Lintasan Sejarah 5 Januari 2020
Hari ini, Minggu, 5 Januari 2020 bertepatan dengan 9 Jummadil Awal 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 15 Dey 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Muhammad bin Jamaluddin Makky Amily Gugur Syahid
655 tahun yang lalu, tanggal 9 Jumadil Awal 786 HQ, Muhammad bin Jamaluddin Makky Amily, seorang ulama pejuang asal Libanon gugur syahid dan beliau pun dijuluki dengan nama “Syahid Awal”.
Syahid Awal dilahirkan di desa Kamal Amil, Lebanon dan kemudian menuntut ilmu-ilmu agama dari ulama-ulama terkemuka zaman itu, di antaranya Allamah Hilli.
Sepanjang hidupnya, Syahid Awal menulis banyak buku-buku agama, yang paling terkenal adalah buku fiqih berjudul "Al-lum'ah Dimasyqiah" yang hingga sekarang masih menjadi salah satu buku pelajaran di hauzah-hauzah ilmiah.
Ayatullah Mir Sayid Mohammad Modarres Najafabadi Wafat
80 tahun yang lalu, tanggal 15 Dey 1318 HS, Mir Sayid Mohammad Modarres Najafabadi meninggal dunia dan dimakamkan di pekuburan umum Takht-e Foulad Esfahan.
Ayatullah Mir Sayid Mohammad bin Sayid Mohammad Hossein Modarres Najafabadi lahir di kota Najafabad sekitar tahun 1257 HS.
Beliau mempelajari pendahuluan ilmu-ilmu agama di tempat kelahirannya. Setelah itu, untuk melanjutkan pendidikan agamanya, Ayatullah Najafabadi pergi ke kota Najaf, Irak. Selama di Najaf, beliau belajar kepada guru-guru besar hauzah seperti Allamah Sayid Mohammad Kazem Yazdi, Akhond Mulla Mohammad Kazem Khorasani, Syeikh as-Syariah Isfahani, Sayid Ismail Sadr dan Agha Reza Hamedani.
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu di Najaf dan meraih derajat keilmuan yang tinggi, beliau kembali ke kota kelahirannya, Isfahan dan hingga akhir usianya beliau membaktikan diri untuk mengajar dan membimbing masyarakat. Ruang kuliahnya menjadi tempat belajar para ulama dan ilmuan. Sebagian besar ulama kontemporer Isfahan merupakan muridnya.
Ayatullah Modarres Najafabadi meninggalkan banyak karya seperti catatan pinggi atas Kifayah al-Ushul dalam dua jilid.
Khmer Merah Ganti Nama Kamboja
45 tahun yang lalu, tanggal 5 Januari 1975, pemimpin milisi Khmer Merah yang saat itu menguasai Kamboja, Pol Pot, mengubah nama negaranya. Kamboja - dari sebutan bahasa Inggris, Cambodia, diganti ke bahasa lokal, Kampuchea.
Di bawah konstitusi yang baru, Pol Pot juga meresmikan pemerintahan komunis di negeri Asia Tenggara itu.
Selama tiga tahun Pol Pot dan rezimnya berkuasa, warga Kamboja seakan hidup di Zaman Pertengahan. Bukannya memenuhi harapan penduduk Kamboja yang sudah lelah dengan konflik dan pemberontakan, rezim Pol Pot justru membawa teror dan genosida.
Selama berkuasa, Pol Pot bertanggungjawab atas kematian sekitar dua juta warga Kamboja.
Pol Pot, yang lahir dengan nama Saloth Sar pada 1925, memaksa rakyat Kamboja tinggal dan bekerja di desa-desa terpencil. Mereka yang berpendidikan atau memiliki kemampuan finansial langsung dibunuh.
Sekolah-sekolah, surat kabar, rumah sakit, properti budaya dan agama, serta properti pribadi dimusnahkan. Puluhan ribu orang Kamboja tewas karena kelaparan. Sedangkan orang lain dalam jumlah tak terhingga meninggal karena penyakit, kerja paksa, atau dibunuh.
Pada Desember 1978, menyusul pertikaian terkait perbatasan, Vietnam menginvasi Kamboja dan kemudian mengakhiri rezim Khmer Merah. Pol Pot melarikan diri ke Thailand dan menghabiskan hampir dua dekade untuk bersembunyi di kawasan hutan lebat di perbatasan Thailand dan Kamboja.
Pada 1997, Pol Pot ditangkap oleh anggota partainya sendiri atas tuduhan penghianatan. Dia meninggal karena sakit pada 15 April 1998 tanpa pernah mendapat hukuman apapun atas kejahatannya.
Sejumlah mantan petinggi Khmer Merah yang masih hidup kini diadili atas pembantaian kepada rakyat Kamboja.