Mengejar Berkah Ramadhan (27)
Sekarang kita sudah memasuki hari-hari terakhir bulan Ramadhan, detik-detik yang berbeda dengan bulan dan hari-hari lain. Setiap individu memiliki pengalaman yang tak terlupakan dalam menjalani puasa dan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan.
Indahnya bangun sahur, membaca al-Quran, nikmatnya munajat, dan kegiatan buka puasa bersama adalah sebagian dari aktivitas kaum Muslim di bulan Ramadhan.
Kesenangan dan kegembiraan yang memancar dari raut wajah bersumber dari batin manusia. Dari segi psikologis, pemikiran dan kepercayaan manusia akan membentuk perilaku dan emosi mereka. Islam sebagai agama yang sempurna, dari satu sisi mendorong manusia menjaga kebersihan dan kerapian lahiriyah, dan dari sisi lain memperkenalkan mereka dengan ajaran agama yang bertujuan untuk memperindah batin.
Salah satu dari tujuan utama agama adalah membimbing manusia pada kehidupan hakiki. Oleh karena itu, pemikiran agama tidak mengakui kefanaan abadi manusia dan memperkenalkan kehidupan ini sebagai sebuah proses yang terus berjalan. Dalam perspektif al-Quran, seluruh semesta selalu dalam pergerakan.
Islam adalah sebuah agama yang memiliki aturan komplit untuk individu dan sosial. Mengamalkan ajaran agama akan memberi kepuasan batin dalam diri manusia. Menunaikan kewajiban seperti shalat, puasa, haji, membayar zakat dan amalan lain, memiliki pengaruh positif bagi batin manusia. Bahkan ajaran sosial Islam yang bertujuan untuk mengabdi kepada hamba Allah, juga tidak terpisah dari filosofi penghambaan dan ketataan kepada-Nya.
Ajaran-ajaran sosial Islam akan memperluas persahabatan dan menyebarkan kasih sayang dan simpati antar sesama manusia. Ketika mereka saling membantu dan mengasihi, maka kesenangan dan kehangatan akan terasa di masyarakat. Para individu di masyarakat tersebut merasa puas dengan kehidupannya.
Studi mengenai kesenangan manusia akan membawa kita pada dua jenis kesenangan yaitu: kesenangan spiritual dan kesenangan material. Kesenangan spiritual tidak selalu mendatangkan manfaat secara materi. Kesenangan jenis ini lebih tahan lama dan lebih terasa, tetapi kesenangan material berakar dari kehidupan materi manusia, dan dampaknya berumur pendek, dan tentu saja kadang-kadang merugikan manusia itu sendiri.
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit…" (QS: Taha ayat 124).
Dari segi psikologis, mengingat Allah Swt akan mencegah manusia dari hawa nafsu dan dan hal-hal yang memicu stres dan tekanan jiwa. Sebaliknya, memperkuat hubungan dengan Tuhan akan menempatkan manusia di jalan perkembangan dan kesempurnaan spiritual, dan dengan demikian kehidupan ini menjadi bermakna baginya.
Oleh sebab itu, kita melihat bahwa orang-orang yang berkomitmen dengan nilai-nilai dan ajaran agama, tidak kehilangan harapan dan imannya bahkan dalam kondisi kehidupan yang paling sulit.
Tentu kita sudah sering bertemu dengan orang-orang memiliki banyak harta dan hidup mewah, tetapi mereka selalu mengeluh dengan kehidupannya. Sebaliknya, ada orang yang tidak memiliki banyak harta dan tidak sejahtera, tapi mereka hidup bahagia. Jadi, kebahagiaan tidak ditentukan oleh banyaknya harta benda dan kekayaan.
Karena kebaikan dan kebahagiaan manusia terkait erat dengan perkara maknawiyah, maka agama-agama samawi menuntun manusia ke arah kelezatan spiritual. Bagi orang Mukmin, tidak ada kelezatan yang lebih tinggi dari bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah.
Amal ibadah seperti shalat, puasa, dan doa akan mendatangkan kesenangan yang luar biasa bagi orang Mukmin. Orang-orang seperti ini mampu menghadapi kesulitan dan beban hidup karena selalu optimis. Rasulullah Saw bersabda, "Dua rakaat (sebelum) subuh lebih baik daripada dunia seisinya."
Studi ilmiah baru telah memperjelas bahwa puasa dalam Islam merupakan sebuah program konstruktif yang bisa digunakan dalam banyak hal untuk kesehatan tubuh. Selain itu sebagai sebuah ibadah, puasa menghadirkan kegembiraan dan efektif dalam menjaga kesehatan jiwa manusia. Ibadah-ibadah lain yang dilakukan di bulan Ramadhan, akan menambah kesenangan yang mereka rasakan.
Orang yang berpuasa ditambah dengan amal ibadah lain seperti membaca al-Quran, akan meningkatkan ketakwaannya dan menambah kesenangan batinnya. Dengan demikian, segala kesedihan dan kegelisahan akan sirna dari diri manusia.
Pada dasarnya, bulan Ramadhan membuat orang-orang Muslim merasa lebih gembira secara lahir dan batin. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: kegembiraan tatkala berbuka, dan kegembiraan tatkala berjumpa dengan Rabb-nya." Jadi, hubungan spiritual yang dibangun selama Ramadhan akan menambah kesenangan batin manusia.
Salah satu faktor kesenangan maknawi yang dirasakan oleh orang yang berpuasa di bulan ini adalah kesempatan untuk bangun sebelum subuh (waktu sahar). Kesempatan ini bisa digunakan untuk mendirikan shalat tahajud dan bermunajat kepada Allah Swt. Munajat di waktu sahar akan menyenangkan jiwa dan batin manusia.
Bangun di waktu sahar juga memainkan peran kunci dalam meningkatkan produktivitas seseorang. Setelah cukup istirahat di malam hari, bangun di waktu sahar akan membuat badan dan pikiran manusia segar. Islam juga menekankan bahwa bangun di waktu sahar akan menambah rezeki.
Bangun di waktu sahar memiliki adab tertentu. Salah satu abad Nabi dan Ahlul Bait di waktu sahar adalah bermiswak. Mendirikan shalat tahajud dan membaca al-Quran juga merupakan amalan yang memiliki banyak keutamaan.
Salah seorang ulama lewat sebuah tamsil berkata, "Jika engkau memikul satu keranjang apel di atas kepalamu dan kemudian berkeliling di jalan-jalan, ini tidak akan memberimu energi dan tenaga, tetapi justru menurunkan staminamu. Tetapi jika engkau mengunyah salah satu dari apel-apel itu, ini akan memberi engkau stamina dan kelezatan. Al-Quran ibarat keranjang apel tadi. Jika ayat-ayatnya menembus jiwa kita dan menerapkannya dalam kehidupan, ia akan memberikan kekuatan dan pengetahuan kepada manusia."
Dari segi spiritual, kebahagiaan memiliki hubungan yang erat dengan perintah-perintah agama. Seperti kesenangan yang kita rasakan setelah berdoa atau membaca al-Quran atau berpuasa.
Dalam ajaran agama, pergi berziarah dan berwisata juga memberikan ketenangan kepada manusia. Tentu saja, pandangan positif kepada kehidupan ini akan menciptakan kepuasan yang berkelanjutan bagi dirinya. Oleh karena itu, manusia harus menjalani hidup dengan cara terbaik dan selalu optimis. (RM)