Feb 07, 2023 19:47 Asia/Jakarta
  • Militer AS di Afghanistan
    Militer AS di Afghanistan

Kali ini kami akan mengajak Anda untuk mencermati dimensi lain dari pandangan Rahbar mengenai tantangan dan kendala akibat menggantungkan keamanan kepada pihak lain.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei terkait hal ini dalam sebuah arahannya saat upacara kelulusan taruna militer Akademi Militer Imam Hossein as melalui video konferensi, menyebut intervensi asing sebagai faktor friksi dan kerugian.

Panglima tertinggi angkatan bersenjata Iran dalam penjelasannya terkait masalah ini mengingatkan, "Jaminan keamanan dengan mengandalkan pihak lain hanya sebuah halusinasi. Mereka yang mengalami halusinasi ini akan segera merasakan akibatnya, karena intervensi langsung atau tidak langsung pihak asing di keamanan dan perang, serta perdamaian sebuah negara akan menciptakan tragedi."

Pandangan Rahbar ini berdasarkan fakta saat ini dan pengalaman beberapa tahun lalu di kawasan.

Pangkalan militer AS di Irak

Pengalaman hampir satu abad menunjukkan bahwa anasir asing senantiasa menjadi penyebab instabilitas dan pengobaran krisis di kawasan dengan dalih mereka menciptakan keamanan. Mereka berencana menjual miliaran dolar senjata dan mempertahankan pangkalannya di kawasan melalui penyebaran Iranphobia dan menciptakan krisis di kawasan Teluk Persia, dan kemudian membuat ketergantungan keamanan bagi negara-negara kawasan Teluk Persia.

Para pemimpin Amerika selama 42 tahun lalu tidak segan-segan menggunakan segala cara mulai dari ancaman, kudeta, provokasi etnis, disintegrasi, pengobaran kerusuhan, embargo ekonomi, melakukan penyusupan dan berbagai metode lainnya untuk merusak bangsa Iran. Hal ini menunjukkan poin bahwa kebencian dan permusuhan Amerika terhadap Iran memiliki akar yang mendalam.

Kini banyak fakta semakin terkuak melalui penjelasan realita. Waktu menunjukkan bahwa pembentukan koalisi palsu pimpinan Amerika dengan dalih menjaga keamanan adalah sebuah langkah berbahaya, dan merusak perdamaian serta keamanan kawasan. Amerika selama empat dekade lalu dengan membangun berbagai pangkalan militer di kawasan secara praktis menjadi sumber pelanggaran hukum, kejahatan dan ketidakamanan.

Tujuan Gedung Putih dari kehadirannya tersebut adalah menciptakan kondisi untuk mengganggu kerja sama regional dan menciptakan ketidakpercayaan. Gerakan ini terus berlanjut selama beberapa dekade dan kini hasil buruk atas kehadiran Amerika di kawasan semakin terkuak, di mana keamanan berkelanjutan di kawasan membutuhkan perubahan mendasar dalam koridor kerja sama regional.

Terkait keluarnya pasukan Amerika dari Afghanistan, Rahbar menilainya sebagai contoh dari hasil kekuatan lahiriah dan bukan kekuatan sejati. Rahbar mengatakan, "Amerika selama 20 tahun lalu mengagresi Afghanistan dengan alasan menumbangkan Taliban, dan selama pendudukan panjang ini, mereka banyak melakukan pembantaian, kejahatan dan menimbulkan kerugian, tapi setelah mengeluarkan biaya besar baik materi maupun korban manusia, pada akhirnya Amerika menyerahkan kekuasaan kepada Taliban dan kemudian keluar dari Afghanistan, dan fakta ini menjadi pelajaran bagi semuan negara."

Panglima tertinggi angkatan bersenjata Iran menilai kondisi militer Amerika ketika keluar dari Afghanistan menunjukkan esensi sejati militer ini. "Gambaran hollywood dari militer Amerika dan negara-negara sejenisnya, hanya sekedar sandiwara, karena esensi sejati mereka adalah apa yang terlihat di Afghanistan."

Insiden seperti peristiwa 11 September, keterlibatan AS di dua perang Afghanistan dan Irak, serta menunjukkan kekuatan unggul Amerika mulai memudar.

Amerika Serikat sampai saat ini telah mengalami berbagai kekalahan memalukan yang terus berlanjut mulai dari perang Vietnam hingga perang di kawasan Teluk Persia dan Asia Barat.

Para pengamat meyakini bahwa selama beberapa tahun terakhir, hegemoni Amerika sebagai kekuatan hegemoni mulai memudar, dan negara ini tidak lagi mampu memaksakan tuntutan dan kehendaknya kepada pihak lain, dan fakta ini semakin mendorong dunia ke arah sistem baru multipolar.

Noam Chomsky, pengamat dan teoretisi terkenal Amerika Serikat terkait hal ini mengatakan, "Kemunduran Amerika telah dimulai, dan halusinasi petinggi Amerika terkait bahwa negara ini akan tetap menjadi kekuatan terkuat dunia, sekedar hayalan belaka."

Amerika Serikat juga keluar dari perjanjian dunia dan organisasi internasional serta mengobarkan perang dagang terhadap sekutunya sendiri. Amerika selama bertahun-tahun berusaha menjadikan dirinya sebagai kekuatan militer unggul dan tanpa rival di tingkat dunia.

Faktanya adalah akhir masa Amerika telah dimulai lebih cepat dari prediksi. Kemunduran Amerika bukan saja di bidang militer. Menurut ungkapan Rahbar, di mana pun Amerika melakukan intervensi, negara ini semakin dibenci oleh berbagai bangsa dunia.

Tentara AS di Afghanistan

Rahbar terkait hal ini menyinggung perdebatan Eropa dan Amerika. Rahbar mengatakan, sejumlah Eropa menyebut tindakan Amerika tak ubahnya menikam mereka dari belakang, dan mereka mengatakan Eropa harus menjamin keamanannya sendiri tanpa bersandar pada NATO atau lebih tepatnya Amerika Serikat.

"Ketika negara-negara Eropa merasa tidak mampu mencapai keamanan yang berkelanjutan karena ketergantungan mereka pada Amerika Serikat, negara yang tidak melawan Eropa, maka tanggung jawab negara-negara lain yang telah menempatkan angkatan bersenjatanya di bawah kendali Amerika Serikat dan orang asing lainnya menjadi jelas," ungkap Rahbar.

Seperti yang ditunjukkan Rahbar, kehadiran militer asing di kawasan hanya menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Sementara yang dibutuhkan kawasan adalah seluruh negara harus memiliki militer yang indepeden dan mengandalkan bangsanya sendiri serta sinergis dengan militer negara tetangga.

Pengalaman menunjukkan, militer kawasan mampu menjamin keamanan regional, dan mereka tidak boleh mengijinkan militer asing melakukan intervensi atau hadir di kawasan untuk menjamin kepentingannya.

Fakta seperti kegagalan militer Amerika di perang Vietnam, kontrol drone cangging AS RQ-170 dan penghancuran drone paling canggih Amerika "Global Hawk" oleh Iran menunjukkan ketidakmampuan AS dalam memberi dukungan militer kepada sekutu regionalnya seperti rezim Zionis Israel dan Arab Saudi dalam menghadapi pasukan muqawama dan kasus serupa, serta berujung pada rusaknya wibawa militer Amerika Serikat.

 

Tags