Apr 05, 2023 19:09 Asia/Jakarta
  • Pangkalan militer AS di Suriah
    Pangkalan militer AS di Suriah

Salah satu poin penting strategis yang ditekankan oleh Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei urgensi mempertahankan kewaspadaan dalam menghadapi arus penyebar perpecahan di antara umat dan negara Islam.

Noam Chomsky, teoritis politik dalam artikelnya seraya mengisyaratkan pengobaran perang dan intervensi Amerika di Suria dan Irak menulis, Daesh (ISIS) seperti kelompok teroris lainnya terbentuk dan melakukan aksinya karena agresi militer Amerika di kawasan.

Amerika Serikat sejak tahun 2001 dengan alasan memerangi al-Qaeda, yakni kelompok teroris yang menurut pengakuan Trump dan Clinton, dibentuk oleh Amerika, mulai memanfaatkan terorisme sebagai alat dan dukungan sejumlah negara kawasan terhadap kelompok teroris telah mendorong terbentuknya Daesh (ISIS) serta puluhan kelompok teroris lainnya.

Rand Paul, senator Amerika

Rand Paul, Senator Republik Amerika, menganggap kebijakan negara ini yang salah dan intervensi berlebihan dalam krisis Suriah menjadi penyebab terciptanya tempat berlindung yang aman bagi teroris Asia Barat dan membawa kekacauan ke Irak utara. Dia mengutip pengiriman senjata Amerika ke sekutu kelompok ini di Suriah sebagai salah satu alasan penguatan Daesh dan mengatakan, Daesh (ISIS) adalah sekutu kami di Suriah. Untuk memukul mundur pasukan yang setia kepada pemerintah Damaskus, kami memberikan senjata kepada milisi dan menciptakan tempat yang aman bagi orang-orang ini di Suriah. Menurut pendapat saya, keterlibatan kami di Suriah mengarah pada situasi saat ini di Irak.

Dalam pengungkapan Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS, juga disebutkan tentang peran AS dalam mendukung Daesh dan kelompok teroris:

"Organisasi intelijen Amerika Serikat, Inggris, dan rezim Zionis berperan dalam pembentukan Daesh dan mereka membentuk kelompok teroris ini dalam operasi yang disebut sarang lebah."

Faktanya, tujuan kehadiran militer Amerika di Asia Barat adalah untuk menyediakan arena intervensi Washington dan mempertahankan keberadaan rezim ilegal Israel dan sekutu regionalnya.

Seperti disebutkan dalam pembicaraan sebelumnya, salah satu strategi Amerika untuk menembus kawasan pasca peristiwa 11 September adalah pembangunan pangkalan militer di kawasan tersebut.

Dalam hal ini, Amerika telah menempatkan sebagian besar pasukannya di pangkalan-pangkalan Saudi. Di negara ini terdapat berbagai fasilitas militer milik pasukan tentara Amerika di daerah Dammam, Hofuf, Khabar, Tabuk, Yanbu, pangkalan King Abdulaziz di Dhahran, pangkalan angkatan laut Raja Fahd di Jeddah, pangkalan udara Raja Khalid di Abha, pangkalan militer Riyadh pangkalan dan pangkalan militer Thaif.

Rudal Partriot AS di pangkalan udara Pangeran Sultan, Arab Saudi

Pangkalan militer Pangeran Sultan di selatan Riyadh termasuk pangkalan militer terpenting Amerika di Arab Saudi. Pangkalan militer Amerika dan NATO di Kuwait juga patut diperhatikan di antara negara-negara Arab di kawasan. Kuwait termasuk negara yang paling besar dukungannya terhadap kehadiran pasukan Amerika di kawasan.

Selama satu dekade lalu, Amerika Serikat menjual peralatan militer ke negara ini lebih dari enam miliar dolar. Selain itu, Kuwait juga membayar sebagian besar anggaran finansial bagi kehadiran militer Amerika di negara ini.

Kuwait yang cenderung seperti sebuah pangkalan militer besar Amerika, memiliki dua pangkalan udara dan enam kamp militer Amerika Serikat.

Qatar juga telah menyediakan beberapa pangkalan militer untuk dukungan dan serangan ke Amerika Serikat, dan setelah peristiwa 11 September menjadi markas pasukan Amerika.

Bahrain, negara lain yang penting bagi Amerika. Pangkalan udara Sheikh Isa di Bahrain. Pangkalan besar Amerika di kawasan adalah pangkalan udara al-Dhafra di Uni Emirat Arab (UEA).

Pangkalan udara Sheikh Isa Amerika Serikat di Bahrain

Sementara itu, di perbatasan Suriah dengan Turki, Amerika Serikat juga mulai membangun pangkalan militer.

 

 

Tags