Kesepakatan Abad dalam Perspektif Rahbar
Selama peringatan Dahe Fajr (Sepuluh Fajar) yang merupakan hari menjelang perayaan kemenangan Revolusi Islam Iran 1979, Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei secara rutin bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat di Tehran.
Dalam pertemuan dengan berbagai lapisan masyarakat pada 5 Februari 2020, Rahbar berbicara tentang pelaksanaan pemilu parlemen Iran yang akan digelar dalam waktu dekat. Menurutnya, parlemen yang kuat adalah salah satu kunci untuk menuju Iran yang kuat. Oleh karena itu siapa pun yang mencintai Iran, ia harus datang ke kotak suara. Siapa pun yang mencintai Iran dan menyukai keamanan, solusi keluar dari masalah, dan penggunaan kapasitas intelektual di jalur yang tepat, maka ia harus berpartisipasi dalam pemilu.
Kerakyatan dan demokrasi religius merupakan sebuah hakikat yang satu dalam sistem negara Islam, karena sistem Islami dalam mengamalkan ajaran agama, tidak akan bermakna tanpa kehadiran rakyat.
Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa bangsa Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini ra, telah membuat keputusan, bertekad, tidak takut terhadap peluru, tidak takut terhadap kekuatan rezim Pahlavi, mereka terjun ke lapangan untuk menghancurkan rezim itu, dan kemudian menegakkan demokrasi.
"Dengan mengadakan revolusi, Iran berhasil menjungkirbalikkan dasar pemerintahan monarki absolut selama ribuan tahun atas negara ini berkat arahan Imam Khomeini," ungkapnya.
Dalam pandangan Rahbar, salah satu karakteristik demokrasi di Iran adalah dibarengi dengan iman. Republik Islam adalah pemerintahan demokrasi religius dan ia telah mendidik orang-orang seperti syahid Qasem Soleimani, para pejuang Perang Pertahanan Suci, dan para pembela kemuliaan Ahlul Bait.
Ayatullah Khamenei menuturkan pemilu di Iran adalah di antara yang paling sehat di dunia, dan mendesak semua orang untuk mengambil bagian dalam pemilu parlemen mendatang. Ia menggambarkan pawai massa perayaan kemenangan revolusi dan pemilu mendatang sebagai dua ujian besar yang dihadapi bangsa Iran.
"Pemilu adalah sebuah kesempatan besar bagi suatu negara dan ancaman bagi musuh-musuhnya. Jumlah pemilih yang besar dan pemilu yang meriah akan menjamin keamanan negara, karena musuh lebih takut dukungan publik kepada pemerintahannya daripada perangkat persenjataan kita," ujar Rahbar.
"Ya, musuh takut dengan rudal kita, tapi mereka lebih takut lagi pada dukungan rakyat kepada sistem negara. Partisipasi dalam pemilu mencerminkan dukungan rakyat kepada sistem sehingga negara menjadi aman. Partisipasi ini juga menunjukkan tekad dan kekuatan bangsa Iran," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa meskipun kesulitan yang ada sebagian berasal dari sanksi Amerika dan sebagian lagi dari kelalaian internal, namun masyarakat akan tetap mendatangi kotak suara, karena pemilu terkait dengan reputasi dan keamanan negara.
"Melangsungkan banyak pemilu sejak kemenangan Revolusi Islam (1979) sampai sekarang menunjukkan ketergantungan sistem Islam pada suara rakyat," pungkasnya.
Bagi Rahbar, pemilu merupakan sebuah kesempatan bagi negara dan bangsa kita, dan ancaman bagi musuh kita. Pemilu presiden dan parlemen adalah kesempatan untuk menuangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam siklus pengambilan keputusan negara. Ketika rakyat memilih orang yang tepat, maka metode dan solusi baru akan muncul dalam proses penyelesaian masalah negara dan bangsa.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menguraikan masalah prakarsa Amerika-Zionis untuk merampas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Palestina yang disebut "Kesepakatan Abad."
"Para agresor dan penjarah dari Amerika menghibur hati mereka sendiri dengan memilih nama besar, berharap proyeknya atas rakyat Palestina akan berhasil, padahal langkah mereka ini bodoh dan keji, dan sejak awal merugikan mereka sendiri," tegasnya.
