Jul 15, 2023 10:16 Asia/Jakarta
  • 15 Juli 2023
    15 Juli 2023

Hari ini, Sabtu 15 Juli 2023 bertepatan dengan 26 Dzulhijjah 1444 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 24 Tir 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini.

Abulfadhail Amidi Lahir
 
Tanggal 26 Zulhijjah 559 HQ, Abulfadhail Ali bin Yusuf Amidi, seorang faqih dan sastrawan Islam lahir di kota Wasat, Irak.

Abulfadhail Ali bin Yusuf Amidi mendalami bidang ilmu fiqih, usul fiqih, sastra dan matematika, di Baghdad.

Faqih dan sastrawan muslim ini turut mendeklamasikan syair-syair yang sangat berbobot. Beliau meninggal dunia pada usia 49 tahun.

Hijrah Ulama Tehran ke Qom, di Masa Revolusi Konstitusi

Tanggal 24 Tir 1285 HS, Ayatullah Sayid Mohammad Tabatabai dan Sayid Abdullah Bahbahani memimpin sebuah kelompok berjumlah 1000 orang bergerak ke kota Qom yang akhirnya dikenal sebagai Mohajerat Kubro.

Hal itu dilakukan sebagai kelanjutan Revolusi Konstitusi, pasca tidak diterimanya tuntutan ulama dan rakyat terkait pendirian pengadilan dan penerapan hukum Islam, ulama memutuskan untuk berhijrah ke kota Qom dan melakukan aksi mogok di komplek suci Sayidah Fathimah Maksumah as.

Tiga hari setelahnya, Sheikh Fazlollah Nouri mempersiapkan jumlah orang yang lebih banyak untuk melakukan hijrah dari Tehran ke Qom. Hijrah ini menciptakan gelombang kebangkitan di seluruh negeri dan ulama besar waktu itu seperti Agha Najafi Isfahani di Isfahan dan Akhond Mulla Ghorbanali Zanjani dari Zanjan, ikut bergabung dalam aksi mogok itu. Menyusul aksi itu, para ulama dari pelbagai kota mendapat telegram untuk ikut dan mereka bergabung melakukan aksi mogok di Qom.

Sejarah

Mozaffaruddin Shah akhirnya menerima tuntutan itu. Tapi ketika aksi ini berada di puncak keberhasilannya, ada gerakan mencurigakan yang mengarah pada penyimpangan gerakan ini. Sejumlah warga secara tidak sadar justru meminta suaka ke Kedutaan Besar Inggris dan melakukan aksi mogok di halaman Kedubes Inggris.

Aksi mogok lebih dari 20 ribu warga di Kedubes Inggris, sekalipun alasan pertamanya untuk menyelamatkan diri, tapi pada intinya aksi pelanggaran terhadap hukum Islam yang memang diinginkan oleh negara imperialis ini. Penyimpangan ini terus berlanjut hingga Sheikh Fazlollah Nouri yang merupakan pemimpin Revolusi Konstitusi, harus digantung akibat penolakannya terhadap kebangkitan Revolusi Konsitusi yang tidak sah.

Akhirnya, akibat tekanan para pelaku aksi mogok, Mozaffaruddin Shah menerima seluruh tuntutan mereka dan tanggal 14 Mordad 1285, lewat sebuah perintah, selain pemecatan Ain ad-Dowleh, Perdana Menterinya, Mozaffaruddin Shah mengeluarkan perintah penyelenggaraan pemilu dan pendirian parlemen. Para ulama dan rakyat yang melakukan aksi mogok di Qom kembali ke tehran setelah 10 hari sejak penandatangan Perintah Revolusi Konstitusi.

Jean Bertrand Aristide Lahir
 
Tanggal 15 Juli tahun 1953, Jean-Bertrand Aristide, mantan Presiden Haiti, terlahir ke dunia.

Aristide menuntut ilmu di bidang psikologi dan kemudian belajar teologi di Roma dan Israel. Pada tahun 1983, Aristide kembali ke Haiti sebagai pendeta Katolik yang aktif menentang rezim Duvalier yang berkuasa di Haiti saat itu.
 
Pada tahun 1990, Aristide terpilih sebagai Presiden Haiti dengan suara mayoritas dalam pemilu. Namun setahun kemudian, dia dikudeta oleh militer dan terpaksa mengungsi ke AS. Pada tahun 1994, atas bantuan AS, Aristide berhasil merebut kembali kekuasaannya.

Namun, akhirnya di tahun 2004, AS pulalah yang mendukung gerakan pemberontakan rakyat Haiti melawan Aristide. Akibatnya, pada tanggal 29 Februari 2004, Aristide terpaksa mengungsi ke Republik Afrika Tengah ketika pemberontakan dan kekacauan politik di negaranya tak terbendung lagi.
 
Meskipun telah merdeka dari Perancis selama 200 tahun, namun Haiti tidak pernah luput dari pertikaian politik dalam negeri yang terkadang diwarnai dengan pertikaian berdarah. Negara dengan penduduk 8,3 juta orang itu dikategorikan sebagai negara miskin karena pendapatan perkapita rakyatnya sekitar 100 dolar AS/tahun. Tingkat penganggguran mencapai 70 persen dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan sekitar 80 persen.