Agresi Militer Turki ke Suriah Utara
Militer Turki meluncurkan serangan besar-besaran ke Suriah pada Rabu, 9 Oktober 2019 sebagai awal dimulainya operasi militer di perbatasan Turki-Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara resmi telah mengumumkan dimulainya serangan. Pada hari pertama serangan, jet tempur dan artileri Turki membombardir sepanjang perbatasan hingga menimbulkan kepanikan ribuan warga sipil.
Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataanya mengumumkan bahwa selain melancarkan serangan udara, militer Turki juga meluncurkan serangan darat.
Pada hari pertama operasi, Turki menyerang 181 target ke posisi Kurdi Suriah dan menyebabkan 16 orang tewas.
Serangan ini dimulai setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penarikan pasukannya dari perbatasan Suriah.
Agresi militer Turki ke Suriah memicu kecaman internasional dan mendorong dilakukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada tanggal 10 Oktober 2019.
Liga Arab juga mengadakan pertemuan darurat di Kairo pada 12 Oktober 2019 untuk membahas situasi tersebut.
Sebelumnya, Republik Islam Iran mendesak Turki untuk tidak menyerang Suriah. Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif pada 8 Oktober 2019 menghubungi mitranya di Turki Mevlut Cavusoglu untuk menyampaikan posisi oposisi Tehran terhadap rencana operasi Turki. Zarif mendesak Turki menghormati integritas dan kedaulatan Suriah.
Kini serangan militer Turki ke Suriah telah memasuki hari keenam dan korban tewas dan terluka dari kedua belah pihak telah mencapai ratusan orang.
Meskipun Kementerian Pertahanan Turki berusaha untuk menjustifikasi agresinya ke Suriah dan mengklaim bahwa serangan itu demi menciptakan perdamaian di kawasan, namun gelombang protes internasional terhadap langkah pemerintah Ankara meningkat.
PBB, Uni Eropa, Liga Arab dan berbagai lembaga internasional lainnya menuntut Turki untuk segera menghentikan serangannya ke Suriah.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini dalam tweetnya menulis, langkah militer Turki di Suriah utara akan menambah penderitaan warga sipil dan melemahkan upaya koalisi internasional untuk membasmi Daesh (ISIS).
Dia menambahkan, langkah Turki juga membuat prospek proses politik yang diawasi PBB untuk perdamaian di Suriah semakin sulit.
Di sis lain, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa operasi militer Turki di Suriah bisa menciptakan peluang bagi para teroris Daesh untuk menyusup ke negara-negara lain. (RA)