May 21, 2023 15:42 Asia/Jakarta
  • Mossad
    Mossad

Rezim Zionis Israel adalah bukti nyata dari terorisme negara. Hal ini karena rezim ilegal ini lahir dari tiga unsur lembaga teroris Irgun, Haganah dan Stern.

Tokoh Zionis seperti Ben Gurion, Yitzhak Shamir dan Yitzhak Rabin muncul dari lembaga ini. Sekaitan dengan ini, rezim Zionis setelah memantapkan posisinya di bumi pendudukan tahun 1948, tidak pernah segan-segan melakukan aksi-aksi teror untuk mempertahankan eksistensinya. Saat ini pun aksi-aksi destruktif rezim Zionis terhadap kelompok yang menentangnya seperti pemboman, teroris terorganisir, pembajakan pesawat dan lainnya dilakukan oleh Dinas Rahasia Mossad.

Mossad, lembaga intelijen dan teroris dibentuk pada tahun 1951 oleh perdana menteri Israel saat itu, David Ben Gurion. Tahun itu, Ben Gurion seraya menyinggung tujuan lembaga ini menyatakan, "Bagi negara kami yang awal pembentukannya berada dalam tekanan musuh, intelijen sebagai garis depan pertahanan sangat diperlukan dan urgen, dan kita harus belajar dan memahami dengan benar apa yang terjadi di sekitar kita."

Karena tindakan ekspansionis dan agresif rezim Zionis, Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB telah mengeluarkan berbagai resolusi terhadap rezim Israel. Antara lain, dalam Resolusi 242 tahun 1967, rezim ini diharuskan menarik diri dari wilayah pendudukan Palestina. Juga, dalam Resolusi 267 pada 27 Maret 1969, rezim palsu ini dikutuk terkait pendudukan yang terjadi di Yerusalem Timur. Selain itu, fondasi rezim Israel memiliki sejarah panjang pembantaian manusia. Sekitar 30 pembunuhan keji telah dicatat dalam sejarah rezim terkenal ini, yang semuanya hanyalah sebagian kecil dari contoh terorisme negara rezim Zionis. Juga, ada banyak dokumen dan bukti mengenai terorisme negara dari rezim ilegal ini yang bahkan Amerika, sekutu terbesar rezim Israel, terpaksa mengungkapkan dokumen-dokumen itu dalam beberapa kasus.

Dinas Intelijen Mossad rezim Israel selama beberapa dekadel lalu telah mengfokuskan aktivitasnya mengenai identifikasi dan pemusnahan ilmuwan Muslim Iran dan Arab, khususnya di bidang nuklir. Rezim palsu ini, ketika merasa seorang tokoh ilmiah dapat efektif dalam jalur kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara Islam, memasukkan ilmuwan tersebut ke dalam agenda terornya. Sejauh ini, sejumlah besar ilmuwan dari negara-negara Asia Barat, termasuk ilmuwan Iran, Irak, dan Mesir, telah dibunuh oleh rezim Zionis.

Dalam beberapa kasus, otoritas rezim Zionis bahkan menyatakan puas melakukan aksi teroris. Dalam konteks pembunuhan ilmuwan nuklir dunia, khususnya ilmuwan Iran, jejak rezim Zionis selalu terlihat. Jelas bahwa agen mata-mata Mossad telah mengidentifikasi dan membunuh ilmuwan Iran dengan koordinasi dan kerja sama anggota kelompok teroris munafik. Pembunuhan biologis Ardeshir Hasanpour pada 2007, serta pembunuhan Fereydoon Abbasi yang gagal pada 2010, menunjukkan bahwa Mossad sudah memiliki rencana untuk membunuh ilmuwan nuklir Iran. Oleh karena itu, dapat dikatakan secara pasti bahwa pembunuhan enam ilmuwan nuklir Iran, termasuk Masoud Ali Mohammadi, Majid Shahriari, Dariush Rezainejad, Mostafa Ahmadi Roshan, Fereydoon Abbasi (pembunuhan yang gagal) dan Shahid Mohsen Fakhrizadeh, direncanakan oleh Mossad.

Ramal Hassan Ramal adalah salah satu ilmuwan nuklir dunia Arab dan aktivitas ilmiahnya di bidang fisika material sangat luar biasa. Menurut majalah Prancis Le Poin, ilmuwan Lebanon ini dianggap sebagai salah satu kebanggaan pusat ilmiah Paris pada abad ke-20, dan kehadirannya di antara 100 tokoh teratas Prancis menarik lebih dari sekadar perhatian. Namun kematian ilmuwan nuklir pada 31 Mei 1991 ini, seperti banyak rekannya, tetap menjadi misteri.

