Sep 13, 2017 09:59 Asia/Jakarta

El Nino merupakan suatu fenomena perubahan iklim yang secara global yang diakibatkan karena memanasnya suhu di permukaan air laut Pasifik bagian timur. terjadinya El Nino ini dapat diketahui secara kasat mata oleh orang- orang. Orang yang paling sering melihat peristiwa El Nino ini terjadi adalah para nelayan dari Peru ataupun Ekuador. Biasanya peristiwa seperti ini akan berlangsung menjelang bulan Desember.

Beberapa tahun lalu nelayan Peru menyaksikan perubahan di arus perairan kawasan pantai negara ini. Peristiwa ini terjadi di permulaan tahun baru dan tidak lama setelah perayaan tahun baru, tiba-tiba rakyat Peru mengalami air panas selatan

Peristiwa El Nino terjadi sekali setiap dua tahun sampai dengan tujuh tahun. Perairan samudra Pasifik, mulai dari samudra Pasifik bagian tengah sampai dengan pantai Peru di Amerika Selatan menjadi hangat, tetapi tidak demikian halnya dengan perairan Australia sebelah utara dan Indonesia. Ketika hal itu terjadi angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni berhembus dari arah barat ke timur. Jadi udara tropis yang lembab tidak berpusat di dekat Benua Australia, melainkan di Samudra Pasifik bagian tengah dan meluas ke timur ke arah Amerika Selatan.

El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan. Ciri-ciri terjadi El Nino adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti.

Indikator terjadinya El Nino ditunjukkan oleh nilai indeks osilasi selatan atau biasa disebut Southern Oscillation Index (SOI). Apabila terjadi El Nino maka nilai indeks osilasi selatan akan berada pada nilai minus dalam jangka waktu minimal 3 bulan dan sebaliknya untuk La Nina. Nilai SOI di kawasan Asia Tenggara berkorelasi kuat dengan curah hujan, karena itu nilai SOI merupakan indikator yang baik terhadap curah hujan di kawasan tersebut.

Namun nilai SOI negatif tidak selalu diikuti dengan penurunan curah hujan secara drastis jika tidak begitu ekstrim. Jika nilai SOI berada pada -10 atau kurang maka dapat terjadi penurunan curah hujan secara drastis, dan jika lebih dari 10 maka terjadi peningkatan curah hujan secara drastis.

Salah satu ciri-ciri El Nino adalah terjadinya peningkatan suhu permukaan laut Pasifik bagian timur. Sementara suhu permukaan laut di sekitar Indonesia menurun akibat dari tertariknya seluruh suhu permukaan yang hangat ke Pasifik bagian timur. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah awan yang terbentuk sehingga curah hujan juga menurun.

Penurunan suhu yang terjadi menyebabkan tekanan udara menjadi tinggi sehingga udara berpindah dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Permukaan laut Pasifik bagian barat yang lebih dingin menyebabkan terjadinya upwelling. Upwelling merupakan naiknya massa air di bawah permukaan air laut ke permukaan air laut. Semakin dalam suhu air semakin rendah dan kerapatan air meningkat.

Ketika laut tropis bagian timur memanas, laut tropis bagian barat akan menjadi lebih dingin. Siklus ini di perkenalkan oleh Sir Gilbert Walker pada tahun 1928 yaitu sirkulasi atmosfer yang berada di permukaan bumi sepanjang ekuator menuju barat dan atmosfer atasnya berlawanan arah akibat dari penyeimbangan dan geser angin. 

Saat bulan Oktober-Maret matahari terletak di belahan bumi selatan, sehingga Australia mengalami musim panas dan Asia mengalami musim dingin. Tekanan udara di Australia menurun dan tekanan udara di Asia meningkat. Hal ini menyebabkan angin bergerak dari Asia ke Australia (angin moonson Asia) yang membawa banyak uap air karena melalui lautan yang luas dan saat itu lah terjadi musim hujan.

Sebaliknya, saat musim kemarau terjadi angin moonson Australia yang bertiup dari Australia ke Asia dan membawa sedikit uap air. Uap air yang sedikit ini dikarenakan angin yang bertiup melewati gurun yang luas dan lautan yang sempit. Sehingga terjadilah musim kemarau.

Pada tahun normal udara akan bergerak dari pasifik menuju Indonesia dan Australia dengan membawa uap air sehingga terbentuk awan yang menyebabkan hujan di sekitar Indonesia pada periode Oktober hingga Maret. Namun karena adanya El Nino maka uap air yang seharusnya tertiup ke Indonesia berbelok kearah Pasifik bagian timur.

Pada saat terjadinya El Nino suhu permukaan laut Pasifik bagian timur meningkat. Akan tetapi keadaan tersebut berbanding terbalik dengan permukaan laut di sekitar Indonesia. Suhu rendah dan tekanan udara meningkat di laut sekitar Indonesia. Suhunya semakin ke timur semakin meningkat.

