Jul 05, 2016 18:50 Asia/Jakarta

Tidak terasa hampir sebulan penuh Ramadan berlalu. Hari akhir bulan suci ini termasuk momentum istimewa. Imam Ali dalam khutbah shalat idul fitri berkata, "Wahai hamba Tuhan! Ketahuilah yang paling dekat dan paling singkat dari sesuatu bagi Muslim dan muslimah yang berpuasa adalah panggilan malaikat di hari akhir bulan suci Ramadan. Malaikat berkata, 'Wahai hamba Tuhan! Aku mengabarkan berita gembira bahwa dosa kalian telah diampuni, dan lihatlah bagaimana hari esok kalian."

Salah satu adab keluar dari bulan suci Ramadan adalah melakukan evaluasi diri selama bulan suci ini. Apakah kita merasakan ada revolusi spiritual dan mental dalam diri kita? Sebagai cermin, kita mengkaji perkataan dan ajaran yang disampaikan para maksum mengenai pentingnya memperhatikan masalah ini.

 

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, Jabir bin Abdullah Anshari menuturkan suatu hari di bulan suci Ramadan ia menemui Rasulullah Saw. Beliau berkata, "Wahai Jabir! Hari jumat ini adalah hari akhir bulan suci Ramadan, katakanlah 'Tuhanku ampunilah dosaku, dan berkatilah!' Barang siapa yang mengatakan demikian, maka ia akan mendapatkan satu dari dua kebaikan: Sampai pada Ramadan mendatang, atau dosanya diampuni dan diberkahi."

 

Salah satu perbuatan baik di hari akhir bulan suci Ramadan adalah mengevaluasi diri, terutama  selama sebulan di bulan suci Ramadan. Seorang Mukmin harus mengevaluasi amal ibadah dan perilakunya sejak awal Ramadan tiba hingga akhir. Apakah semakin khusuk ketika beribadah, ataukah sebaliknya. Bagaimana dengan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Apakah terjadi peningkatan ataukah justru sebaliknya?

 

Lalu, bagaimana dengan makrifah kepada Allah Swt dan Ahlul Baitnya di bulan suci Ramadan? Sejauhmana upaya yang telah dilakukan untuk meraih ridha Allah swt. Bekal apa yang telah dipersiapkan untuk kehidupan di akhirat kelak. Apakah di bulan suci Ramadan ini mengalami peningkatan atau sebaliknya? Kini, bulan penuh berkah ini akan berakhir, apakah ada kerinduan dalam diri kita untuk bertemu lagi dengan bulan suci ini? Apakah dengan berlalunya Ramadan kita semakin rajin untuk beribadah dan mengabdi terhadap sesama dibandingkan tahun sebaliknya?

 

Jika orang yang berpuasa sejak awal hingga akhir Ramadan tidak melihat ada perbedaan dengan sebelumnya, maka ia mengalami kerugian akibat ulahnya sendiri. Sebab tidak memanfaatkan dengan baik bulan penuh berkah ini. Padahal Allah Swt telah membuka pintu rahmat selebar-lebarnya untuk manusia. Oleh karena itu, di akhir bulan suci ini kita memohon ampunan kepada Allah swt supaya dosa kita diampuni dan diberkahi dalam kehidupan ini.

 

Bulan suci Ramadan merupakan salah satu waktu terbaik untuk mereformasi akhlak individu dan sosial. Seorang mukmin yang mampu mereformasi perilakunya di bulan suci Ramadan ini, maka dia memiliki kekuatan untuk melanjutkan perbaikan diri terus-menerus di bulan selanjutnya selama setahun.

 

Salah satu masalah akhlak adalah kesabaran menghadapi bawahan. Agama Islam mengajarkan supaya kita tidak bersikap keras dan tidak memberikan tugas di luar kemampuan mereka, serta tidak memperlakukannya secara zalim. Nabi Muhammad Saw mengajarkan bagaimana berperilaku kepada orang lain, termasuk kepada orang-orang yang berada di bawah wewenang kita. Terkait hal ini Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa memudahkan urusan orang yang berada di bawah wewenangmu, maka Allah swt akan memudahkan penghitungannya." (Amali,Sheikh Saduq)

 

Imam Shadiq meriwayatkan bahwa Imam Zainal Abidin di bulan suci Ramadan memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang berada di bawah wewenangnya, termasuk para pembantu dan budak beliau. Ketika mereka melakukan kesalahan, beliau tidak menghukumnya, tapi mencatat kesalahannya satu persatu hingga malam akhir bulan suci Ramadan tiba.

 

Lalu, mereka semua dikumpulkan, dan Imam Zainal Abidin mengeluarkan catatan kesalahan mereka dan tiap orang dipanggil satu-persatu. Salah seorang dari mereka  berdiri, dan dengan suara keras berkata, "Wahai Ali bin Husein, sebagaimana Tuhan mencatat semua kesalahan kita, engkau pun menulis kesalahan kami dalam buku catatan. Seluruh kesalahan baik kecil maupun besar di catat oleh Tuhan, dan kami pun demikian kesalahan kami dicatat olehmu. Oleh karena itu maafkanlah kesalahan kami sehingga Tuhan mengampuni kami...

