Jun 08, 2022 16:35 Asia/Jakarta
  • bendera Cina dan AS
    bendera Cina dan AS

Cina sedang mengalami kemajuan dengan cepat di berbagai bidang, dan kondisi ini membuka atmosfir baru bagi kekuatan dan hegemoni global.

Pada periode ini, di saat Cina sedang berusaha merebut seluruh elemen kekuatan hegemonik di level global, Amerika Serikat justru menunjukan tanda-tanda keruntuhan.
 
Dalam tantangan penuh persaingan ini, Asia Barat dan Selatan memiliki urgensitas khusus, dan dapat dikatakan setelah Asia Timur, Asia Barat dan Selatan serta wilayah sekitar Samudra Hindia, adalah wilayah dunia yang strategis, dan AS menjegal kekuatan Cina yang terus bertambah dengan cara membangun koalisi di wilayah ini.
 
Demi menghimpun dukungan di kawasan Asia Timur, dan dalam kerangka ide "India-Pasifik", AS sedang berusaha membangun sebuah koalisi besar mulai dari Laut Mediterania, wilayah selatan Teluk Persia, hingga Samudra Hindia.
 
Koalisi ini dibangun dalam kerangka normalisasi hubungan Rezim Zionis Israel dengan beberapa negara Arab, dalam bingkai proyek Kesepakatan Abraham, dan sebuah program yang terbentang dari Laut Mediterania dan wilayah selatan Teluk Persia, menuju Samudra Hindia dengan konsentrasi negara India.
 
AS melalui koalisi ini, berusaha mencapai wilayah Samudra Pasifik dengan menyebrangi Selat Malaka menuju Laut Cina Selatan dan Timur, dan mempersempit kepungan atas Cina. Dalam koalisi ini tergabung sejumlah negara termasuk Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
 
Pada kondisi seperti ini, dalam rivalitasnya dengan AS, Cina menggulirkan sebuah proyek besar Inisiatif Sabuk dan Jalan untuk lepas dari kepungan daratan dan laut yang dilakukan AS. Salah satu bagian dari proyek besar ini adalah nota kesepahaman kerja sama Cina dan Iran yang dapat meningkatkan peran Cina di kawasan Asia Barat dan zona energi Teluk Persia.
 
Selain itu, proyek tersebut juga dapat meningkatkan posisi Cina dalam persaingan dengan AS di Asia Barat. Masalah yang jelas-jelas ditentang oleh AS. Di AS terbentuk semacam konsensus di antara para politisi dan pakar negara itu bahwa Cina merupakan rival utama AS.
 

 

Para pejabat tinggi Cina menaruh perhatian besar pada masalah ini bahwa kesimpulan yang diambil AS terkait Cina, didasarkan pada pemikiran keliru, dan bertolak belakang dengan tujuan serta strategi Cina, yang berusaha meraih kepentingan ekonomi dan perdagangan dengan cara-cara damai.
 
Rivalitas Cina dan AS dalam berbagai bidang terus meningkat. Dalam hal ini, Cina berusaha menciptakan keragaman akses ke sumber minyak dan gas, terutama di dua wilayah Teluk Persia dan Laut Kaspia di selatan dan utara Iran, dan persis karena alasan ini pula nota kesepahaman 25 tahun Iran dan Cina, menjadi kekhawatiran mendalam AS.
 
Akan tetapi realisasi proyek-proyek Cina termasuk Inisiatif Sabuk dan Jalan, terutama di Asia Barat, menghadapi banyak hambatan dan tantangan penting yang sebagian besar adalah masalah regional termasuk ancaman kelompok-kelompok ekstrim kanan. Kelompok esktrem dan teroris seperti Daesh serta Tehrik-e Taliban Pakistan, TPP termasuk di antara hambatan bagi koridor ekonomi Cina dan Pakistan.
 
AS berpikir untuk menghambat proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan melalui gerakan teroris. Dalam sudut pandang AS, keberadaan gerakan-gerakan radikal keagamaan di negara-negara yang dilewati proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan, atau infrastruktur-infrastruktur seperti koridor ekonomi Cina dan Pakistan, adalah keuntungan bagi Barat. Dalam hal ini upaya menciptakan ketidakamanan di negara bagian Xinjiang, Cina dan Balochistan, Pakistan, merupakan masalah yang sangat penting bagi AS.
 
