Langkah Kedua Revolusi (20)
-
Bendera Republik Islam Iran
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pernyataan Langkah Kedua Revolusi, "Manajemen jihad yang terinspirasi dari iman islami dan keyakinan pada prinsip "Kita Bisa" yang diajarkan Imam Khomeini kepada kita semua menghantarkan Iran kepada kejayaan dan kemajuan di semua bidang."
Rakyat di setiap negara menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara yang normal. Namun ada kalanya negara menghadapi masalah besar atau ada banyak hal yang harus dilakukan. Dalam keadaan seperti itu, setidaknya sebagian masyarakat berusaha sebaik-baiknya mengingat tanggung jawab dan kepentingan yang mereka tempatkan pada peristiwa-peristiwa ini. Revolusi Islam adalah peristiwa besar dalam sejarah bangsa Iran yang telah menyebabkan perkembangan besar di negara itu dan dampak signifikan pada kawasan dan dunia.
Karena alasan ini, sejak kemenangan revolusi ini pada tahun 1979, Republik Islam Iran telah melalui banyak peristiwa pahit dan manis dan semangat revolusioner di negara ini masih berlanjut. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dan mencapai cita-cita revolusi yang tinggi, diperlukan upaya revolusioner dan gigih oleh rakyat dan pihak berwenang. Upaya terus menerus dan tak henti-hentinya ini selalu didukung dan diperintahkan oleh Imam Khomeini ra dan Ayatullah Khamenei, mantan dan pemimpin saat ini dari Republik Islam. Pemimpin Besar Revolusi menyebut karya ini karena "budaya jihad" yang merupakan salah satu berkah Revolusi Islam di Iran.

Biasanya kata jihad dalam pikiran orang membangkitkan pemahaman perang di jalan Allah, tetapi ini hanya satu jenis jihad. Jihad berarti segala upaya untuk berbuat baik demi kepuasan Tuhan. Karena itu, jihad bisa dalam berbagai bidang seperti budaya, ekonomi, politik, sosial dan ilmiah. Sejak awal Revolusi Islam, pemuda Iran telah memulai jihad besar untuk membantu daerah tertinggal dan terpencil.
Ayatullah Khamenei, dalam sebuah pernyataan tentang Langkah Kedua Revolusi, menguraikan beberapa pencapaian dan keberhasilan selama empat puluh tahun Revolusi Islam, menganggap mereka sebagai hasil dari revolusi dan orientasi jihadis dan revolusionernya, dan di bagian lain tentang perluasan kegiatan dan aktivitas spiritual pasca-revolusi menulis, "(Setelah revolusi) ... antrian untuk kamp-kamp jihad dan para pejihad untuk membangun dan memobilisasi untuk membangun dipenuhi dengan ribuan relawan muda dan mereka yang ingin berkorban."
Dengan demikian, beliau menyebut upaya untuk membangun negara dan membantu orang-orang di daerah terpencil sebagai praktik spiritual. Namun, mereka yang melakukan kegiatan jihad harus memiliki kualitas luar biasa seperti niat dan motivasi, bertawakal kepada Allah, memohon bantuan-Nya, bermasyarakat , tulus, tidak punya motivasi materi, tekun dan berusaha tanpa henti serta melakukan hal-hal hebat dengan fasilitas minimal.
Karakteristik yang menonjol inilah yang telah mengarahkan para jihadis untuk melakukan tugas-tugas penting ekonomi, budaya, dan medis dalam empat dekade terakhir, meskipun ada tekanan politik dan ekonomi eksternal, mereka seperti pasukan Iran yang berperang selama delapan tahun melakukan metode yang sama dengan cara terbaik, sehingga mampu menjaga dan melindungi negara dan sistem Republik Islam Iran.

Tetapi dalam pekerjaan kolektif apa pun, faktor penting dan berpengaruh adalah manajemen dan kepemimpinannya. Kurangnya manajemen yang tepat dapat memboroskan sumber daya kelompok. Tentu saja, setiap pekerjaan membutuhkan jenis manajemennya sendiri, dan pekerjaan jihad juga membutuhkan "manajer jihadi". Manajemen berarti penggunaan sumber daya manusia dan material yang tepat dan efisien untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, manajer jihadi adalah seorang manajer yang mampu mengelola urusan dengan karakteristik revolusioner dan seorang mukmin. Dalam manajerialnya, ia harus meyakini bahwa Allah selalu hadir dan mengawasinya dan melayani orang-orang adalah prioritas tertinggi dari pekerjaannya, lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kecenderungan partai dan kelompok. Dalam manajemen jihadi, keahlian dan sains dicampur dengan keyakinan dan komitmen Islam, dan dengan penghapusan peraturan yang rumit, akselerasi kerja meningkat. Di sisi lain, seorang manajer jihadi menghindari pemborosan yang luar biasa, menghapus jarak antara dirinya dengan mereka yang di bawahnya dan menciptakan lebih banyak keakraban untuk mempercepat pelayanan.
Salah satu karakteristik paling penting dari seorang manajer jihadi adalah kepercayaan pada prinsip "kita bisa" sebagai keyakinan kuat dalam melakukan hal-hal besar dan sulit. Prinsip ini mengajarkan semua kekuatan revolusioner, baik warga maupun manajer, bahwa dengan bertawakal kepada Tuhan dan mengandalkan kekuatan dan kapasitas internal dan pribumi, terkadang dapat melakukan hal-hal yang tampaknya tidak mungkin dilakukan. Dalam banyak kasus sepanjang kehidupan Republik Islam Iran, pencapaian luar biasa ini telah dicapai di berbagai bidang sains, militer, ekonomi dan politik.

