Lintasan Sejarah 11 Januari 2022
Hari ini Selasa, 11 Januari 2022 bertepatan dengan 8 Jumadil Tsani 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 21 Dey 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Abu Al-Qasim As-Syathibi Lahir
905 tahun yang lalu, tanggal 8 Jumadil Tsani 538 HQ, Abu al-Qasim bin Firah bin Abi al-Qasim as-Syathibi yang lebih dikenal dengan Imam al-Qurra lahir kedunia.
Abu al-Qasim as-Syathibi merupakan guru para qari al-Quran ulum al-Quran abad 6 Hijriah. Selain menguasai prinsip-prinsip qiraah dan tajwid, beliau juga sangat menguasai tafsir, hadis, nahwu dan lughat.
Sekalipun Syathibi tidak dapat melihat, tapi kecerdasannya yang luar biasa membuat siapa saja yang hadir tidak menyadari bahwa ia buta. Tidak saja tinggi dari sisi keilmuwannya, Syathibi juga seorang yang zuhud dalam kehidupannya dan memiliki akhlak mulia. Beliau tidak akan berbicara bila tidak dibutuhkan dan tidak pernah mengeluh dengan segala kekurangan dan penyakit yang menimpanya. Syathibi juga tidak membaca al-Quran tanpa wudhu dan setiap kali membaca al-Quran di ruangan, maka ia akan membacanya dengan ketenangan luar biasa.
Syathibi juga meninggalkan banyak karya tulis seperti Hirz al-Amani dan dua Kasidah Lamiyah dan Raiyah yang sangat terkenal dan di abad-abad selanjutnya banyak yang mengomentarinya.
Monumen Nasional Grand Canyon Dideklarasikan
114 tahun yang lalu, tanggal 11 Januari 1908, Presiden AS Theodore Roosevelt mendeklarasikan Grand Canyon yang terletak di sebelah barat laut Arizona sebagai sebuah monumen nasional.
Penduduk asli Amerika hidup di area itu pada abad ke-13. Namun, baru pada 1540, ada orang Eropa yang pertama kali melihat Grand Canyon. Orang yang beruntung itu adalah anggota ekspedisi yang dipimpin penjelajah Spanyol Francisco Vasquez de Coronado.
Karena lokasi tidak terakses dan terpencil, beberapa abad terlewatkan sebelum penduduk Amerika Utara menjelajah jurang tersebut. Pada 1869, ahli geologi John Wesley Powell memimpin sekelompok pria dalam perjalanan pertama menyusuri Sungai Colorado dan jurang sepanjang 277 mil itu menggunakan empat perahu dayung.
Pada akhir abad ke-19, Grand Canyon menarik ribuan turis tiap tahunnya. Salah satu pengunjung terkenalnya adalah Theodore Roosevelt. Setelah menjadi presiden pada Januari 1908, ia mulai berusaha mewujudkan sebuah monumen nasional Grand Canyon seluas 800 ribu ekar. Pada 1919, Presiden Woodrow Wilson menandatangani Grand Canyon National Park Act.
Kini lebih dari 5 juta orang mengunjungi jurang tersebut tiap tahunnya. Dasar Grand Canyon masih bisa dicapai dengan kaki, keledai, atau perahu. Rafting, pendakian, dan olahraga lari di wilayah itu juga sangat populer.
Wafatnya Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin
21 tahun yang lalu, tanggal 21 Dey 1379 HS Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin meninggal dunia di usia 67 tahun dan dikebumikan di masjid Imam Shadiq as yang dibangunnya.
Ayatullah Syeikh Mohammad Mahdi Syamsuddin lahir pada 15 Sya'ban 1353 Hq di kota Najaf. Setelah melewati masa kanak-kanak, Ayatullah Mahdi Syamsuddin belajar pendahuluan ilmu-ilmu agama dan setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah ilmu agama, beliau mengikuti kuliah para Ayatullah seperti Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abu al-Qasim al-Khu'i, sehingga mencapai derajat mujtahid.
Bersamaan dengan upayanya menuntut ilmu, Syeikh Mahdi Syamsuddin juga menulis. Beliau terkenal dengan gaya tulisannya yang lugas di sejumlah majalah ilmiah dan sastra di kota Najaf. Begitu juga beliau membentuk lembaga penerbitan bernama Muntada al-Nasyr untuk memperluas budaya Islam, sambil tetap menjadi dosen di Universitas Fiqih Najaf.
Pada usia 36 tahun, Syeikh Mahdi Syamsuddin pergi ke Lebanon untuk membantu rakyat di sana. Dengan bantuan Imam Musa Sadr mereka membangun lembaga-lembaga sosial dan pendidikan. Beliau kemudian terpilih menjadi wakil ketua dan setelah itu menjabat ketua Majelis Tinggi Syiah Lebanon.
Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin termasuk ulama yang mampu menggabungkan ilmu dan kefaqihan dengan jihad dan kesabaran. Selain pakar ilmu keagamaan, beliau mendukung perjuangan Imam Khomeini ra. Beliau memiliki banyak karya yang ditinggalkan seperti Tsaurah al-Husein, Anshar al-Husein, Syarh ‘Ahd al-Asytar dan al-Ghadir.