Apr 25, 2020 15:36 Asia/Jakarta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump marah terhadap Republik Islam Iran dan mengancam akan menembak kapal negara ini. Trump mengamuk setelah 11 kapal Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) mengepung 6 kapal perang AS di perairan Teluk Persia pada 15 April 2020.

Presiden kontroversial AS itu pada pada Rabu (22/4/2020) melontarkan peringatan keras terhadap Iran. AS mengancam akan menghancurkan kapal Iran yang mengganggu kapal-kapal AS di laut.

"Saya telah menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menembak jatuh dan menghancurkan setiap kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal kami di laut," tulis Trump di akun twitternya pada Rabu.

Pusat Komando AS di Asia Barat, CENTCOM dalam sebuah pernyataan Kamis pagi, 16 April 2020 menyebutkan bahwa 11 kapal perang Iran melancarkan gangguan dengan mendekati enam kapal tempur AS pada hari Rabu.

Menurut pernyataan militer AS, kapal-kapal Iran mendekati 6 kapal militer AS ketika mereka sedang melakukan operasi integrasi dengan helikopter Angkatan Darat di perairan internasional. Di satu titik, kapal-kapal Iran dilaporkan mendekati kapal-kapal AS hingga jarak 10 meter.

Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami dalam acara peringatan HUT Militer Iran hari Jumat, 17 April 2020 menyinggung pernyataan CENTCOM dan menyebut kehadiran militer Amerika Serikat di Teluk Persia sebagai pemicu instabilitas regional.

Hatami mengatakan, kehadiran ilegal dan agresif pasukan Amerika di Teluk Persia memicu ketidakamanan.

Pernyataan Menhan Iran yang dikemukakan bertepatan dengan HUT Militer Iran ini menyampaikan pesan jelas bagi AS.

"Kami berada di rumah sendiri, sementara mereka datang dari belahan dunia lain untuk mengancam dan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara kawasan," tegas Brigjen Hatami.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif juga merespon pernyatan CENTCOM dengan memperingatkan AS mengenai cuitannya dua tahun lalu.

"Angkatan Laut AS tidak dapat menemukan jalannya di perairan Iran," tulis Zarif dua tahun lalu di akun Twitternya yang kembali diposting sebagai peringatan keras kepada CENTCOM.

"Nama Teluk Persia telah ada 2.000 tahun lalu jauh sebelum AS berdiri," cuit Zarif hari Kamis (16/4/2020).

"Mereka mungkin tidak tahu nama Teluk Persia atau tidak tahu apa yang mereka lakukan sekitar 7.000 mil dari rumah mereka di daerah Iran," tegas Menlu Iran.

Tehran telah berulangkali memperingatkan para pejabat AS bahwa mereka akan menghadapi reaksi keras dari Republik Islam jika sedikit saja menciptakan gangguan terhadap keamanan negara ini.

Sementara itu, Humas IRGC menyinggung perilaku tidak profesional Angkatan Laut AS di Teluk Persia, dan meminta agar Amerika menghindari segala bentuk petualangan, pemalsuan data dan kebohongan.

Humas IRGC, Minggu, 19 April 2020 menyebut narasi yang dibuat AL Amerika terkait insiden di Teluk Persia seperti film-film Hollywood.

Humas IRGC menegaskan, AL AS pada 6-7 April 2020 melakukan perilaku tidak profesional serta berbahaya, dan tanpa memperhatikan peringatan awal, menutup jalan kapal Iran di Teluk Persia untuk beberapa lama, sampai terpaksa menyingkir.

Pernyataan itu menambahkan, AL IRGC menambah patroli lautnya di Teluk Persia untuk mencegah berlanjutnya perilaku tidak profesional kapal-kapal AS, dan menjaga keamanan pelayaran kapal-kapal Iran, dan mencegah penyelundupan bahan bakar. 

"Pada 15 April 2020, setelah mengumumkan situasi penembakan di sejumlah wilayah latihan yang sudah ditetapkan dalam peta sebelumnya, 11 kapal cepat AL IRGC secara berkelompok dikerahkan ke lokasi dan berpapasan dengan kapal perang Amerika," imbuh pernyataan itu.

Menurut IRGC, karena tidak mematuhi peringatan pertama, melakukan langkah provokatif dan menunjukkan perilaku tidak profesional, kapal-kapal AS mendapat perlawanan dari pasukan Iran, dan akhirnya terpaksa menyingkir dari jalur kapal-kapal Iran.

Pada Juni 2019, sebuah pesawat nirawak mata-mata AS ditembak jatuh  oleh IRGC setelah memasuki zona udara Republik Islam Iran di sekitar gunung Mubarak di provinsi Hormozgan.

Sebuah jet tempur AS baru-baru ini juga mencoba memasuki zona udara Iran, tetapi mengubah rutenya setelah mendapatkan peringatan keras dari sistem pertahanan udara Republik Islam Iran.

Pengalaman menunjukkan setiap langkah AS yang dilakukan dengan dalih mewujudkan keamanan, justru faktanya lebih banyak menyulut ancaman terhadap negara-negara kawasan. Demikian juga dengan operasi militer AS di Teluk Persia. Setidaknya terdapat tiga motif kehadiran pasukan AS di Teluk Persia.

Pertama menghadirkan gambaran pejoratif mengenai Republik Islam Iran yang tidak realistis sebagai aktor penyulut instabilitas regional. Kedua, mengacaukan kawasan dan membentuk aliansi melawan Iran yang dilakukan bersamaan dengan penyebaran Iranophobia. Ketiga, Amerika Serikat menciptakan tantangan keamanan di kawasan demi membatasi kemampuan pertahanan Iran.

Tiga motif Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa tujuan utama Washington menyulut ketegangan di kawasan demi mencegah kerja sama keamanan antara negara-negara regional. Kini AS memasuki permainan baru dengan strategi menjadikan Iran sebagai ancaman kawasan, dan  menampilkan dirinya sebagai pembela keamanan Teluk Persia dan Selat Hormuz.

Menyikapi fakta ini, Iran telah mengundang negara-negara di kawasan untuk bekerja sama dalam rangka menjaga keamanan kolektif dengan menyodorkan prakarsa "Perdamaian Hormuz".

Pendekatan ini menunjukkan bahwa Republik Islam Iran memandang stabilitas dan keamanan Teluk Persia dan Selat Hormuz sebagai stabilitas dan keamanan bersama negara-negara kawasan dan dunia yang harus terus dijaga bersama. (RA)