Wawancara Singkat dengan Putri Syahid Soleimani
Putri Komandan Pasukan al-Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qasem Soleimani dalam wawancara dengan stasiun televisi al-Manar Lebanon menegaskan kelanjutan perjuangan ayahnya dalam melawan kubu arogansi global dan membela orang-orang yang tertindas.
"Dunia harus tahu, Trump yang kotor harus tahu bahwa dengan membunuh ayah saya, tidak ada yang terhapus. Kesyahidan ayah saya justru membuat (perjuangan) kami semakin hidup," kata Zainab Soleimani seperti dikutip FNA, Minggu (5/1/2020).
Dia menyinggung tindakan pengecut Amerika Serikat yang meneror Letjen Soleimani dan mengatakan, kalian bukan lawan ayah saya sehingga menyerang ayah saya dengan rudal secara pengecut. Kalian tidak berani berhadapan dengan ayah saya.
Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Empat anggota pasukan IRGC (Pasdaran) yang menyertai Letjen Soleimani dan empat anggota pasukan Hashd al-Shaabi yang menyertai Abu Mahdi al-Muhandis juga gugur syahid dalam serangan udara tersebut.
Putri Shahid Soleimani mengucapkan belasungkawa atas kesyahidan ayahnya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrullah.
Zainab kepada Sayid Nasrullah mengatakan, pamanku tercinta, insya Allah paman akan menuntut balas atas kesyahidan ayah saya, dan saya tahu beliau akan membalaskannya.
"Dunia harus tahu bahwa kesyahidan Haj Qassem Soleimani tidak akan mengalahkan kami. Saya putrinya dan kami akan melanjutkan perjuangannya hingga akhir. Amerika harus tahu bahwa kami tidak akan mundur sejengkal pun," pungkasnya.
Menurut pengakuan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), teror terhadap Soleimani dilakukan atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Teror terhadap Komandan Pasukan al-Quds merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhannya terhadap Republik Islam Iran.
Selama 40 tahun terakhir, pemerintah AS telah melakukan berbagai kejahatan terhadap Republik Islam Iran, di mana di antara kejahatan-kejahatan itu adalah tekanan ekonomi dan sanksi, operasi militer dan kudeta, perang secara tidak langsung, penciptaan kelompok-kelompok teroris, Iranphobia, perang proksi, dan teror terhadap para ilmuwan dan para pejabat Republik Islam.
Teror terhadap Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah Amerika dan kelompok-kelompok teroris di kawasan. Sebab, pejabat senior militer Iran ini memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh.
Peran besar Soleimani dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah tidak bisa dipungkiri. Surat kabar The Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, Amerika dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.
Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme, terutama di Irak dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif menyebut Soleimani sebagai orang yang paling efektif dalam menumpas Daesh, Front al-Nusra, al-Qaeda dan kelompok-kelompok teroris lainnya, sehingga dia menjadi incaran terorisme internasional Amerika.
Menurut pengakuan Pentagon, Trump yang memerintahkan secara langsung untuk meneror Soleimani dan Abu al-Muhandis. Langkah Trump ini merupakan bantuan besar Amerika kepada Daesh di Irak.
Soleimani memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat Poros Muqawama di Asia Barat (Timur Tengah), di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebutnya sebagai "Wajah Internasional Perlawanan".
Poros Muqawama hari ini merupakan pemain yang tidak dapat diingkari di kawasan Asia Barat. Oleh karena itu, Amerika, Arab Saudi, dan Israel tentunya tidak bisa mentolerirnya, sebab, poros ini menentang segala bentuk intervensi asing dan kompromi di kawasan.
Sebagai musuh AS sejak lama, Iran diketahui memiliki banyak opsi untuk menyerang balik AS, baik secara militer maupun dengan cara lain. Puluhan ribu tentara AS di kawasan Teluk Persia masuk dalam jangkauan rudal-rudal Iran.
Tidak hanya itu, Iran juga punya kemampuan melancarkan serangan siber secara diam-diam atau melancarkan serangan proxy terhadap target-target AS di berbagai negara. (RA)