Ramal, sebelum kematiannya yang misterius, dengan bantuan beberapa ilmuwan Arab, mendirikan "Arab Academy of Contemporary Studies" untuk menindaklanjuti pencapaian ilmiah terkini di berbagai bidang, guna mentransfer pencapaian ilmiah Barat ke negara-negara Arab. Namun dia kehilangan nyawanya dalam sebuah kecelakaan di salah satu wilayah Kurdi di Turki, yang oleh banyak pakar politik dianggap rekayasa dan buatan.

Irak, negara Islam lainnya yang menjadi target rencana teror Amerika dan Israel selama beberapa tahun lalu. Rencana teror terhadap ilmuwan nuklir dan ilmuwan lainnya negara ini. Selama masa pemerintahan diktator Saddam Husein, ilmuwan negara ini, mengingat perhatian khusus rezim Baath mampu meningkatkan kemampuannya di bidang teknologi nuklir. Tapi dengan pendudukan negara ini oleh Amerika Serikat, mulailah Washington mengejar keuntungan untuk rezim Zionis di negara yang dilanda perang ini.

Di kondisi seperti ini, Amerika dan negara-negara Barat berkoordinasi untuk menarik dosen dan ilmuwan nuklir Irak. Tapi ketika ketika mereka menghadapi perlawanan ilmuwan nuklir Irak dan dosen universitas negara ini, mereka mulai memilih teror. Ilmuwan Irak tidak memiliki jalan untuk lari, mereka harus tunduk bekerja di pusat riset Israel dan Amerika, atau mati.

Hingga pembunuhan Dr. Fakhrizadeh, otoritas rezim Zionis menyangkal adanya bukti dan dokumen yang mengindikasikan pembunuhan ilmuwan nuklir Iran oleh pasukan teroris dan spionase Zionis; Namun sikap otoritas rezim Israel terkait pembunuhan Syahid Dr. Fakhrizadeh menunjukkan bahwa Zionis terlibat langsung dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran. Berdasarkan hal ini, Yossi Cohen, mantan kepala Mossad, juga mengatakan dalam sebuah wawancara televisi: "Dr. Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir terkemuka Iran, berada di bawah pengawasan rezim Zionis selama beberapa tahun, dan pada bulan-bulan menjelang teror, agen rezim ini secara fisik sangat dekat dengannya."

Setelah pembunuhan Dr. Fakhrizadeh, majalah Atlantic American menulis: Sebuah pertanyaan terus-menerus didiskusikan di kalangan keamanan dan anti-teroris Amerika saat itu: "Haruskah rezim Zionis diidentifikasi sebagai sponsor terorisme negara?" Ini dalam situasi di mana Amerika, sekutu terbesar rezim Zionis, telah secara terbuka mengakui dukungan terhadap aktivitas teroris rezim Zionis.

Kevin Bart, seorang analis politik Amerika, mengatakan dalam hal ini: "Dr. Mohsen Fakhrizadeh tidak diragukan lagi dibunuh oleh agen rezim Israel (Mossad)." Ini adalah tindakan terorisme yang didefinisikan sebagai "serangan yang disengaja terhadap warga sipil". Ilmuwan adalah warga sipil. Mereka tidak dianggap tujuan yang sah dan legal. Tidak ada pemerintah yang secara sistematis menargetkan ilmuwan dari negara lain seperti rezim Israel."

Terkait dukungan rezim Zionis terhadap terorisme, ada banyak bukti dan dokumen mengenai kerja sama rezim ilegal ini dengan kelompok teroris munafikin (MKO). Bahkan ketika kelompok teroris ini dicantumkan dalam list kelompok teroris asing Amerika, rezim Zionis tetap bekerja sama dengan MKO. Meir Dagan, salah satu direktur Mossad di tahun 2012 saat wawancara dengan Televisi BBC mengungkapkan bahwa rezim Zionis membantu MKO dan seluruh milisi bersenjata yang memiliki tujuan untuk menumbangkan pemerintahan Republik Islam Iran. Sejumlah media Amerika termasuk NBC News dalam sebuah langkah kontroversial mengungkapkan bahwa Mossad melalui kerja sama dengan MKO melancarkan teror terhadap ilmuwan nuklir Iran.

 

 

Tags