Ayatullah Ali Khamenei menulis dalam pernyataan Langkah Kedua Revolusi, "(Revolusi Islam) pada langkah pertama, berhasil mengubah rezim memalukan dan monarki zalim menjadi pemerintahan yang memasyarakat dan demokratis serta berhasil memasukkan elemen kehendak nasional yang menjamin kemajuan di seluruh bidang dan hakiki ke dalam pusat manajemen negara yang kemudian membawa orang-orang muda ke garis terdepan peristiwa dan memasuki bidang manajemen yang berhasil menularkan semangat dan kepercayaan "Kita Bisa" kepada semua orang; berkat boikot musuh, itu mengajari kita semua untuk mengandalkan kemampuan internal kita. Ini sumber berkah yang besar."
Di bagian lain dari pernyataannya, berliau menyebutkan peran penting Imam Khomeini dalam menciptakan dan mengembangkan budaya jihad dan mengatakan, "Manajemen jihad yang terinspirasi dari iman islami dan keyakinan pada prinsip "Kita Bisa" yang diajarkan Imam Khomeini kepada kita semua menghantarkan Iran kepada kejayaan dan kemajuan di semua bidang."
Manajemen jihadi meliputi semua tingkatan manajemen, dari Rahbar dan presiden hingga tanggung jawab kelompok kecil, yang semuanya, dengan semangat jihadi, dapat mencapai keberhasilan yang signifikan dalam bidang manajemen mereka. Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei adalah contoh manajemen jihadi.
Imam Khomeini memimpin revolusi besar dan tak tertandingi dan mengantarnya pada kemenangan dan dalam proses perang delapan tahun yang dipaksakan Saddam kepada Iran, Imam Khomeini mampu memenejnya dengan baik. Penggantinya yang layak, Ayatullah Khamenei, tidak hanya melindungi Republik Islam, tetapi juga menjadikannya kekuatan regional terbesar dan paling berpengaruh di dunia selama berbagai peristiwa selama tiga puluh tahun terakhir. Dua atribut penting dari dua pemimpin dan manajer jihadi terkemuka ini adalah keyakinan mereka kepada Tuhan dan bersandar pada kekuatan dan kemampuan rakyat.

Pemimpin besar Revolusi Islam, dalam pernyataan langkah kedua, merujuk pada beberapa pencapaian dari upaya jihadi rakyat dan para pejabat dan menyebut beberapa dari mereka. Seperti yang beliau katakan, "Data hebat dalam membuat jalan dan membangun rumah, membangun pusat industri, mereformasi pertanian dan memberikan listrik dan air, dan pusat medis serta unit akademik, begitu juga bendungan dan pembangkit listrik, dan sejenisnya ke bagian terjauh negara, benar-benar sangat membanggakan. Tidak diragukan lagi bahwa semua ini tidak tercermin dalam propaganda yang tidak memadai dari pihak berwenang, atau dalam pengakuan lisan pihak asing yang menginginkan keburukan bangsa ini dan mereka yang ada di dalam negeri, tetapi itu ada dan merupakan hal yang baik bagi para manajer jihadi dan pemimpin yang tulus di sisi Allah dan rakyat." Dalam kebijakan luar negeri, setelah menyebutkan keberhasilan Iran dalam kebijakan luar negeri, beliau menambahkan, "Ini adalah bagian dari manifestasi martabat Republik Islam yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan keberanian dan kebijaksanaan para pemimpin jihadi."
Sebagaimana Ayatullah Khamenei memandang pencapaian Republik Islam selama empat dekade terakhir sebagai hasil dari kinerja revolusioner dan sesuai dengan para pemimpin jihadi, adalah wajar untuk menganggap kemajuan masa depan negara itu sebagai upaya tanpa lelah dari kaum revolusioner dan jihadi di berbagai bidang, sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan Langkah Kedua Revolusi yang merupakan prospek masa depan negara. Beliau mengatakan, "Para eksekutif muda, pialang muda, pemikir muda, aktivis muda, di semua bidang politik, ekonomi, budaya dan internasional, serta di bidang agama, etika, spiritualitas, dan keadilan, harus mempersiapkan pundaknya untuk menerima tanggung jawab dan memanfaatkan pengalaman masa lalu, serta memiliki cara pandang dan semangat revolusioner serta bekerja jihadi demi membangung Iran yang jaya sebagai model sempurna sistem pemerintahan Islam yang modern."
Upaya dan kegiatan revolusioner dan jihadi di berbagai bidang adalah ciri khas penting dari Revolusi Islam di Iran. Sekarang ada sejumlah besar relawan jihadi di semua bagian negara, yang bekerja dengan tulus dan aktif, jauh dari harapan pribadi mereka dan hanya untuk melayani rakyat. Di sisi lain, dengan bantuan manajemen jihadi, kabar baik terdengar di berbagai pusat budaya, ekonomi, militer dan ilmiah. Dengan keberlanjutan dan kekuatan manajemen jihadi seperti itu yang sangat didukung oleh Ayatullah Khamenei, masa depan Republik Islam Iran menjadi jelas, sebagaimana beliau mengatakan, "Jika manajemen jihadi atau kerja dan usaha dengan niat ilahi dan berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan penguasa, masalah-masalah negara dapat diselesaikan dan negara tetap melanjutkan gerakannya meraih kemajuan, sekalipun dalam keadaan saat ini dengan tekanan jahat dari kekuatan dunia.