Mar 28, 2020 13:06 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 28 Maret 2020
    Lintasan Sejarah 28 Maret 2020

1437 tahun yang lalu, tanggal 3 Sya'ban 4 HQ, Imam Husein as terlahir ke dunia.

Masa-masa indah kehidupan Imam Husein dirasakan saat ia hidup bersama kakeknya, Muhamad Saw. Imam Husein tumbuh besar dalam sebuah keluarga yang dipenuhi dengan kesempurnaan dan keutamaan akhlak. Keberadaan kedua orang tuanya, yaitu Imam Ali as dan Sayidah Fathimah sa yang merupakan dua manusia utama hasil didikan Rasulullah, telah membuat Imam Husein juga menjadi manusia yang dipenuhi dengan keutamaan dan makrifat akan hakikat  ilahiah. Selama hidupnya, saat Islam dihadapkan kepada bahaya, Imam Husein selalu tampil sebagai pembela.

 

Setelah saudaranya, Imam Hasan as, gugur syahid pada tahun 50 Hijriah, Imam Husein memegang tampuk imamah atau kepemimpinan atas umat Islam. Pada tahun 61 Hijriah, Imam Husein pun mengikuti jejak kakaknya dalam memperjuangkan agama Islam. Pada tahun itu, beliau bersama 72 anggota keluarga dan sahabatnya, bertempur melawan ribuan pasukan Yazid bin Muawiyah di Padang Karbala.

 

Imam Husein menolak untuk berbaiat atau menyerah kepada penguasa zalim itu. Beliau dan anggota kafilahnya menemui kesyahidan. Kisah tragis gugurnya Imam Husein di Karbala menjadi drama tragedi paling pahit dalam sejarah umat manusia. Akan tetapi, kisah ini justru menjadi sebab tetap tegaknya ajaran Islam di muka bumi ini dan selalu menjadi sumber semangat bagi perjuangan melawan kezaliman. Hari kelahiran Imam Husein di Iran diperingati pula sebagai hari Pasukan Garda Revolusi.

 

Image Caption

 

Kilang di Laut Utara Tenggelam

 

40 tahun yang lalu, tanggal 28 Maret 1980, kilang minyak tengah laut milik Alexander Kielland tenggelam di Laut Utara, 235 mil sebelah timur Norwegia, di tengah guncangan badai.

Setidaknya 123 orang tewas ketika salah satu kaki kilang rubuh terkena badai dan mengharuskan para pekerja dievakuasi. Namun, tidak semua pekerja berhasil sampai ke kapal penyelamat karena sebagian terlempar ke laut ketika kilang mulai miring.

Tim penyelamat segera dikerahkan, termasuk dari Norwegia dan beberapa kapal lokal. Masalah klasik, cuaca buruk, mempersulit pencarian.

Hasil investigasi menunjukkan salah satu kaki kilang itu memang bermasalah sehingga strukturnya akan cepat rubuh bila terkena guncangan. Akibatnya, proses rubuh kilang tersebut hanya membutuhkan 15 menit untuk kemudian tenggelam.

 

Ayatullah Mirza Ali Akbar Marandi Wafat

 

26 tahun yang lalu, tanggal 9 Farvardin 1373 HS, Ayatullah Mirza Ali Akbar Marandi meninggalkan dunia.

 

Ayatullah Ali Akbar Marandi lahir di kota Marand pada 1314 HS dari keluarga ulama. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar agama di kota kelahirannya, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya di Najaf, Irak. Beliau belajar pada guru-guru besar hauzah ilmiah Najaf selama 15 tahun seperti Syeikh Muhammad Muhsin Gharawi Isfahani, Mirza Naini, Agha Dhiya ad-Din Iraqi, Sayid Abul Hasan Isfahani.

 

Ayatullah Marandi selama 10 tahun belajar irfan dan sair suluk bersama teman sekamarnya Allamah Sayid Muhammad Husein Thabathabai kepada guru besar seperti Ayatullah Sayid Hossein Kouh Kamareh-i, Sayid Sadra Badkoubeh-i dan khususnya kepada Mirza Ali Qadhi Tabrizi Thabathabai. Beliau menguasai ilmu hadis, tafsir dan tentu saja masalah-masalah fiqih dan irfan.

 

Ayatullah Marandi tinggal di kota kelahirannya selama lebih dari 50 tahun dan selama itu pula beliau mengajar, menulis dan menuntun masyarakat ke jalan Allah. Beliau disebut oleh Allahmah Thabathabai sebagai bintang irfan yang terang benderang bersinar di langit.