"Mengapa ini bodoh? Karena prakarsa ini pasti tidak akan mencapai hasil. Prakarsa ini akan tamat sebelum Donald Trump mati. Untuk sebuah pekerjaan yang pasti gagal, mareka datang dan bertemu, menghabiskan uang, mengundang orang-orang, menciptakan kegaduhan, dan kemudian meresmikannya, ini adalah pekerjaan bodoh," papar Ayatullah Khamenei.
Menurutnya, prakarsa tersebut telah menyingkap esensi jahat Amerika. Prakarsa ini merupakan indikasi dari kekejaman dan tipu daya pemerintah AS. Mengapa? Karena mereka datang untuk bernegosiasi dengan rezim Zionis atas apa yang bukan milik mereka. Palestina adalah milik bangsa Palestina. Lalu siapa Anda datang membuat keputusan tentang itu?
Ayatullah Khamenei lebih lanjut mengatakan bahwa prakarsa ini akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. "Kami katakan sejak awal bahwa ini akan merugikan mereka sejak hari pertama. Mengapa? Karena semua upaya kubu arogan difokuskan untuk menghapus masalah Palestina, namun tindakan mereka justru telah menghidupkan kembali isu Palestina. Hari ini seluruh dunia berbicara tentang hak dan penindasan yang diderita rakyat Palestina. Mereka mengutuk AS kecuali beberapa penguasa Arab yang berkhianat," tambahnya.
Rahbar menganggap perlawanan sebagai satu-satunya cara untuk menangkal perilaku jahat mereka. "Apa penawarnya? Penawarnya adalah perlawanan yang berani. Bangsa Palestina, tokoh, dan kelompok-kelompok Palestina harus memaksa Zionis dan AS dengan jihad tanpa kenal lelah. Ini adalah satu-satunya solusi yang efektif. Semua dunia Muslim juga harus membantu dan membela Palestina," serunya.
"Tentu saja saya percaya bahwa kelompok pejuang Palestina akan menentangnya, mereka akan melanjutkan perlawanan. Solusinya adalah resistensi," tegasnya.
Rahbar menyatakan bahwa saat ini perlawanan tidak eksklusif bagi orang-orang Palestina di wilayah Asia Barat. Perlawanan ada dalam radius yang lebih luas di luar Palestina, dan akan terus tumbuh hari demi hari dengan rahmat Allah Swt.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei kembali menyuarakan dukungan Iran untuk perjuangan Palestina dan berkata, "Kami sistem Republik Islam, menganggapnya sebagai tugas kami untuk mendukung kelompok-kelompok perlawanan Palestina. Kami akan mendukung mereka, sebanyak yang kami bisa dan dengan segala sarana yang kami miliki."
Rahbar juga kembali mengusulkan solusi praktis dan damai untuk masalah Palestina. "Solusi asli masalah Palestina adalah apa yang kami sampaikan beberapa tahun lalu dan juga sudah terdaftar atas nama Iran di beberapa lembaga internasional. Seluruh penduduk asli Palestina – bukan mereka yang kemudian datang untuk menetap di wilayah pendudukan – dari agama apa pun termasuk Muslim, Kristen, dan Yahudi, harus ikut serta dalam referendum untuk memilih sistem yang mereka terima.
Di seluruh tanah Palestina, sistem yang dipilih oleh rakyat harus ditegakkan sehingga dapat membuat keputusan mengenai isu-isu Palestina dan memutuskan nasib orang-orang seperti Netanyahu serta yang lainnya. Ini adalah satu-satunya cara efektif untuk memecahkan masalah Palestina dan membangun perdamaian."
Pemimpin Revolusi Islam Iran kemudian memberikan berita gembira tentang pembebasan al-Quds kepada kaum muda dan berkata, "Dengan bantuan Allah, ini akan tercapai. Kami harap Anda kaum muda akan melihat hari itu, dan Anda akan melihat hari itu, Insya Allah, kalian akan menunaikan shalat di Baitul Maqdis," imbuhnya.
"Penawar atas masalah kita dengan musuh yang kejam dan kuat adalah menjadi kuat," tegasnya. (RM)