laporan tentang penahanan ilmuwan Iran itu menulis, "Dr. Soleimani dalam perjalanan ini, bermaksud untuk menyelesaikan tahap akhir penelitian dalam terapi stroke otak di pusat medis terkenal, Mayo Clinic di Minnesota. Dia ditangkap oleh polisi federal dengan tuduhan melanggar sanksi perdagangan AS terhadap Iran dan berusaha mengirim bahan-bahan biologis ke Iran."

Dr. Soleimani adalah seorang profesor di Tarbiat Modares University dan salah satu peneliti terkenal di bidang sel punca di Iran, ia juga salah satu ilmuwan terkemuka dunia dan anggota dari Asosiasi Stem Cell Eropa.

Ilustrasi para ilmuwan nuklir Iran yang diteror.

Yaqoub Fatah Elahi, Wakil Departemen Riset dan Teknologi Tarbiat Modares University menuturkan, "Profesor Masoud Soleimani melakukan riset panjang di bidang hematologi dan sel punca. Tahun lalu, ia diundang ke AS oleh Mayo Clinic sebagai salah satu pusat riset medis yang paling bergengsi di dunia, untuk melakukan sebuah penelitian, tetapi ditangkap setelah tiba di bandara.

Terlepas dari semua protokol akademik dan penelitian, Profesor Soleimani sudah hampir satu tahun ditahan di AS, tetapi pemerintah belum mengeluarkan laporan resmi mengenai penahanan ilmuwan Iran ini, dan ia hanya dituduhkan sedang menghindari sanksi."

Berdasarkan data situs Scopus, Dr. Soleimani telah menulis 12 buku dan 580 artikel, beberapa di antaranya diterbitkan dan dikutip di tingkat internasional. Pada 2015, ia dinobatkan sebagai salah seorang dari satu persen ilmuwan top dunia.

Dr. Soleimani melakukan berbagai penelitian di bidang sel punca, sumsum tulang, dan tali pusat. Ia melakukan perjalanan ke berbagai negara termasuk AS untuk berkolaborasi di sejumlah proyek.

Rektor Tarbiat Modares University, Mohammad Taghi Ahmadi mengatakan, "Menurut hukum internasional, pemerintah AS tidak dibenarkan dan tidak dapat memenjarakan ilmuwan Iran semata-mata hanya karena membeli obat-obat medis yang resmi. Klaim melanggar sanksi pemerintah AS adalah tuduhan yang tidak benar dan mereka mencari pelabelan-pelabelan ilegal dengan menunda waktu gelar sidang."

Leonard Franco, pengacara Dr. Soleimani juga menuturkan, "Hormon Pertumbuhan (GH) tidak dilarang di Amerika maupun di Iran, dan secara eksklusif digunakan untuk penelitian medis dan tidak masuk dalam daftar sanksi." Dia yakin bahwa tuduhan tersebut bermotif politik.

Dr. Masoud Soleimani, tentu saja bukan satu-satunya orang Iran yang ditangkap dalam beberapa tahun terakhir atas tuduhan tak berdasar menghindari sanksi AS. Kasus penangkapan warga Iran lainnya juga dialami oleh Negar Ghodskani.

Warga negara Iran ini juga diburu secara kejam oleh pengadilan AS dengan dalih melanggar sanksi sepihak dan ia harus mendekam selama beberapa tahun di penjara.

Ghodskani tinggal di kota Adelaide, Australia. Pada Juli 2017, pengadilan federal di Minnesota menghukumnya tiga tahun penjara karena dituduh melanggar sanksi AS.

Namun, dua tahun kemudian diketahui bahwa dakwaan terhadapnya tidak berdasar dan ilegal. Pengadilan AS tetap menganggap masa penahanan dua tahun yang sudah dilewatinya sebagai hukuman untuk menutupi kesalahan yang dilakukan oleh jaksa penuntut AS, yang menuntut vonis atas orang yang tidak bersalah.

Dr. Masoud Soleimani tidak bisa membangun hubungan dengan dunia luar sejak ditahan dan hanya dapat berbicara dengan keluarganya melalui sambungan telepon yang dikenai biaya.

Banyak surat telah dikirim ke PBB, Palang Merah Internasional, dan Asosiasi Hematologi Eropa untuk memprotes penahanan ilegal ini. Para mahasiswa Dr. Soleimani juga menuntut pembebasannya dalam sepucuk surat kepada PBB dengan 2.600 tanda tangan.

Rasoul Soleimani, saudara kandung Dr. Soleimani mengatakan, "Kondisi kesehatan fisik dan mentalnya mulai terganggu dan menderita sindrom iritasi usus (IBS) dan mulai mengalami gangguan penglihatan. Pemerintah Washington tetap mencegah pengiriman obat oleh kantor perlindungan kepentingan Iran di AS dan ilmuwan Iran ini berada dalam kondisi yang buruk."

AS selalu mengaku sebagai pembela prinsip-prinsip hak asasi manusia, dan mengizinkan dirinya untuk mengomentari atau menyusun laporan tentang situasi HAM di negara lain. Sikap ini memperlihatkan bahwa para pemimpin AS memanfaatkan isu HAM untuk kepentingan politik.

Pemerintah AS terlalu sibuk mengomentari praktik HAM di negara-negara lain, padahal mereka sendiri berulang kali melanggarnya secara terang-terangan. Kondisi mengkhawatirkan ilmuwan Iran di penjara AS adalah pengulangan skenario ini dan sebuah ironi pahit lain dari klaim pembelaan HAM oleh Paman Sam.

Ibu dari Dr. Masoud Soleimani, menderita syok berat sejak beberapa bulan lalu setelah mengetahui putranya ditangkap dan akhirnya meninggal dunia karena kecemasan yang parah dan terpisah dari anaknya.

Sekjen Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran, Mohsen Rezaei di laman Instagram-nya menulis, "Ibunda dari Dr. Massoud Suleimani – salah satu ilmuwan sel punca terkemuka di dunia yang ditahan di Amerika – hari ini meninggal dunia setelah menderita syok berat selama enam bulan. Dulu para ilmuwan nuklir kita diteror, hari ini para ilmuwan sel punca dipenjara. Tetapi bangsa kita dan generasi muda kita akan kembali membuka jalan bagi kemajuan negara." (RM)

Tags