May 07, 2016 09:42 Asia/Jakarta

Usaha dan kerja keras sangat mulia dalam agama Islam dan orang yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, ia adalah pribadi mulia dan mendapat rahmat Allah Swt. Dalam ajaran Islam, menganggur dan membebani orang lain merupakan sebuah perkara yang tercela. Di tengah masyarakat Islam, pemimpin tertinggi agama yaitu Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya tidak pernah meninggalkan kerja keras dan usaha.

Ada banyak riwayat yang mengisahkan bahwa mereka memenuhi biaya hidupnya dengan cara bekerja di kebun kurma dan lahan pertanian, atau dari upah menggali sumur. Hasil kerja keras mereka bahkan bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan orang-orang miskin. Dalam kultur seperti ini, buruh adalah seorang individu mulia dari sebuah masyarakat, di mana ketiadaannya bisa merusak komunitas tersebut dan meruntuhkan wibawa mereka.

Penghargaan yang diberikan Islam kepada kerja dan buruh tidak ditemukan di banyak budaya lain. Jadi, tidak heran jika ditemukan banyak konflik serius antara buruh dan majikan di sepanjang sejarah Barat dan menyisakan dampak tragis. Hari Buruh pada umumnya diperingati pada tanggal 1 Mei dan dikenal dengan sebutan May Day. May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pertentangan antara buruh dan majikan merupakan salah satu ciri khas budaya kapitalisme Barat, di mana jenis pekerjaan yang menguras tenaga dan kekuatan fisik dianggap sebagai sebuah kehinaan dan kelas rendah. Pertentangan ini tidak ditemukan dalam budaya Islam orisinil, karena para tokoh agama telah memberi keteladanan dalam bekerja keras serta menilainya sebagai sumber kemuliaan dan kebahagiaan.

Pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran, para pemimpin revolusi senantiasa menekankan kedudukan khusus kalangan buruh dalam mencapai kemandirian dan kemuliaan negara. Hari Buruh Sedunia selalu dijadikan momentum untuk mengingat kembali pentingnya kerja keras dan buruh, serta disambut hangat oleh para pemimpin revolusi. Sudah menjadi agenda tahunan bahwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei selalu mengundang ribuan buruh untuk berdialog bersama.

Dalam pidatonya pada peringatan May Day di Tehran, Rahbar megucapkan selamat Hari Buruh kepada para pekerja di seluruh Iran dan mengatakan, "Hari ini, saya menyampaikan rasa hormat kepada kalian dan semua keluarga besar buruh di Iran. Saya memohon bantuan Allah Swt agar kita semua diberi kekuatan dalam menunaikan kewajiban kita di hadapan keluarga besar buruh."

Ayatullah Khamenei menilai konsep kerja sangat luas dan mencakup seluruh pekerjaan ilmiah, keagamaan, manajemen, produksi, jasa, dan promosi. Beliau menuturkan, "Kerja dengan makna luas yang sudah saya sampaikan merupakan pembentuk diri manusia dan juga pembentuk masyarakat. Jadi, ia benar-benar bernilai. Menganggur, bermalas-malasan, membuang-buang waktu, menyia-nyiakan masa muda, kekuatan berpikir, dan kekuatan fisik adalah perbuatan yang tercela dan bertentangan dengan nilai. Inilah logika Islam. Siapa saja yang menunaikan tugasnya di tempat ia bekerja, maka ia sedang membangun sebuah nilai. Dan jika tugas itu dilakukan karena Allah Swt, maka ia akan terhitung ibadah dan mendapat pahala."

Islam menganggap kerja dan usaha di dunia ini sebagai sumber kemuliaan ukhrawi manusia dan menghitungnya sebagai ibadah. Rasul Saw tatkala bersalaman dengan salah seorang penduduk Madinah bersabda, "Kenapa telapak tanganmu kasar sekali?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah! Pekerjaanku ini membelah batu setiap hari dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluargaku, karena itulah tangan saya kasar.” Mendengar hal itu, Rasulullah pun langsung menggenggam tangan si tukang batu dan menciumnya, seraya bersabda, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka."