Suhu muka laut diperairan Pasifik Barat yang lebih dingin menyebabkan terjadi upwelling dan tekanan udara di atasnya menjadi rendah dan udara pun cenderung bergerak turun ke daerah dengan tekanan lebih rendah artinya di atas permukaan laut di Pasifik Barat angin akan bergerak ke timur dan angin yang membawa uap air ke barat berputar ke timur, menyebabkan Indonesia mengalami kekeringan.

Sering dikatakan bahwa pemanasan global membuat intensitas El Nino lebih ekstrem. Namun, mana buktinya? Catatan Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (NOAA) bisa memberi sedikit petunjuk. Dalam 65 tahun terakhir, telah terjadi 5 El Nino yang berintensitas kuat, atau dengan anomali suhu lebih dari 1,5 derajat celsius. Terjadinya El Nino kuat memang terkait dengan banyak faktor, termasuk aktivitas matahari. El Nino kuat biasanya akan terjadi ketika aktivitas matahari berada pada level minimum. (Mengapa? Simak dalam artikel Membaca Tanda-tanda El Nino Kuat)

Namun, data NOAA menunjukkan bahwa anomali suhu muka laut pada periode El Nino kuat pun semakin meningkat, menunjukkan adanya sebab baru. Dalam peristiwa El Nino tahun 1957/1958, anomali suhu tertinggi yang terukur adalah sekitar 1,75 derajat celsius, dan pada tahun 1965/1966 sekitar 1,8 derajat celsius. Memasuki tahun 1980-an, anomali suhu pada periode El Nino kuat untuk kali pertama lebih dari 2 derajat celsius. Pada kejadian El Nino tahun 1997/1998, anomali suhunya mencapai 2,3 derajat celsius.

Fenomena El Nino menyebabkan anomali cuaca di banyak negara, yaitu kekeringan di Indonesia, Australia, Amerika Tengah, dan daerah Laut Karibia. Kondisi sebaliknya terjadi di kepulauan Pasifik tengah, Amerika Serikat bagian selatan, Cile, Argentina, Uruguay, dan Brasil, yang mengalami banyak hujan.

Pengamatan satelit Tiros-N milik Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA) menunjukkan, El Nino meningkatkan suhu troposfer secara global. Pengamatan suhu global oleh satelit ini 1979-1992 mengindikasikan adanya pengaruh aktivitas matahari di samping fenomena El Nino/La Nina (kebalikan dari El Nino). Suhu cenderung meningkat saat aktivitas matahari maksimum atau ada El Nino dan cenderung minimum saat aktivitas matahari minimum atau ada La Nina.

El Nino juga mengakibatkan curah hujan tinggi di sebagian wilayah dan banjir. Selain menciptakan banjir, El Nino juga bisa mengakibatkan bencana kekeringan seperti yang terjadi di India, timur Australia, Malaysia, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. El Nino di tahun 1982-1983 yang tercatat sebagani fenomena iklim laut paling ekstrim mendorong curah hujan bergeser ke arah timur dan tengah Samudra Pasifik. Fenomena ini menimbulkan hujan deras dan banjir bandang di selatan Ekuador dan timur laut Peru.

El Nino tidak mempunyai periodisitas tetap, tetapi berkisar 2-7 tahun. Seabad terakhir ada sebelas kejadian El Nino (1877, 1891, 1902, 1913, 1923, 1932, 1953, 1963, 1976, 1986, dan 1997) pada saat aktivitas matahari minimum. Itu hampir dua kali lipat dibanding enam kejadian (1884, 1905, 1918, 1946, 1957, dan 1969) pada saat aktivitas matahari maksimum. Apakah itu kebetulan? Para peneliti belum bisa menjawab dengan pasti. Prediksi kejadian El Nino memasukkan model hubungan laut-atmosfer dan mengamati beberapa parameter terkait: tekanan di permukaan laut, angin permukaan, suhu permukaan laut, suhu udara permukaan, dan fraksi liputan awan.

Ada beberapa mata rantai yang dapat menjadi penghubung dalam menyusun suatu mekanisme fisis kejadian El Nino, yang mungkin akan melibatkan faktor aktivitas matahari. Suhu udara permukaan telah diketahui berkaitan dengan aktivitas matahari. Variasi aktivitas 11 tahunan tampak pada analisis variasi suhu udara permukaan 20 tahun terakhir ini.

Para pakar meyakini bahwa fenomena El Nino akan muncul kembali. Prediksi ini diperkuat dengan bencana kekeringan di sejumlah wilayah dan banjir di wilayah lain. Proses ini dapat memperlemah angin musim di selata dan tenggara Asia. Musim hujan di Afrika Selatan kemungkinan berpotensi sebaliknya dan di sisi lain, wilayah timur serta selatan Amerika akan mengalami curah hujan yang tinggi. Para pakar sendiri belum memiliki keyakinan apakah eskalasi El Nino disebabkan oleh perubahan iklim akibat tingginya karbon dioksiada atau tidak.

Dengan demikian prediksi mengenai faktor El Nino masih sangat sulit. Namun begitu tak diragukan lagi peran manusia yang mengabaikan nikmat besar Tuhan dan malah merusak alam sangat berpengaruh pada munculnya tragedi lingkungan hidup.