Lintasan Sejarah 8 September 2022
Hari ini Kamis, 8 September 2022 bertepatan dengan 11 Safar 1444 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 17 Shahrivar 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Lailatul Harir, Malam Terakhir Perang Shiffin
1406 tahun yang lalu, tanggal 11 Shafar 38 HQ, malam terakhir perang Shiffin yang dikenal dengan nama Lailatul Harir.
Pada malam itu, pasukan Muawiyah merasakan sangat kedinginan, sehingga mereka mengeluarkan suara lolongan mirip anjing. Kata Harir sendiri dalam bahasa Arab berarti suara anjing.
Imam Ali as dengan memegang pedang Dzul Fiqar dan mengendarai kuda Nabi Saw memukul musuh. Setiap kali pedang beliau menghantam pedang musuh beliau mengucapkan takbir dan itu berarti seorang mati ditebas pedang beliau. Diriwayatkan bahwa pada malam itu saja Imam Ali as berhasil membunuh lebih dari 500 orang dan beliau sibuk berperang hingga subuh. Perang begitu hebat sehingga pedang beliau bengkok dan dengan lututnya beliau kembali meluruskannya.
Dalam perang ini, banyak tentara Imam Ali as yang gugur syahid, termasuk Ammar bin Yasir, Uwais al-Qarni, Hasyim Mirqal, anak Hasyim Khuzaimah bin Tsabit, Shafwan bin Hudzaifah, Abdullah bin Badil bersama saudaranya Abdurrahman bin Badil, Abdullah bin Harits saudara Malik al-Asytar. Mereka ini merupakan sahabat khusus Imam Ali as.
Sementara di pasukan Muawiyah banyak yang terbunuh dan perang ini berlangsung selama 14 bulan. Akhirnya dengan kelicikan Amr bin Ash dan kemunafikan sebagian orang seperti Asy’ats bin Qais al-Kindi perang Shiffin berakhir dengan perundingan.
Pakta SEATO Diteken di Manila
68 tahun yang lalu, tanggal 8 September 1954, sebuah pakta pertahanan bernama SEATO yang merupakan perjanjian keamanan Asia Tenggara ditandatangani di kota Manila, Filipina.
Pakta ini ditandatangani oleh AS, Inggris, Australia, Pakistan, Thailand, Perancis, Selandia Baru, dan Philipina. Berdasarkan perjanjian SEATO ini, para anggota perjanjian akan memberikan bantuan militer kepada negara anggota lainnya yang diserang oleh pihak luar.
Pada tahun 1975, SEATO dibubarkan setelah terjadinya perubahan besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terkait dengan kekalahan AS dalam perang Vietnam.
Jumat Berdarah dan Pembantaian di Bundaran Shohada Tehran
44 tahun yang lalu, tanggal 17 Shahrivar 1357 HS, Jumat pagi Jenderal Gholamali Oveisi, Panglima Militer Tehran mengumumkan kondisi darurat militer kepada warga Tehran dan sekitarnya lewat radio.
Masyarakat yang tidak mendapat informasi tentang kondisi darurat militer ini, sejak jam 6 pagi turun ke jalan-jalan untuk melakukan demonstrasi di hari keempat berturut-turut. Tempat berkumpulnya para demonstran adalah Bundaran Zaleh (sekarang bernama Bundaran Shohada).
Ketika warga tiba di jalan-jalan yang menuju tempat berkumpul, tiba-tiba mereka menyaksikan tank dan kendaraan lapis baja lainnya disertai tentara yang bersenjatakan senapan otomatis telah menanti mereka. Para demonstran benar-benar tidak siap dengan keadaan ini. Sementara tentara yang ada di sana setelah mengeluarkan beberapa kali peringatan langsung menembaki warga.
Jenazah terlihat di mana-mana di sekitar Bundaran Shohada dan darah tergenang di sisi jalan. Pada hari itu, kaki tangan Shah Pahlevi tidak membiarkan para demonstran berhamburan meninggalkan tempat berkumpul, tapi mengejar mereka hingga ke rumah-rumah warga yang berada di sekitar peristiwa pembantaian itu. Rezim Shah mengumumkan bahwa jumlah seluruh syuhada sekitar 58 orang dan aksi demonstrasi ini dikendalikan dari luar negeri. Sekalipun jumlah pasti dari korban pembantaian Jumat Kelabu ini tidak pernah jelas hingga sekarang, tapi dapat dipastikan jumlah korban lebih dari 4 ribu orang.
Sejak peristiwa itu, tanggal 17 Shahrivar diperingati sebagai Hari Jumat Berdarah Tehran.