Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (8)
Beberapa percaya bahwa manusia produk masyarakat dan kondisi serta hubungan yang mengaturnya, sehingga ia tidak dapat keluar dari hubungan ini. Dengan kata lain, mereka menyamakan lingkungan kehidupan seseorang dengan pohon dan menganggap manusia sebagai buah, yang nasibnya telah ditetapkan sebelumnya dan tidak ada cara untuk melarikan diri.
Sementara dalam perspektif al-Quran, manusia dipengaruhi oleh lingkungan, tapi kondisi apa pun mereka dapat menentang hubungan yang kejam terhadapnya dan tidak tergantung pada kondisi lingkungan.
Oleh karenanya, al-Quran hanya mengenal setiap orang sebagai penanggung jawab perbutannya sendiri. Manusia tidak dapat membuat alasan bahwa lingkungan khusus telah membuatnya tidak mendapat hidayah dan pencerahan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal ini dan setiap orang bertanggung jawab atas perilaku dan perbuatannya dan ia mendapat balasan dan imbalan sesuai dengan perbuatannya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt dalam ayat 32 surat al-Nisaa, "(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan..." Sebagaimana dalam sejarah banyak juga pribadi yang hidup bersama tokoh-tokoh besar, tapi tidak ada pengaruhnya sedikitpun baginya. Sebagai contoh, sebagian dari istri para nabi.
Dalam surah al-Tahrim, empat perempuan dijadikan perumpaan dan menjadi contoh orang baik dan jahat. Seperti yang kami sebutkan dalam artikel sebelumnya, gambaran dua sampel perempuan disampaikan sedemikian rupa sehingga lingkungan kekafiran dan penindasan tidak dapat merusak kepercayaan mereka. Termasuk fakta bahwa istri Firaun, di lingkungan di mana suaminya mengaku sebagai tuhan, ia percaya pada Tuhan yang Esa dan menerima roh kebenaran dan cahaya iman.
Karena tujuan dari artikel ini adalah untuk mengungkapkan kisah perempuan yang kafir kami mempertimbangkan ayat 10 dari surat al-Tahrim, "Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".
Istri-istri dari dua nabi besar Allah, Lutt dan Nuh, adalah perwujudan dari kekafiran dan pengkhianatan bagi semua manusia. Al-Quran menekankan nasib buruk kedua perempuan ini karena mereka berada di pusat keimanan dan pengetahuan para nabi Allah, tapi memilih jalan kekafiran dan pengkhiatan. Hasil dari kekafiran dan pengkhianatan terhadap Allah dan utusan-Nya adalah kebinasaan dan kehancuran. Tidak ada perbedaan siapa saja yang melakukannya. Dalam sistem penghakiman ilahi, koneksi dan hubungan individu dengan tokoh besar atau para nabi tidak memiliki efek pada keselamatan mereka dari hukuman Allah kecuali mereka berusaha dan melewati jalan hidayah.
Istri nabi Nuh dan Luth yang sebelumnya bersama para nabi ternyata kedekatan itu tidak berpengaruh pada nasib mereka. Karena masalah ini merupakan Sunnah Ilahi yang telah disebutkan dalam ayat 51 surat Ibrahim as, "Agar Allah memberikan pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha Cepat hisab-Nya."
Al-Quran menyebut Nabi Luth as 27 kali dan menyebut beliau sebagai seorang nabi yang rasul dan saleh yang menghadapi ketidaktaatan dan mengikuti nafsu. Beliau mengajak mereka untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim as, tapi mereka membangkang dari perintahnya. Luth adalah salah satu nabi ilahi yang dipilih untuk memberi hidayah kaumnya di salah satu kota Palestina. Kaum Nabi Luth as berada di puncak kerusakan dan kemaksiatan.
Mereka begitu tenggelam dalam kerusakan, sehingga setiap kali melakukan pekerjaan, selalu memilih keburukannya. Masyarakat yang tidak beriman, tidak mengenal Tuhan, zalim, berani melanggar dan kasar. Kaum Nabi Luth tidak tahu malu dan skandal kaum ini sampai pada batas, dimana mereka melakukan hubungan sesama jenis. Para pria justru menjauhi perempuan dan tidak mau menikahi mereka. Ketika kaum perempuan melihat perilaku pria mereka, sebagai bentuk protes dan membalasnya, mereka juga melakukan hal yang sama, sehingga hubungan sesama jenis menjadi pemandangan biasa di kaum ini.
