Kuala Lumpur Summit 2019 dan Tiga Usulan Penting Iran
Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur 2019 (Kuala Lumpur Summit 2019) dimulai pada hari Rabu, 18 Desember 2019.
Kuala Lumpur Summit 2019 mempertemukan para pemimpin Malaysia, Indonesia, Pakistan, Turki, Iran dan Qatar serta 450 intelektual dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia. KTT ini berlangsung di Kuala Lumpur dari Rabu-Sabtu, (18-21/12/2019).
Kuala Lumpur Summit 2019 bertujuan membahas dan menemukan solusi baru bagi persoalan-persoalan yang dihadapi dunia Islam dan memberikan kontribusi bagi kemajuan umat Islam dan negara-negara Islam.
KTT Kuala Lumpur 2019 mengusung tujuh tema utama, yaitu: pembangunan dan kedaulatan, integritas dan tata kelola yang baik, budaya dan identitas, keadilan dan kebebasan, keamanan, keselamatan dan pertahanan, perdagangan dan investasi, dan teknologi dan tata kelola internet.
Para pemimpin negara-negara Muslim, para cendekiawan dan pemikir akan berdialog dan mencari solusi bersama untuk menangani berbagai persoalan yang membelenggu dunia Islam.
Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani tiba di Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia pada Selasa petang untuk memenuhi undangan resmi Perdana Menteri Mahathir Mohamad guna menghadiri KTT Kuala Lumpur 2019.
Di sela-sela KTT Kuala Lumpur 2019, Presiden Iran telah mengadakan pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Raja Malaysia Sultan Abdullah, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Rouhani dalam pidatonya di KTT tersebut pada hari Kamis (19/12/2019) mengatakan, dunia Islam di tingkat nasional dan internasional menghadapi tantangan baru, oleh karena itu dunia Islam harus memikirkan langkah-langkah untuk lepas dari hegemoni dolar dan sistem finansial Amerika Serikat.
Dia menambahkan, kendala utama terbaru dunia Islam di tingkat nasional dan internasional adalah tantangan budaya dan identitas, keamanan, ketertinggalan, dan ekonomi.
Menurutnya, lemahnya identitas nasional dan Islam serta hegemoni budaya asing merupakan ancaman terpenting bagi dunia Islam.
"Perang di Suriah dan Yaman, kerusuhan dan instabilitas di Irak, Lebanon, Libya dan Afghanistan adalah hasil dari ekstremisme dalam negeri dan intervensi asing," ujarnya.
Presiden Iran lebih lanjut menilai kerjasama dan interaksi antar negara-negara Muslim sebagai sebuah prinsip utama.
"Sinergi kapasitas politik dan ekonomi akan mengubah dunia Islam menjadi blok besar kekuatan di tingkat internasional. Menumpuknya kapasitas sains dan teknologi di negara-negara Muslim bisa mengkompensasi ketertinggalan yang ada dan menghapus peluang hegemoni asing," tuturnya.
Rouhani menegaskan bahwa Palestina masih menjadi isu utama dunia Islam. Dia menuturkan, lalai atas isu Palestina dan membahas isu parsial serta memicu perpecahan adalah sebuah penyimpangan besar.
Presiden Iran juga mengusulkan pembentukan dana bersama pada KTT Kuala Lumpur untuk jaminan finansial kerjasama teknologi antar negara Muslim.
Dia juga mengusulkan pembentukan pusat riset bersama di bidang teknologi kecerdasan buatan dan keamanan cyber serta pembentukan pasar bersama negara-negara Muslim dan Islam di bidang ekonomi digital.
Negara-negara Muslim di Benua Asia memiliki kapasitas yang sangat besar untuk menjalin kerja sama yang luas, di mana peningkatan konvergensi di setiap sektor ekonomi, ilmiah, budaya, pertahanan, dan bahkan pariwisata akan menambah lingkaran kekuatan dan pengaruh dunia Islam di semua bidang.
Iran, Indonesia, Malaysia, Turki dan Pakistan merupakan negara-negara Muslim penting, di mana setiap dari negara ini memiliki pengalaman sukses di banyak bidang. Jika negara-negara itu saling berbagi kemampuan dan pengalamannya maka selain memenuhi kebutuhan satu sama lain, mereka juga akan mampu menjadi kekuatan yang efektif di arena global.
Karena adanya beberapa pendekatan eksklusif di dunia seperti monopoli dolar oleh Amerika Serikat dan diskriminasi ilmiah di dunia, maka negara-negara Muslim harus bersinergi bersama agar bisa menghapus pengaruh dari pendekatan kolonial teersebut.
Rouhani dalam pidatonya di Kuala Lumur Summit mengusulkan tiga hal penting untuk kerja sama efektif di antara negara-negara Muslim. Pertama, pembentukan dana bersama pada KTT Kuala Lumpur untuk jaminan finansial kerja sama teknologi antar negara Muslim agar mereka bisa masuk dengan kuat ke dalam rantai nilai dunia.
Kedua, pembentukan pusat riset bersama di bidang teknologi kecerdasan buatan dan keamanan cyber untuk pelopor dalam teknologi informasi dan komunikasi interdisipliner, dan yang ketiga adalah pembentukan pasar bersama negara-negara Muslim dan Islam di bidang ekonomi digital.
Jika tiga usulan tersebut terwujud maka akan menciptakan kutub pengaruh besar di dunia Islam. Selain itu, mengingat negara-negara Muslim memiliki banyak persamaan budaya, bahasa, agama dan peradaban maka mereka akan dengan mudah mampu menciptakan pendekatan dominan di dunia pada banyak sektor, bahkan bisa menjadi sebuah lembaga kuat yang mengelola persamaan ekonomi, budaya dan politik dunia.
Penciptaan jaringan perbankan bersama, pembuatan jaringan transportasi kereta api dan pembangunan jaringan pariwisata di antara negara-negara Muslim adalah di antara kapasitas besar dan aktif di negara-negara ini, di mana realisasi masing-masing tersebut tidak hanya akan menciptakan ikatan luas di antara negara-negara Muslim, tetapi juga akan melipatgandakan kemampuan dan pengaruh ekonomi dan politik dunia Islam di arena internasional. (RA)