 

Imam Ali Zainal Abidin mengucurkan air mata dan mengulang kata-kata itu. Beliau kembali berkata, "Tuhanku engkau memerintahku untuk memaafkan orang yang menzalimi kami, maka ampunilah kami, karena Engkau lebih agung. Engkau berfirman, jangan sampai menolak permintaan orang yang membutuhkan pertolongan ketika mendatangi rumah kami, kami menengadahkan tangan memohon pertolongan-Mu. Aku memohon kepada-Mu, dan anugerahilah kami karunia-Mu..."

 

Lalu Imam Sajjad kembali berkata, "Aku memaafkan kesalahan kalian. Apakah kalian juga memaafkankanku?" Mereka menjawab, Meski engkau tidak bersalah, tapi kami memaafkanmu. Lalu Imam Sajjad menukas, "Silahkan kalian pergi. Kalian telah aku maafkan dan aku bebaskan semoga Allah mengampuniku dan menyelamatkanku dari api neraka!"

 

Mereka menjawab, "Tuan, kami memaafkanmu, padahal engkau tidak pernah bersikap buruk kepada kami". Lalu Imam Sajjad berkata, "Tuhanku, ampunilah Ali bin Husein, sebagaimana engkau mengampuni kami, dan selamatkan dia dari api neraka seperti Engkau menyelamatkannya dari penghambaan [selain-Mu]." Mereka mengamini doa Imam Sajjad. Beliau kembali berkata, "Silahkan kalian pergi semua aku bebaskan."  

 

Imam Baqir menceritakan kisah seorang sahabat Rasulullah Saw bernama Saad yang hidup miskin. Dia termasuk "Ashab Suffah". Kebutuhannya senantiasa dipenuhi oleh Rasulullah Saw. Kemiskinan yang mendera Saad membuat Rasulullah iba dan berjanji akan membantu Saad supaya bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.

 

Waktu cepat berlalu. Jibril menemui Rasulullah Saw dan memberikan dua dirham kepada beliau. Allah Swt berfirman, "Aku mengetahui kerisauanmu [Muhammad] karena kemiskinan yang mendera Saad. Jika ingin keluar dari keadaan yang menimpa Saad kini berikanlah dua dirham ini kepadanya dan pergunakan untuk jual beli."

 

Siang hari Rasulullah bertemu dengan Saad yang tengah menanti di kamarnya. Beliau bersabda, "Bisakah engkau berdagang?" Ia menjawab, "Demi Tuhan! Aku tidak punya modal." Lalu Rasulullah memberikan dua dirham kepada Saad. "Pergunakan modal ini untuk jual beli", ujar Rasulullah, seraya memberikan dua dirham kepada Saad. Sahabat Nabi ini pun mengambilnya. Kemudian menunaikan shalat Zuhur dan Asar di masjid. Setelah shalat Asar, Rasulullah Saw bersabda, "Bergeraklah carilah rezeki!"

 

Kemudian, Saad menjalankan nasehat Rasulullah dan menggunakan dua dirham sebagai modal jual beli. Berkah Rasulullah, setiap kali Saad melakukan transaksi senantiasa untung dan tidak berapa lama bisnisnya berkembang pesat. Saad pun sibuk dengan urusan dunianya hingga akhirnya jarang sekali ke masjid. Di samping masjid, ia memiliki toko yang cukup laris. Saking sibuknya, ketika bilal mengumandangkan azan, Rasulullah melihat Saad masih sibuk menjalankan usahanya, dan dia tidak siap untuk shalat berjamaah di masjid. Padahal sebelumnya, ia selalu rajin shalat berjamaah di masjid.

 

Rasulullah Saw bersabda, "Saad! Dunia membuatmu sibuk dan engkau melalaikan shalat.” Orang itu menjawab, "Aku harus bagaimana? Jika hartaku aku biarkan, aku terhina..." Melihat kondisi Saad yang sibuk mengumpulkan harta dan melupakan ibadah jauh melebihi ketika ia masih miskin dan kekurangan.

 

Suatu hari Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw, seraya berkata, "Allah berfirman, "Aku mengetahui kerisauanmu [Muhammad]. Kini apa keadaan yang lebih baik bagi Saad yang engkau bisa terima? Kondisi sebelumnya atau saat ini ketika dia berlimpah harta?" Rasulullah Saw menjawab, "Kedaaan ketika dia miskin lebih baik, sebab dia tidak disibukkan oleh urusan dunia dan tekun beribadah.” Jibril berkata, "Ya, kecintaan terhadap dunia dan harta membuat manusia melalaikan akhiratnya."

 

Jika engkau ingin mengembalikan kondisinya, ambilah dua dirham yang telah engkau berikan. Kemudian, Rasulullah Saw mengambil kembali dua dirham yang telah diberikan kepada Saad. Beliau berkata, "Kembalikan dua dirham yang telah aku berikan kepadamu.” Saad menjawab, "Jika ingin 200 dirham bisa saya berikan." Rasulullah menukas, "Tidak, aku ingin dua dirham yang telah kuberikan kepadamu.” Lalu Saad memberikannya dan tidak berapa lama keadaan Saad kembali seperti semula.

Tags