Pesona Iran yang Mendunia (85)
Shahab al-Din Suhrawardi adalah seorang filsuf dan arif terkemuka, sekaligus pendiri mazhab iluminasi dalam filsafat Islam. Ia dilahirkan di Suhraward, sebuah desa yang terletak dekat Zanjan, Iran. Nama lengkapnya, Abu Al-Futuh Shahāb ad-Dīn Siddiqi Yahya ibn Habash ibn Amirak as-Suhrawardī.
Studi pemikiran Suhrawardi di dunia Barat dalam bahasa Inggris dilakukan pertama kali oleh orang Iran. Seyyed Hossein Nasr di awal dekade 50-an mulai mengenalkan Suhrawardi kepada para pemikir di dunia Barat. Berbagai karyanya mengenai filsafat dan irfan, termasuk tentang pemikiran dan karya Suhrawardi.
Karya pertama tentang karya Suhrawardi dalam Bahasa Inggris diberi pengantar oleh Seyyed Hossein Nasr. Nasr menghasilkan beragam tulisan tentang karya dan pemikiran Suhrawardi dan penyebaran mazhab Sheikh Isyraq. Di sejumlah tulisannya, Nasr menyebarkan pemikiran Sufi di dunia barat dan anak benua India. Tidak hanya itu, ia juga mengemukakan pandangannya mengenai filsafat Islam. Tulisan Nasr mengenai sejarah filsafat Islam yang disunting M.M. Sharif merupakan karya awalnya dalam bahasa Inggris mengenai filsafat Islam.
Nasr telah menempuh jalan yang panjang untuk mengenalkan irfan dan filsafat Islam, termasuk memperkenalkan pemikiran Suhrawardi. Karya Nasr yang berkaitan dengan Sheikh Isyraq dalam bentuk buku “Tiga Hakim Muslim” dan tulisan lainnya berjudul “Suhrawardi; Sheikh Syahid dan pionir mazhab iluminasi dan Irfan” yang diterbitkan pada tahun 1960.
Majid Fakhry, profesor emeritus American University di Beirut termasuk pemikir lainnya yang mengenalkan pemikiran filsafat Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Suhrawardi dalam bahasa Inggris. Pengajar filsafat di SOAS, University of London, serta profesor tamu di UCLA dan Georgetown University ini menulis buku tentang sejarah filsafat Islam dan buku lainnya, yang salah satu bagian pembahasannya tentang pemikiran filsafat Suhrawardi.
Di kalangan pemikir Barat muncul nama Richard Netton, filsuf Inggris yang mencurahkan perhatiannya terhadap pemikiran Suhrawardi. Netton menempatkan pemikiran Suhrawardi dalam deretan Neoplatonis. Ia juga menyebut Suhrawardi sebagai seorang filsuf sufi.
Muhammad Iqbal Lahore termasuk pemikir yang turut berkontribusi dalam memperkenalkan dan menyebarkan pemikiran Suhrawardi dengan karya-karyanya ke dalam bahasa Inggris. Dalam bukunya, “Gelombang Filsafat di Iran”, Iqbal menjelaskan masalah tasawuf dan kontribusi Suhrawardi serta mazhab iluminasi dalam filsafat Islam.
Kebanyakan karya Suhrawardi yang berbahasa Farsi untuk pertama kalinya diterjemahkan oleh peneliti universitas Harvard, William Caxton. Belum lama ini koleksi terjemahan karya Suhrawardi diterbitkan ulang. Dari hasil penerjermahan karya-karya Suhrawardi ke dalam bahasa Inggris muncul istilah iluminasi yang dipopulerkan oleh penyair AS seperti William Blake dan William B.Yeats. Karya-karya syair mereka sangat kental warna iluminatifnya, bahkan menggunakan terma-terma isyraq di dalamnya.
Seorang peneliti, Salah Salim Ali dalam tulisannya menjelaskan adanya kesamaan isi dari karya kedua penyair AS ini dengan Sheikh Isyraq. Studi Salah Salim Ali memperlihatkan pengaruh pemikiran Suhrawardi terhadap William Blake dan William B.Yeats.
Mehdi Hairi Yazdi dalam karyanya Ilmu hudhuri sebagai prinsip epistemologi dalam filsafat Islam yang menyinggung pemikiran Suhrawardi dalam masalah tersebut. Karya Hairi Yazdi ditulis dalam bahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa lain.
Di antara karya lain tentang Suhrawardi dalam Bahasa Inggris yang relatif tidak banyak dikenal adalah tulisan Edward George mengenai “Rekonstruksi Mazhab Isyraq di Era Baru”.
Antony Toppy dalam makalahnya berjudul “Simbol dan Imaji dalam Avaz-e par Jibrail karya Suhrawardi” menelisik mengenai sistem simbol dan penggunaan metode cahaya yang dibandingkan dengan Ghazali.
