Mengenal Para Ulama Besar Syiah (51)
Mullah Ahmad Naraqi yang dikenal dengan Fazel Naraqi, penulis kitab Mi'raj al-Saadah, seorang faqih terkenal Syiah di abad 13 Hijriah. Ia adalah pemimpin pada masanya dalam ilmu fiqih, ushul, hadits, rijal, astronomi, matematika, sastra dan puisi.
Ketakwaan dan akhlak ulama ini juga terkenal baik dikalangan khusus maupun di tengah masyarakat umum. Mullah Naraqi juga termasuk salah satu guur Sheikh Murtadha Ansari.
Mullah Ahmad dilahirkan pada tahun 1185 H di Naraq, salah satu daerah di sekitara Kashan. Ayahnya bernama Mullah Mahdi Naraqi, dan dikenal dengan sebutan Muhaqqiq Naraqi, pakar matematika dan filsof intelektual. Dikatakan bahwa Muhaqqiq Naraqi adalah ilmuwan Iran pertama yang menaruh perhatian pada penelitian dan penemuan ilmuwan Barat di bidang astronomi. Sebagai seorang anak dan remaja, Ahmad mendapat manfaat dari pelajaran ayahnya. Ketika berumur dua puluh tahun, dia hijrah ke Najaf Ashraf bersama keluarganya untuk menuntut ilmu dan hikmah serta mengikuti pelajaran Allamah Vahid Behbahani. Sepeninggal Allamah Vahid, Mullah Ahmad kembali ke kampung halamannya.
Empat tahun setelah Fazel Naraqi kehilangan guru besarnya, Allamah Vahid Behbahani, pada tahun 1209, ia juga kehilangan ayahnya yang bijaksana. Kehilangan seorang ayah yang telah memajukan putranya selangkah demi selangkah dalam pengetahuan dan akhlak adalah rasa sakit yang luar biasa bagi Ahmad. Dia, yang tidak bisa melihat pintu ilmu tertutup baginya, sekali lagi memutuskan untuk pergi ke Najaf untuk mendapatkan keuntungan dari kehadiran profesor terkenal seperti Allamah Bahrul Ulum dan Allamah Kashif al-Ghita. Selama periode ini, ia mencapai keunggulan dalam berbagai ilmu dan keahlian seperti yurisprudensi, usul fiqih, teologi, etika, puisi, tasawuf, filsafat dan logika, aritmatika dan geometri, dll serta menjadi seorang pakar dan ahli.
Mullah Ahmad Naraqi kembali ke kampung halamannya setelah menyelesaikan studinya. Dia menetap di kota Kashan dan karena dia menikmati posisi ilmiah yang baik dan posisi yang baik di antara orang-orang, dia mencapai posisi otoritas agama dan mengambil kepemimpinan agama dan politik orang-orang di wilayah itu seperti ayahnya. Dia selalu memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan orang-orang yang tertindas dan berdiri untuk membela hak-hak orang-orang tertindas di wilayah itu dalam berbagai kesempatan dan berperang melawan penindas.
Meskipun sarjana besar ini dihormati oleh pemerintah, dia tidak tinggal diam menghadapi penindasan pemerintah yang berkuasa. Disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa para gubernur yang ditunjuk oleh Fath Ali Shah untuk wilayah Kashan berperilaku kejam terhadap rakyat, dan untuk alasan ini, Mullah Ahmad Naraqi berdiri untuk mereka dan bahkan menendang gubernur yang ditunjuk oleh Shah keluar dari kota beberapa kali.
Sikap Fazel Naraqi terhadap penindasan dan pengusiran orang-orang yang ditunjuk raja dari kota menyebabkan ketidaksenangan raja. Karena itu, dia memanggil cendekiawan besar itu ke ibu kota, Tehran, dan dengan marah menuduhnya mengganggu urusan negara. Mullah Ahmad Naraqi, yang melihat desakan raja atas kekejamannya, menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya ke langit dan berbicara kepada Tuhan dan berkata: "Demi Tuhan! Sultan yang kejam ini menempatkan penguasa yang kejam atas rakyat, dan saya menghapus penindasan, dan tiran ini marah kepada saya."
Mullah Ahmed ingin mengutuk raja, dan raja yang mengakui kekuatan iman dan tekad ulama besar Syiah ini takut! Dia bangkit dari tempat tidurnya dan mendekati Mullah Ahmad. Dia dengan cemas meraih tangannya dan meminta maaf dan memohon Mullah Ahmad untuk tidak mengutuknya. Kemudian, dengan konsultasi dan persetujuan Mullah Ahmad, dia mengangkat seorang penguasa yang layak untuk Provinsi Kashan. Dari kasus sejarah ini, selain pengaruh dan kekuatan spiritual Mullah Ahmad Naraqi di kalangan masyarajat, dapat dipahami bahwa Fath Ali Shah, dengan segala kesombongan dan keangkuhannya, menyadari status spiritual Mullah Ahmad dan meyakininya, itu sebabnya dia meminta maaf dan mencegahnya dari kutukan.
Salah satu bidang penelitian Fazel Naraqi adalah pembahasan mengenai belajar dan mengajar. Di bidang ini, beliau tercatat sebagai seorang pakar dan memiliki banyak pandangan yang penting, dan para peneliti setelahnya banyak memuji ulama besar ini. Menurut perspektif ulama besar ini, belajar dan mengajar memiliki posisi penting dan khusus di kehidupan manusia, dan paling mendasar dari bidang ini adalah "harga diri". Jika kita ingin menjelaskan secara sederhana dari maksud harga diri, maka itu berarti harga diri adalah kita harus menyadari bahwa kita adalah orang yang terhormat dan bernilai.