Sebagaimana kalian ketahui bahwa perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan untuk mempertahankan spesies manusia tetap berlangsung, sehingga satu sama lain saling membutuhkan. Selama kecenderungan ini berada di jalur yang benar dan fitrahnya, dan dipenuhi lewat jalur yang benar dan logis menjadi satu hal yang suci. Namun, ketika keluar dari jalur asilinya dan bukan wasilah bati tujuan yang memiliki nilai, tapi menjadi alat untuk merusak ruh dan jiwa pribadi dan masyarakat.
Kaum Luth, untuk memuaskan naluri seksnya bersikeras untuk melakukan perbuatan tidak layaknya dan melakukan hubungan buruk dan tidak sah dengan laki-laki dengan cara mereka sendiri. Selain beberapa ayat dikhususkan untuk membahas kaum Luth, agar perbuatan buruk yang dilakukan kaum tersebut membuat mereka diazab, al-Quran membahasnya agar menjadi pelajaran bagi manusia. Tetapi sayangnya, kita sekarang melihat bahwa cara yang tidak masuk akal dan tidak wajar yang dilakukan oleh kaum Luth, karena ketidaktahuan dan kesesatan mereka, telah menjadi populer di beberapa masyarakat, terutama negara-negara Barat, dan anehnya dibuat acara resmi dan legal untuknya. Ini adalah hal yang sangat memalukan bagi masyarakat yang mengklaim sains dan peradaban.
Apa yang paling menyiksa Nabi Luth as dari perilaku kaumnya adalah penyimpangan pemikiran dan kesesatan istrinya. Karena istri beliau dipengaruhi masyarakat dan lingkungannya yang tidak beragama dan tidak mengenal Tuhan. Istri Nabi Luth as tetap menjaga kesuciannya, tapi tidak sesuai dengan keinginan Nabi Luth as. Ia punya perangai yang kasar dan buruk. Selalu berusaha mengotori astmosfer rumah dengan riya dan kelicikan. Kesalahan istri Luth bukan karena ada penyimpangan seksual atau berbuat di luar dari kehormatan seorang wanita.
Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa pengkhianatan istri Luth dan Nuh karena mereka berkolaborasi dengan musuh para nabi menyampaikan rahasia di rumah kepada musuh. Karena ucapan dari istri Nabi Nuh dan Luth telah disebutkan dalam surat yang menyebutkan ucapan dua istri Nabi Muhammad Saw, dimana mereka mencampuri urusan Nabi Saw dalam peristiwa pengungkapan rahasia dan mengganggu beliau, serta kesesuaian kisah ini dengan kisah pengungkapan rahasia rumah Nabi Muhammad Saw yang membuat makna dari pengkhianatan adalah mengungkap rahasia.
Ketika malaikat datang untuk mengunjungi Luth sebagai tamu dengan wajah muda dan tanpan. Istri Nabi Luth as mengabarkan kedatangan para tamu suaminya kepada masyarakat, padahal telah dilarang oleh suaminya. Kaum Luth pelaku hubungan sesama jenis langsung mendatanginya. Kekhawatiran Luth adalah jangan sampai mereka melakukan hal yang tidak-tidak kepada para tamunya, sehingga meminta mereka untuk tidak mengganggu tamunya. Untuk itu Nabi Luth as bersedia untuk menyerahkan putrinya menjadi suami mereka. Oleh karenanya beliau berkata kepada mereka, "Ini adalah putriku, nikahi mereka. Mereka bersih dan suci untuk kalian dan jangan permalukan aku di depan para tamuku."
Kisah ini disebutkan dlam surat al-A'raf ayat 80-84 seperti dikisahkan dalam video berikut:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri". Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Istri Luth telah melakukan pengkhianatan dan kemunafikan terhadap apa yang diperjuangkan Nabi Luth. Perilakunya ini bukan saja telah membuatnya jauh dari rahmat ilahi, tapi menderita azab ilahi bersama kelompok yang menyimpang.