Pandemi Corona, Ciptakan Perubahan Gaya Hidup Manusia
Pandemi Corona ditetapkan sebagai kendala universal terbesar abad ini yang mengubah banyak dimensi kehidupan manusia di dunia serta memaksa pembatasan luas di kehidupan sehari-hari mereka.
Virus ini dan penyebarannya menimbulkan dampak serius di berbagai sisi kehidupan, bahkan juga berpengaruh pada bidang budaya dan sosial.
Wabah dan penyakit menular sejak lama telah mengancam kehidupan dan dunia manusia serta menimbulkan dampak luas di kehidupan manusia. Fenomena buruk dan pemicu krisis ini dari satu sisi menimbulkan ketakutan, kekhawatiran dan kelemahan di kehidupan. Sementara dari sisi lain, berpengaruh pada perluasan pengetahuan dan pemahaman manusia terhadap alam semesta dan keberadaannya.
Penyebaran virus Corona pada akhir tahun 2019 di seluruh dunia kembali menempatkan umat manusia dalam situasi yang dampaknya melampaui batas kedokteran dan kesehatan. Munculnya virus Corona membayangi sebagian besar bidang epistemologis dan ilmiah dan mengubah studi filosofis, agama, ekonomi, politik, budaya, seni dan sosial. Faktanya, Corona telah menjadi tantangan serius bagi manusia saat ini; Dari kontrak interaksi sosial yang paling sederhana hingga konsep manusia yang paling abstrak seperti hidup dan mati serta identitas.
Penyebaran virus ini membuat banyak aktivitas dan peristiwa politik, budaya dan sosial seperti pameran, bioskop, teater, konser dan penjualan buku mengalami dampak negatif yang besar serta pasar global dan ekonomi berbagia negara.
Koran The Guardian menulis, berdasarkan laporan terbaru, sektor budaya Eropa termasuk sinema, televisi, radio, musik, percetakan, video game dan seni pertunjukan serta visual tahun lalu di banding dengan tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 31 persen. Sektor pariwisata juga kehilangan 27 persen pendapatannya dan mengalami kerugian besar akibat pandemi Corona.
Laporan tersebut, berdasarkan studi yang dilakukan oleh organisasi seniman dan hak cipta Eropa, menunjukkan bahwa selama pandemi Corona, satu-satunya industri penerbangan Eropa yang kehilangan 4,31 persen dalam setahun terakhir karena pembatasan perjalanan, berasal dari bidang budaya dan seni Eropa paling menderita.
Menurut laporan tersebut, pada 2019, sebelum wabah korona, sektor seni dan budaya Eropa berkembang pesat seperti pembangkit listrik dengan lebih dari 7,6 juta pekerja dan omset 643 miliar euro, atau sekitar 4,4 persen dari pendapatan kotor Uni Eropa.
Marc Lhermitte, penulis riset ini mengatakan, "Kita menyaksikan dampak berat akibat penutupan ribuan pusat budaya dan kesenian akibat pandemi Corona. Sektor budaya merupakan bagian pertama yang dilibutkan sejak penyebaran wabah Corona, dan akan menjadi sektor paling terakhir yang aktivitas normalnya dimulai tanpa pembatasan."
Menurut Lhermitte, pendapatan sektor seni pertunjukan dan musik turun 90 dan 76 persen. Sektor seni visual, buku, percetakan, bioskop dan televisi mengalami penurunan pendapatan sekitar 20-40 persen dan hanya permainan game komputer yang mengalami kenaikan 9 persen di perputaran uang dan mampu melawan pandemi ini.
Penutupan awal bioskop, museum, teater, dan aula konser, serta pembatalan festival musim panas yang membutuhkan pengenalan artis dan talenta muda, telah memberikan pukulan telak bagi industri ini di seluruh dunia, dan dampaknya akan terasa selama bertahun-tahun. Laporan dan tinjauan ahli lainnya menyatakan bahwa jika produksi fisik dan distribusi serta acara langsung tidak dilanjutkan pada kesempatan paling awal, ada risiko kehilangan modal yang diinvestasikan dalam proyek baru dan yang sedang berkembang. Namun, hampir setengah dari mereka yang disurvei (sekitar 46 persen) mengatakan bahwa mereka lebih memilih untuk tidak menghadiri pertemuan semacam itu selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, bahkan jika ruang konser dibuka kembali.
Para ahli dan peneliti memperingatkan bahwa negara-negara di seluruh dunia harus menyediakan sumber daya keuangan yang dibutuhkan untuk memulihkan dan menghidupkan kembali industri seni dan budaya, dan mendorong investor swasta untuk melakukannya, karena industri seni dan budaya tidak pernah menghadapi keruntuhan ekonomi seperti itu dan krisis ini akan terjadi konsekuensi yang sangat besar.
Tapi ada sisi lain dari cerita ini, dan kita tahu bahwa tidak semua hal di dunia ini selalu negatif.
Corona membuktikan bahwa setiap ancaman yang ditimbulkan di Desa Global (Global Village) ini dan di setiap penjuru dunia akan mengarah pada interaksi yang konstruktif, yang membutuhkan kerja sama yang efektif, jauh dari mencari supremasi dan unilateralisme antarnegara. Ketika berbicara tentang budaya dan seni dan subjek buku dan bacaan, semua batasan dan prasangka politik dihapus dan penilaian yang adil terbentuk dan jendela lain terbuka untuk dunia.
Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya, internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran McLuhan dianggap aneh dan radikal.
Kini, berkat ruang komunikasi, sebuah desa telah tercipta dan bahasa baru yang disebut bahasa seni telah terbentuk, yang memungkinkan setiap orang dapat saling berkomunikasi tanpa batas. Pada awalnya, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa virus Corona akan menjadi begitu baru dan berubah, mengancam dan meninggalkan bekas di mana-mana, tetapi virus ganas yang sama juga menciptakan peluang dan dunia tanpa batas untuknya adalah seni dan budaya serta buku dan bacaan, dunia yang menjadi lebih luas setelah wabah virus Corona.
Padahal, pada masa krisis, masyarakat menghadapi perubahan gaya hidup, dan salah satu perubahan yang paling terlihat adalah perubahan penggunaan media.
Kondisi lain yang ditimbulkan oleh pandemi Corona adalah maraknya pendidikan online. Orang tua mendampingi anak-anaknya dengan cara baru dalam pendidikan, dan mereka yang jauh dari dunia maya beralih ke desa komunikasi agar tidak tertinggal dari karavan pendidikan. Kita tidak asing lagi mendengar dan membaca kata-kata seperti kelas virtual, seminar online, kursus virtual, webinar, dan sebagainya, dan kita mendengarnya berkali-kali sepanjang hari. Dalam situasi seperti ini, bisnis internet para penghuni desa yang kreatif juga tumbuh subur.
Corona membuktikan bahwa terlepas siapa yang menjadi korban atau selamat dari penyakit, kita semua adalah anggota keluarga yang sama dan kita semua memiliki bagian yang sama, sehingga kita harus memanfaatkan peluang yang diciptakan dan meningkatkan empati dan komunikasi sebanyak mungkin.
Sementara di bidang musik, kini para musisi pun beralih ke jejaring sosial untuk mempromosikan albumnya. Mereka kini mulai menggelar konser virtual ketimbang konser fisik.
Menyusul wabah virus Corona, penjualan fisik turun sepertiga, sementara penjualan karya digital turun sekitar 11 persen. Bukti menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan cara orang mendengarkan musik. Sebuah perusahaan musik online melaporkan bahwa penonton lebih sering mendengarkan musik melalui aplikasi di TV dan perangkat pintar selama pandemi.
Penelitian mengatakan bahwa dampak pandemi ini di bidang ini sedemikian rupa sehingga kebiasaan pendengarnya pun berubah. Misalnya, gaya yang dulunya paling populer saat liburan kini telah menjadi makanan sehari-hari para penikmatnya. Dengan kata lain, gaya musik yang menenangkan menjadi lebih populer di kalangan orang daripada sebelumnya.
Menyusul larangan berkumpul, artis sekarang berkomunikasi langsung dengan penggemarnya dari rumah melalui Twitter, Instagram, dan platform lainnya. Platform siaran telah memungkinkan cara baru untuk menghasilkan uang, termasuk berlangganan saluran artis yang memberikan akses awal atau eksklusif ke konten, serta pertemuan virtual dan komentar berbayar.
Di Cina, misalnya, program musik online dirancang di mana 80 persen musisi meningkatkan pendapatan mereka lebih dari 50 persen, dan beberapa artis bahkan mengumumkan peningkatan pendapatan mereka 100 persen. Dengan cara ini, dapat dikatakan bahwa bagi musisi, penerbit, dan produser, cara-cara baru untuk berkomunikasi dengan penonton dapat menjadi cara jangka panjang untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup artis serta menjaga industri musik tetap hidup.
Selain itu, dengan bertambahnya jumlah konsumen, kebiasaan konsumsi juga berubah. Beberapa konsumen menggunakan layanan bersama di rumah. Yang lain telah membatalkan langganan mereka karena tekanan keuangan. Jangan lupa bahwa beberapa perusahaan layanan bisnis ganda tetap berhubungan dengan penggemar musik selama masa krisis dengan memberikan layanan gratis kepada konsumen untuk sementara waktu hingga kondisi ekonomi membaik.
Para ahli memperkirakan bahwa musik akan membuat lompatan besar di era pasca-Corona. Mereka mengatakan bahwa selama ini, kegiatan musik sepertinya terhenti, tetapi di dalam hati, ada peluang besar bagi seniman untuk memikirkan karya-karya yang lebih baru dan lebih baik, dan pada kenyataannya, dalam pemikiran dan gagasan mereka, mereka telah mencapai rekonstruksi dan kembali.
Seni, terutama musik pasca-Corona, akan dimulai dan mengalami kebangkitan baru, karena para artis ini sering berpikir untuk mengadakan berbagai konser sepanjang tahun, dan karena jadwal mereka yang padat, mereka tidak terlalu memikirkan untuk memproduksi konten yang lebih banyak dan lebih baik.
Dan yang tak kalah pentingnya, para dokter percaya bahwa dengan menciptakan momen bahagia seperti mendengarkan musik yang penuh harapan, semangat dan ketenangan, kita dapat mengatasi stres akibat wabah Corona dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Jangan lupa bahwa mendengarkan musik dan menghindari ketegangan apa pun, memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membuat Anda lebih tahan terhadap penyakit apa pun. Nikmati seni ini dan huni jiwa dan tubuh Anda dengan nada yang menyenangkan.