Selain itu, tantangan dan hambatan internal dalam proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan, jelas bukan hambatan-hambatan yang bisa diabaikan. Persaingan India dan Pakistan di bidang strategis, dan teritorial merupakan salah satu hambatan internal ini. Terlepas dari konflik Kashmir, Pakistan dan India juga berseteru terkait masalah Afghanistan.
 
Pakistan tidak bisa menolerir kehadiran India di Afghanistan, dan merasa terkepung dari wilayah timur dan timur laut. Akan tetapi India, dalam beberapa dekade terakhir selalu berusaha mendekat ke pusat pemerintahan Afghanistan yang bermasalah dengan Pakistan, dan masalah ini menyeret rivalitas India dan Pakistan ke Afghanistan.
 
Perseteruan Afghanistan dan Pakistan, adalah faktor penting yang mendekatkan India ke Afghanistan, dan memicu kekhawatiran terkait keamanan Pakistan. Bayangan ini muncul dalam benak para pejabat politik, partai dan jenderal Pakistan, bahwa India mendukung kelompok-kelompok separatis etnis di negara bagian Balochistan.
 

 

Akan tetapi India membantah dukungan semacam ini, sebaliknya menuduh Pakistan, mendukung kelompok-kelompok jihad radikal Kashmir seperti Hizb-ul Mujahidin (HM), dan Jaish-e Mohammed yang dianggap oleh India sebagai kelompok jihad radikal yang bertujuan memecah belah Kashmir, dan ingin bergabung dengan Pakistan. Perseteruan semacam ini yang dicampuri oleh AS, memberikan dampak negatif terhadap proyek-proyek Cina di kawasan.
 
Apa yang sangat memperuncing rivalitas India dan Pakistan terkait proyek koridor ekonomi Cina-Pakistan, adalah meningkatnya persaingan di Afghanistan. Lokasi yang dilewati oleh sebagian jalur penghubung CPEC (China-Pakistan Economic Corridor) dari Koridor Wakhan di Afghanistan, atau jalan raya Karakoram, wilayah sengketa India dan Pakistan di Kashmir. India sangat khawatir koridor ekonomi Cina dan Pakistan melewati Kashmir, dan menganggapnya sebagai pelanggaran kedaulatan nasionalnya di wilayah itu.
 
Sekalipun jalur yang dilewati koridor ekonomi Cina dan Pakistan adalah wilayah Gilgit-Baltistan, yang merupakan wilayah Pakistan, akan tetapi India mengklaim kepemilikan wilayah-wilayah ini, dan menuduh CPEC bukan hanya proyek ekonomi, tapi membawa tujuan-tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kemajuan ekonomi.
 
Terlepas dari semakin meningkatnya persaingan India dan Pakistan di Kashmir, Afghanistan dan wilayah Asia Tengah serta mekanisme infiltrasi di wilayah ini, lokasi persaingan kedua negara juga urgen. Pakistan berharap dengan menguasai Taliban di Afghanistan, bisa mengakhiri pengaruh dan infiltrasi India di Afghanistan, dan meluaskan jalur perdagangannya melalui Afghanistan ke Asia Tengah.
 
Di sisi lain, India dengan berinvestasi di Chabahar, Iran dan mencapai kesepakatan segitiga India, Iran dan Afghanistan, berharap bisa memperbaiki kerja sama dagangnya dengan negara-negara Asia Tengah.
 
Karena terminal koridor ekonomi Cina dan Pakistan adalah pelabuhan Gwadar di dekat Chabahar, lokasi investasi Cina, maka India mengkhawatirkan pengaruh Cina di pelabuhan Chabahar dan mundurnya negara ini dari pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, rivalitas-rivalitas regional di zona Laut Oman dan Teluk Persia saat ini tengah mengalami peningkatan, dan sebagian dari persaingan ini terpusat di sekitar pelabuhan Chabahar, Iran.
 
Maka dari itu, peran Iran sebagai salah satu faktor konvergensi dalam masalah ini, sangat penting. Dari sudut pandang Iran, pelabuhan Gwadar dan Chabahar bukan rival, tapi penyempurna satu sama lain untuk mengembangkan perekonomian kawasan, dan Iran menyambut baik investasi seluruh negara di pelabuhan Chabahar guna memperkuat konvergensi regional. (HS)