Kami telah mengatakan berkali-kali bahwa terlepas dari janji-janji Allah yang pasti.

Yang mereka baca sekarang ""وَ مَن اَصدَقُ مِنَ اللهِ قیلًا dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? Siapa yang lebih tahu daripada Allah tentang masa depan? Dan Allah SWT telah berfirman bahwa masa depan adalah milik orang-orang beriman, milik orang-orang saleh, milik Mujahidin fi Sabilillah. Tidak ada keraguan tentang hal ini. Ini adalah janji ilahi. Namun jika seseorang terjebak ke dalam keraguan dan janji ilahi juga tidak menenangkan hatinya, pengalaman harus menenangkan hatinya. 

Saya telah berulang kali mengatakan hal ini dan saya percaya pada makna ini dengan segenap wujud saya. Meskipun tidak ada janji yang dibuat kepada kita, dengan pengalaman yang dimiliki bangsa Iran sejak 30-40 tahun yang lalu, mereka harus yakin bahwa masa depan adalah milik mereka. Bangsa Iran harus yakin bahwa kemenangan adalah miliknya.

Kami adalah warga dari negara yang di dalamnya pernah berkuasa sebuah pemerintahan yang "bermain cinta" dengan AS seperti yang Anda saksikan. Para pejabat AS mempraktikan hal ini kepada orang-orang malang, kepada mereka yang mengalami keterbelakangan mental dan akal. Permainan cinta ini pernah dilakukan terhadap pemerintahan Iran waktu itu, jauh lebih besar, jauh lebih baik.
 
Mereka secara eksplisit mengatakan, "Anda adalah polisi kami di Teluk Persia", dan mereka mengatakan ini kepada pemerintah diktator kita.
 
Mereka memiliki kecerdasan lebih dari (orang-orang) ini, mereka memiliki lebih banyak kemampuan, mereka lebih mengandalkan taghut ini daripada orang-orang itu, dan hubungan mereka juga lebih kuat. Ketika pemerintahan seperti itu ada (di Iran), bangsa Iran –dengan kekuatan iman, dengan perjuangan, dan dengan pengorbanan– mampu menggulingkan pemerintahan ini meskipun memperoleh dukungan penuh global, dan sebagai gantinya, rakyat Iran mampu membangun pemerintah yang kekuatan-kekuatan arogan tidak tahan untuk melihatnya; yaitu, sistem Republik Islam. Ini adalah sebuah pengalaman.