Lintasan Sejarah 11 Juli 2019
-
11 Juli 2019
Hari ini, Kamis, 11 Juli 2019 bertepatan dengan 8 Zulkaidah 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 20 Tir 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.
Daru Quthni Meninggal Dunia
1055 tahun yang lalu, tanggal 8 Dzulqadah 385 HQ, Ali bin Umar Daru Quthni, seorang penulis yang ahli hadis dan fiqih muslim, meninggal dunia di kota Bagdad.

Setelah menempuh pendidikan dasarnya, Daru Quthni melakukan perjalanan ke Mesir dan Suriah untuk mencari ilmu.
Selain menguasai hadis dan fiqih, Daru Quthni juga mahir di bidang sastra dan syair.
Di antara karya-karya yang ditinggalkan Daru Quthni adalah kitab kumpulan hadis Rasulullah, berjudul "Sunan Daru Quthni." Karyanya yang lain berjudul "al-Mukhtalif wal Mu'talaf".
Ayatullah Sayid Morteza Firouzabadi Shirazi Wafat
29 tahun yang lalu, tanggal 20 Tir 1369 HS, Ayatullah Firouzabadi meninggal dunia di usia 81 tahun.

Ayatullah Sayid Morteza Hosseini Firouzabadi lahir di kota Najaf, Irak dari keluarga ulama pada 1289 HS. Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat pertama dan menengah dari guru-guru besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani dan Gharawi Isfahani. Sementara kepribadian irfaninya terbentuk berdasarkan bimbingan gurunya Haj Sayid Ali Qadhi.
Selain belajar, beliau juga aktif menulis dan mengajar. Beliau berusaha keras dan mengalami pelbagai kesulitan saat menyediakan referensi bukunya "Fadhail al-Khamsah". Selain itu, ulama rabbani ini banyak meninggal karya tulis lainnya seperti al-Sab'ah min al-Salaf, Inayah al-Ushul, dan al-Furu' al-Muhimmah fi Ahkam al-Ummah.
Pembantaian Massal Terhadap Warga Bosnia
24 tahun yang lalu, tanggal 11 juli 1995, lebih dari 8 ribu warga muslim Bosnia, penduduk kota Srebenica, di timur negara ini dibantai secara massal oleh kalangan Serbia radikal.

Tragedi ini merupakan aksi pembantaian massal terbesar di Eropa pasca Perang Dunia ll. Kendati Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993 telah menetapkan Srebrenica sebagai kawasan aman dan pasukan penjaga perdamaian PBB ditempatkan di sana, namun pasukan milisi Serbia yang didukung pemerintah Beograd tetap nekad menguasai kawasan tersebut.
Menjelang agresi militer milisi Serbia ke Srebrenica warga muslim kota ini berusaha mengungsi, namun rencana mengungsi itu berhasil digagalkan oleh milisi Serbia. Mereka akhirnya membantai para lelaki muslim Bosnia, dan hanya memberi kesempatan mengungsi kepada perempuan dan anak-anak.
Ironisnya, tentara penjaga perdamaian PBB asal Belanda yang ditempatkan di sana tidak melakukan reaksi apapun untuk melindungi jiwa warga muslim dan membiarkan tragedi itu terjadi. Tentu saja sikap pasif negara-negara Eropa terhadap peristiwa ini merupakan ihwal yang patut dicermati. Tiga komite pencari kebenaran yang dibentuk setelah terjadinya tragedi itu menuding Uni Eropa dan PBB telah bersikap abai terhadap kasus pembantaian tersebut. Ironisnya, hingga kini para pelaku utama pembantaian massal itu masih belum mendapat hukuman yang setimpal atas kejahatan mereka.