Penulis lain yang melakukan studi tentang Suhrawardi adalah John Walbrecht. Dalam karyanya berjudul “Ilmu Anwar ilahi”, ia membahas para filsuf komentator Hikmah Isyraq, termasuk Qutb al-Din Shirazi. Walbrecht dalam papernya menyebut pemikiran Suhrawardi sebagai khazanah klasik.
Pada karya terbarunya, ia melakukan analisis terhadap pondasi pemikiran mazhab Isyraq Suhrawardi dengan mengusung judul “Pemikir Transenden Timur: Suhrawardi dan Studi Budaya Neoplatonis Timur”. Dalam tulisannya ini, Walbrecht menelisik posisi dan kedudukan mazhab Isyraq dan kedekatannya dengan platonis.
Karya Hossein Nasr dan Henry Corbin memberikan pengaruh besar terhadap dinamika intelektual dengan munculnya para mahasiswa yang menumpahkan perhatiannya terhadap pemikiran Suharwardi. Sejak tahun 1970 hingga kini begitu banyak karya tulis dari paper, tesis hingga disertasi, yang mengkaji gagasan Suhrawardi.
Michel B. menulis karya berjudul “Pemikiran Isyraq: Studi terhadap Kisah Tematis Suharwardi” yang melakukan analisis terhadap cerita Farsi yang ditulis Suhrawardi dan menimbang nilai sastranya. Kazem Tehrani dalam disertasi doktornya mengkaji empat risalah sufi Suhrawardi dan menganalisis secara komprehensif sistem simbol yang dipergunakan oleh Sheikh isyraq.
Hossein Ziai dalam disertasinya menganalisis logika Suhrawardi dan untuk pertama kalinya dilakukan penelitian terhadap sistem logika Suhrawardi yang khas dan istimewa. Penelitian ini menegaskan corak logika Suhrawardi yang berbeda dengan paripatetik. Ziai menulis sejumlah paper dan satu buku tentang pengetahuan dan Isyraq mengenai logika Suhrawardi.
Karya lain Ziai mengenai terjemahan kitab Hikmah al-Isyraq yang digarap bekerja sama dengan John Walbrecht. Karya ini disertai kritik Walbrecht terhadap komentar Shahrzuri terhadap karya Suharwardi.
Selain itu, disertasi Gisela Webb mengenai malaikat dalam pandangan Suhrawardi menambah kekayaan khazanah akademis tentang Suhrawardi dalam Bahasa Inggris. Dalam karyanya, Webb meneliti hubungan geneologis malaikat dalam ajaran Zoroaster dan ajaran Islam yang ditampilkan Suhrawardi di berbagai karya pemikirannya.
Karya Nahid Charehdar menambah daftar panjang karya berbahasa Inggris tentang pemikiran Suhrawardi. Disertasinya membahas mengenai epistemologi Suhrawardi berkaitan dengan konsep hakikat dan ilmu huduri. Selain itu, ia juga menulis sejumlah makalah lainnya tentang pemikiran Suhrwardi.
Di kalangan pemikir berbahasa Spanyol, Argos John Manuel termasuk deretan filsuf yang mencurahkan perhatian mengkaji pemikiran Suhrawardi dalam tulisannya “Pemikiran non-rasional Islam:Tasawuf Suhrawardi”. John Manuel menempatkan pemikiran Suhrawardi dalam barisan Sufi yang menurutnya masuk kavling non-rasional dalam Islam.
Filsuf dan peneliti Spanyol lainnya, Miguel Hernandez menelisik sistem simbol spiritual dalam pemikiran Suhrawardi. Dalam bukunya berjudul “Simbol dan Rumus dalam filsafat Islam: Antara Ibnu Sina dan Suhrawardi”, Hernadez membandingkan sistem simbol dalam pemikiran Ibnu Sina dan Suhrawardi.
Di Jepang, para pemikir dan peneliti tidak mau ketinggalan dalam melakukan studi tentang pemikiran Suhrawardi. Toshihiko Izutsu termasuk pemikir Jepang yang mencurahkan waktunya untuk meneliti pemikiran Islam, terutama filsafat dan Irfan, termasuk pemikiran Suhrawardi.
Pada dekade 70-an, bersama dengan Henry Corbin dan Hossein Nasr, Izutsu berhasil mengumpulkan para mahasiswa yang memiliki perhatian terhadap pemikiran Suhrawardi, salah satunya adalah Hiroto Kobayashi. Ia menulis perbandingan pemikiran Ibnu Sina dan Suhrawardi tentang kesadaran diri dari pandangan kedua pemikir Muslim itu. Selain itu, banyak para pemikir dunia dari berbagai bangsa dengan beragam bahasa mencurahkan waktunya untuk meneliti pemikiran Suhrawardi. (PH)