Apr 02, 2020 16:38 Asia/Jakarta
  • perkembangan Iptek di Iran
    perkembangan Iptek di Iran

Seorang ilmuwan keturunan Iran di Fakultas Farmasi, Universitas Toronto, Kanada bersama rekan-rekan penelitinya, berhasil menemukan skin patch microneedle (obat tempel yang menggunakan jarum-jarum halus) cerdas yang dapat menyalurkan insulin ke bagian bawah kulit dengan menggunakan jarum-jarum halus, saat kadar gula darah menurun.

Di dunia saat ini, lebih dari 400 juta orang menderita penyakit diabetes. Diabetes memiliki berbagai tipe yang masing-masing menciptakan jenis permasalahan berbeda bagi para penderitanya. Tubuh penderita diabetes Tipe 1 secara alami tidak mampu memproduksi insulin. 
 
Sementara itu, insulin yang ada di tubuh penderita diabetes Tipe 2, tidak bisa bekerja dengan baik. Pada dua kondisi ini, cara paling efektif yang mungkin dilakukan untuk mengatur kadar gula darah adalah penyuntikan insulin. 
 
Di sisi lain penyuntikan insulin yang keliru merupakan masalah yang umum terjadi di antara para penderita diabetes tipe 1 dan 2. Salah satu dampak penyuntikan insulin yang keliru adalah rendahnya rasio gula darah atau Hipoglisemia yang pada kondisi parah bisa mengakibatkan kejang, koma atau bahkan kematian. 
 
Memperhatikan hal ini, para ilmuwan menciptakan sebuah skin patch microneedle cerdas untuk mencegah hipoglisemia pada para penderita diabetes.
 
Skin Patch komposit ini mengandung partikel polimer, dan hormon penambah gula darah atau Glukagon. Partikel polimer pada Skin Patch ini sensitif terhadap tingkat gula darah, dan saat mengalami hipoglisemia, dan gula darah di bawah 70 mg, ia akan menyalurkan glukagon ke bawah lapisan kulit dengan menggunakan jarum yang sangat halus tanpa rasa sakit. 
 
Dengan demikian, rendahnya gula darah dapat dicegah. Metode ini sukses diuji coba pada tikus yang menderita diabetes tipe 1. Menurut para peneliti, Skin Patch ini ditempelkan ke kulit tanpa rasa sakit sedikitpun, dan mengontrol kadar gula darah secara aman. 
 
Oleh karena itu, jika uji coba terhadap manusia berhasil dilakukan, maka pasien diabetes tidak perlu lagi mengecek kadar gula darahnya pasca penyuntikan insulin. Laporan lengkap hasil penelitian ini dimuat dalam pepustakaan online Advanced Materials.
 
----
 
Salah satu anggota Staf Akademik Pusat Riset Royan Iran, bersama sekelompok ilmuwan Italia, Swedia, dan Swiss menemukan metode sederhana, dan efektif untuk memproduksi sel punca terinduksi dengan bantuan virus pentransfer gen. 
 
Pemanfaatan sel punca terinduksi merupakan metode penting dalam terapi sel, dan pemodelan penyakit. Sel punca terinduksi pada kenyataannya adalah sebuah sel yang terdiferensiasi dari badan orang dewasa yang berubah menjadi sel punca melalui metode genetik di laboratorium. 
 
Dengan metode ini sel punca pluripotent milik orang tersebut digunakan untuk menyembuhkan penyakitnya. 
 
Penyakit-penyakit degeneratif banyak terjadi pada usia tua, maka dari itu produksi sel punca pluripotent pada orang lanjut usia, menjadi hal yang sangat penting, tapi produksi sel-sel ini pada orang lanjut usia, sekalipun berhasil, tidak terlalu berpengaruh, pasalnya ia menurunkan kekuatan pembelahan sel, aksebtabilitas rekayasa genetik, dan pemograman ulang sel orang lanjut usia secara signifikan.
 
Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti menciptakan metode sederhana, dan efektif untuk memproduksi sel punca terinduksi dengan bantuan virus pentransfer gen. 
 
Dengan metode baru ini, sel punca terinduksi diproduksi dalam bentuk efektif dari sel-sel dewasa pria berusia 105-107 tahun di lokasi yang tidak mengandung sel penyalur makanan, dan Sendai Virus. 
 
Hasil penelitian ini menunjukkan, Fibroblas orang berusia di atas 100 tahun diubah menjadi sel-sel punca terinduksi yang lebih efektif dengan menggunakan metode baru ini sehingga membuka kemungkinan pengobatan penyakit degeneratif pada usia lanjut menggunakan sel-selnya sendiri. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah PLOS One.
 
----
 
Royan Institute, Iran

 

Para peneliti di Universitas Arkansas, Amerika menemukan sejenis laser yang dapat menyinari sel-sel kanker dalam aliran darah dari permukaan kulit, dan membunuhnya. 
 
Sel-sel kanker menyebar di tubuh melalui perantara darah, dan para peneliti menemukan jenis laser baru yang dapat membunuh sel-sel tumor dari luar lapisan kulit. 
 
Meski alat ini masih pada tahap uji coba, dan membutuhkan waktu lama untuk bisa diproduksi massal, namun laser ini ribuan kali lebih sensitif dari metode-metode palacakan sel kanker yang ada saat ini.
 
Secara umum, para dokter dalam memeriksa tingkat penyebaran kanker di tubuh pasien, meneliti sampel darahnya, tapi dalam banyak kasus, sampel darah itu sendiri mengandung sel kanker, sehingga upaya tersebut menjadi sulit membuahkan hasil. 
 
Menurut direktur pusat ilmu kedokteran nano Universitas Arkansas, diagnosa tumor dalam darah terutama pada stadium awal, sangat sulit dilakukan. Jika hasil uji lab darah positif, artinya tingkat kekentalan sel kanker pada sampel darah sangat tinggi. Pada kondisi ini, kanker mungkin saja sudah menyebar di berbagai bagian tubuh, dan terlambat untuk mengobatinya.
   
Setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, para peneliti ini menemukan ide terkait sebuah metode alternatif non-invasif untuk menguji kuantitas darah yang lebih besar dengan sensitivitas lebih tinggi. 
 
Pertama para peneliti menguji metode ini di laboratorium kemudian mengujinya pada sampel binatang, dan akhirnya menguji coba pada manusia. Teknologi baru yang dinamai Cytophone ini membunuh sel-sel kanker dalam darah menggunakan dorongan cahaya laser dari luar permukaan kulit. 
 
Akan tetapi laser ini hanya membunuh sel-sel Melanoma kanker kulit, dan tidak mengganggu sel sehat, pasalnya sel-sel ini mengandung pigmen gelap bernama Melanin yang menyerap cahaya. Pada tahap selanjutnya, Cytophone melacak segala bentuk getaran yang disebabkan proses ini dengan menggunakan metode ultrasound.
 
Hingga kini, teknologi baru tersebut telah diuji pada 28 pasien Melanoma yang memiliki kulit terang, dan pada 19 relawan sehat. Para peneliti menyinari tangan pasien dengan laser ini. 
 
Mereka menyadari bahwa teknologi baru ini dapat mendeteksi tumor pada aliran darah pasien dalam waktu 10-60 detik. Hal yang menarik adalah para peneliti menyadari bahwa setelah proses pengobatan dengan bantuan laser ini, sejumlah sel kanker yang ada dalam darah pasien, mati. 
 
Menurut para peneliti, tujuan penelitian ini adalah untuk membunuh sel-sel kanker sehingga mencegah penyebarannya. Namun para peneliti mengaku akan melakukan penelaahan lebih dalam sehingga metode-metode untuk membunuh sel kanker dapat ditingkatkan. Di sisi lain alat ini juga harus diuji pada kulit yang lebih gelap.[]