Jika seseorang memiliki pandangan seperti ini terhadap dirinya sendiri, maka perilakunya juga akan selaras dengan pengetahuannya ini dan tidak akan bersedia melakukan pekerjaan buruk atau berbuat salah. Imam Ali as berkata, "Orang memiliki harga diri, tidak akan pernah melakukan dosa, kehinaan dan keburukan." Ada banyak faktor yang dapat memicu harga diri atau izzah al-nafs. Salah satu faktor terpenting adalah interaksi yang dimiliki keluarga dan orang-orang di sekitarnya dengan orang tersebut selama masa kanak-kanak. Sebuah hadis dari Rasulullah Saw dan Imam Maksum as sangat menekankan untuk menjaga kehormatan dan harga diri anak-anak serta menghormatinya.
Dari sudut pandang Fazel Naraqi, mendekatkan diri kepada Tuhan dan meraih keridhaan-Nya adalah kesempurnaan tertinggi yang dapat dibayangkan bagi manusia, dan inilah tujuan ideal yang untuknya seluruh sistem keberadaan manusia harus disesuaikan dan diatur, serta nilai-nilai spiritual dan moral tidak mungkin dipisahkan dari proses pendidikan. Fadel Naraqi menganggap tazkiyatun nafs atau pembersihan diri dan jiwa harus didahulukan dari pendidikan, artinya mensucikan jiwa dari kejahatan dan keburukan sebelum mempelajari berbagai ilmu. Bahkan dia, bersama dengan banyak ulama, percaya bahwa pengetahuan yang benar hanya dapat dicapai melalui pembersihan diri. Asas lain yang ditekankan ulama Syi'ah ini adalah asas aktivitas, artinya seseorang harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran dan tidak pasif, sehingga dengan demikian pembelajaran mengarah pada transformasi kepribadiannya, bukan sekedar informasi tambahan dari sebelumnya. Di antara prinsip-prinsip lain yang diandalkan Fazel Naraqi dalam pendidikan adalah prinsip pemilihan prestasi dan memperhatikan kemampuan orang.
Dalam pembahasan analisis metode pendidikan, Fadel Naraqi menekankan pada beberapa metode khusus, salah satunya mengacu pada "metode penanaman hafalan, latihan dan pengulangan" dan menganggap metode ini cocok untuk menghafal materi dan mencapai penguasaan kognitif dan mental serta harus dilakukan sebelum mencapai kedewasaan intelektual dan kemampuan untuk memilah dan memahami atau yang menurut istilah modern, berpikir abstrak. Juga, mereka menganggap metode "dialog dan diskusi ilmiah" menjadi penyebab kebebasan berpikir dan inovasi dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan budaya.
Ulama Syi'ah terkenal ini juga menekankan efek "mencintai" dalam pendidikan dan percaya bahwa dengan memberikan konteks keakraban dan hubungan emosional, guru dapat membina anak didik dan memperkuat motivasi penanaman dan pendidikan pada siswa. Juga, mereka mengatakan bahwa itu adalah salah satu metode pendidikan yang paling efektif dan berpengaruh bagi orang tua dan guru untuk mencoba menjadi panutan yang baik bagi anak-anak mereka dengan perilaku positif dan konstruktif mereka.
Sekitar tiga puluh buku tentang puisi, fikih, usul fikih, etika dan matematika telah ditinggalkan oleh Mullah Ahmad Naraqi. Karya paling terkenal dari ulama besar ini adalah sebuah buku berjudul "Mi'raj al-Saadah" yang ditulis tentang masalah etika Islam. Mi'raj al-Saadah dianggap sebagai ringkasan dari buku Jaame' al-Saadah karya Mullah Mahdi Naraqi, ayah Mullah Ahmad.
Mullah Ahmad menilai keberhasilannya di bidang ilmu, agama dan akhlak berkat upaya dan kerja keras ayahnya serta di karya tulisnya mengikuti motedo ayahnya serta di bidang pemikiran dan kajian ilmiah juga mengaku sangat dipengaruhi oleh ayahnya. Misalnya, dalam fikih, ayahnya menulis Mu'tamad al-Syiah, dan dia menulis Mustanad al-Syiah dengan topik yang sama, tetapi dengan cara yang lebih detail dan terperinci. Mi'raj al-Saadah karya Fazil Naraqi juga ditulis dalam penyelesaian buku Jame al-Saadah, karya ayahnya sendiri.
Audiens Mi'raj al-Saadah adalah masyarakat umum dan tidak hanya ulama dan peneliti. Oleh karena itu, penulis telah mencoba untuk mengungkapkan isi dalam bahasa yang fasih dan sederhana atau jauh dari kompleksitas topik ilmiah. Sedangkan Jame al-Saadah lebih mementingkan argumentasi rasional dan memiliki bahasa ilmiah. Untuk alasan ini, Fath Ali Shah Qajar meminta Mullah Ahmad untuk merangkum buku ini dan memisahkan topik-topik penting dan membuat terjemahan yang jelas dalam bahasa Persia sehingga penutur bahasa Persia yang setia dapat mengambil manfaat darinya.
Selain memilih bahasa yang sederhana untuk buku ini, Mullah Ahmad mencampurkan isinya yang sangat penting dan ilmiah dengan khutbah dan peringatan yang penuh kasih, yang menambah keindahan dan keefektifan buku ini. Juga, sesuai dengan topiknya, ia menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat para Imam Maksum as, ucapan orang bijak dan puisi penyair yang bijaksana untuk mengekspresikan konten, yang membantu memperkaya konten dan membuatnya menyenangkan.