Apr 25, 2018 06:21 Asia/Jakarta

Di pertemuan sebelumnya kita telah membahas bersama bahwa dewasa ini mayoritas pakar lingkungan pelestarian lingkungan membutuhkan sosialisasi luas etika lingkungan di tengah masyarakat dunia. Etika lingkungan menjadi faktor internal bagi manusia untuk menghindari langkah-langkah merusak terhadap lingkungan. Hal ini juga dapat ditingkatnya melalui ajaran agama.

Mengingat ajaran agama sangat menentukan dalam perilaku individu dan sosial, maka dapat dikatakan jika solusi bagi krisis lingkungan harus dicermati di ajaran agama. Salah satu agama yang memberi tuntutan mekanisme menyikapi dan berperilaku terhadap lingkungan adalah agama Islam.

 

Townsend White, pakar sejarah abad pertengahan Universitas Princeton dan Universitas Stanford tahun 1967 menulis makalah di Majalah Science terkait hubungan lingkungan dan agama. Di artikelnya, Townsend White menyimpulkan bahwa agama Kristen dan Yahudi membuka peluang bagi perusakan lebih besar lingkunga hidup. Pasalnya kedua agama ini dirisalahnya mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu bagi manusia dan hak manusia memanfaatkan alam tidak terbatas.

 

Setelah White, pakar sejarah dari Inggris, Keith Thomas pada tahun 1983 menerbitkan buku dan bersikeras bahwa al-Quran juga memiliki pandangan serupa dengan Kristen dan Yahudi terkait lingkungan. Seluruh alam diciptakan bagi manusia. Ia menyatakan tumbuhan dan hewan tidak memiliki emosi dan hak. Salah satu ayat yang dijadikan sandara Keith Thomas adalah ayat ke 32 surat Ibrahim yang artinya, "Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai."

Image Caption

 

Menurut ulama dan cendikiawan Muslim, meski ayat yang dijadikan rujukan ilmuwan Inggris ini menyatakan keunggulan manusia dari seluruh makhluk, namun bukan berarti manusia pemilik alam. Menurut pandangan al-Quran dan Islam, tujuan final alam adalah manusia, namun bukan berarti alam menjadi kepemilikan manusia.

 

Hikmah Islami menunjukkan bahwa dunia memiliki gerakan universal dan tujuan finalnya adalah Tuhan, namun dunia harus melanjutkan jalannya melalui manusia. Oleh karena itu, tujuan pertama alam adalah manusia dan tujuan bukan berarti pemilik wewenang. Berdasarkan ayat al-Quran, Allah Swt memberi kekuatan fasilitas yang diperlukan kepada manusia dan mewajibkannya untuk menghidupkan bumi.

 

Jika kita mencermati berbagai ayat al-Quran, maka realitas ini akan terungkap jelas bahwa seluruh unsur lingkungan memiliki urgensitas. Al-Quran menyebut langit dan bumi sebagai tanda-tanda keagungan Allah Swt. Misalnya di surat al-Ankabut ayat 44, Allah berfirman yang artinya, " Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mukmin."

 

Allah Swt juga menyebut pertumbuhan tanaman di bumi sebagai tanda-tanda kebesaran diri-Nya dan di ayat 7-8 surat al-Syuara, Allah berfirman yang artinya, " Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman."

 

Masih terkait hal ini, ayat 67 surat An-Nahl menyebutkan, " Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan." Dengan demikian kosmologi al-Quran menilai alam dan lingkungan sebagai ayat dan tanda keagungan Allah Swt. Alam manifestasi Tuhan dan manusia melalui alam akan menemukan kehadiran sang pencipta.

 

Al-Quran juga menyeru manusia untuk berpikir tentang sekitarnya mulai dari langit, bintang, matahari, bulan, awan, hujan, angin dan pergerakan kapal di laut, tumbuhan, hewan dan apa saja yang dapat dirasakan. Misanya di ayat 191 surat Al Imran, Allah berfirman yang artinya, "... dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi..."

 

Hakikat terpenting dari berpikir mengenai alam adalah alam sejatinya diciptakan bagi keberlangsungan makhluk hidup, oleh karena itu, menjaga keseimbangan ekologi alam sebuah prinsip dasar dan prioritas makhluk hidup. Alam sebuah ayat dan tanda-tanda dari sunnah Ilahi seperti kehidupan makhluk dan urgensi pemanfaatannya terletak pada menjaga eksistensi.

 

Sistem penciptaan Allah ini merupakan adalah hal yang suci di mana seluruh aktivitas manusia di bumi harus selaras dengan sunnah ini. Oleh karena itu, mencemari unsur alam seperti air, tanah, udara dan merusak lingkungan sama halnya dengan melanggar sistem penciptaan Allah dan tanda-tanda Ilahi.

 

Berdasarkan ayat al-Quran, alam dan isinya merupakan nikmat Ilahi bagi manusia. Surat an-Nahl ayat 53 menyebutkan, ”Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)." Ayat ini menyebutkan bahwa Allah memberikan nikmat-Nya kepada manusia sehingga mereka bersyukur, artinya mereka memanfaatkan sebaik-baiknya nikmat tersebut. Jika nikmat ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, maka pahalanya adalah keberlangsungan nikmat tersebut atau pemberian nikmat lainnya.

 

Surat Ibrahim ayat 7 menyebutkan, "... "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..." tapi jika manusia mengingkari nikmat tersebut maka mereka akan mendapat azab duniawi dan tidak akan dapat mencicipi nikmat tersebut, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Image Caption

 

Ketika seseorang terkecualikan dari mendapat nikmat Ilahi sejatinya hal ini akibat karakteristik internalnya seperti sifat tamak dan mengabaikan sunnah Ilahi. Ayat 53 surat al-Anfal menyebutkan, " (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri..."

 

Oleh karena itu, krisis lingkungan berakar pada manusia, yakni krisis moral dan jiwa mereka serta kinerja ilegalnya terhadap alam serta nikmat Ilahi lainnya. Ayat 112 surat an-Nahl menyebutkan, "... tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."

 

Sebaliknya menjaga hukum dan sunnah Ilahi serta komitmen terhadap prinsip lingkungan berdasarkan ajaran Samawi akan membuat lingkungan semakin berkembang dan potensi pemanfaatan maksimal dari alam terbuka lebar. Sama seperti komitmen di jalan yang lurus akan membuat manusia dapat menikmati air yang melimpah. Ayat 16 surat al-Jin menyebutkan, "Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)."

 

Iman dan mengamalkan ajaran Ilahi juga membuat manusia mendapat nikmat samawi dan bumi. Ayat ke 66 surat al-Maidah menyebutkan, " Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka."

 

Oleh karena itu, dari berbagai ayat al-Quran, kita dapat menyadari bahwa ada hubungan langsung antara manusia dan alam. Sama seperti hubungan tak pantas manusia akan menciptakan kerusakan di daratan dan lautan. Ayat 41 surat ar-Rum menyebutkan, " Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

 

Dan hubungan moral manusia membuat pintu-pintu langit dan bumi terbuka bagi mereka. Dalam surat al-Araf ayat 96 Allah berfirman yang artinya, " Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

 

Dengan demikian ajaran yang menekankan untuk menjaga prinsip-prinsip moral di hubungan manusia akan memberi hasil mulia bagi perkembangan lingkungan dan alam.

 

Tags