Di bagian lain pidatonya pada peringatan May Day, Ayatullah Khamenei secara khusus berbicara tentang masyarakat buruh yang aktif di sektor produksi, industri, pertanian, dan jasa. Rahbar menyebut masyarakat buruh Iran sebagai sebuah komunitas yang setia kepada sistem pemerintahan Islam dan negara. Beliau juga mengapresiasi sepak terjang buruh pada peristiwa-peristiwa penting di permulaan revolusi dan setelahnya.

Rahbar mencatat bahwa selama perjuangan revolusi bangsa Iran, kaum Marxis berupaya mengubah haluan gerakan rakyat ke arah revolusi buruh dengan definisi Marxisme sehingga bisa merebut manajemen kerja dari tangan masyarakat Muslim dan kubu agamis. Akan tetapi, masyarakat buruh dengan kewaspadaan dan kearifan berhasil menggagalkan konspirasi itu.

Ayatullah Khamenei kemudian menyinggung slogan tahun ini yaitu Ekonomi Muqawama; Aksi dan Tindakan, dan menilai peran masyarakat buruh dalam mencapai tujuan tersebut sangat penting. Peran buruh pada tahap pertama adalah rasa tanggung jawab yakni, buruh harus punya rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya dan ia harus melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Semua individu harus berpikir untuk meningkatkan kualitas kerja, perbuatan ini akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya maupun masyarakat.

Rahbar menilai usaha untuk meningkatkan kualitas kerja sebagai sebuah kebutuhan, dan menegaskan bahwa keterampilan buruh perlu ditingkatkan demi menambah kualitas kerja. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan teknis dan keterampilan, serta menganggap penting peran pemerintah dan pengusaha di sektor ini. Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu cara lain untuk meningkatkan kualitas adalah pemenuhan keamanan kerja buruh. Rahbar menilai perkara penting ini menjadi tanggung jawab pemerintah, pengusaha, dan para pemilik perusahaan.

Ayatullah Khamenei menuturkan, penutupan pabrik-pabrik merupakan sebuah pukulan besar bagi keamanan kerja buruh, dan meminta pemerintah untuk mencegah penutupan pabrik akibat kurangnya insentif kepada pengusaha. Rahbar menambahkan bahwa ulah mafia juga menjadi alasan lain dalam pemutusan hubungan kerja dan mendesak para pejabat terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Pada kesempatan itu, Rahbar menekankan pentingnya untuk menggalakkan pemakaian produk-pruduk dalam negeri dan menyebut langkah penting ini sebagai salah satu alasan keberhasilan buruh. Beliau juga menilai keselamatan lingkungan kerja, peningkatan upah, dan pemangkasan biaya-biaya yang tidak perlu sebagai faktor-faktor kesejahteraan kalangan buruh.

Di bagian lain, Ayatullah Khamenei memperkenalkan pertentangan dan konflik antara buruh dan majikan sebagai landasan pemikiran Marxisme. Sementara dalam pemikiran Islam, majikan dan buruh adalah bukan dua unsur yang saling bertentangan, tapi dua mitra dan rekan kerja. Menurut Rahbar, salah satu tugas penting pemerintah untuk menggairahkan sektor produksi adalah membantu mereka untuk memenuhi sarana produksi seperti, bahan baku, likuiditas, dan kemudahan ekspor barang.

Dalam pandangan Rahbar, langkah urgen lainnya adalah mendukung produk dalam negeri yaitu, melarang impor barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri. Menurutnya, penjualan dan penggunaan produk asing harus menjadi sebuah perkara yang bertentangan dengan nilai dan meminta pemerintah untuk mengontrol kran impor secara terarah dan terencana. Ayatullah Khamenei juga menyebut penyelundupan sebagai racun bagi produksi dalam negeri dan mengkritik kurangnya tindakan untuk memberantas penyelundupan. Rahbar mendesak pemerintah untuk secara serius memerangi penyelundupan terorganisir.

Kemajuan di bidang teknologi modern juga perlu dicapai untuk meningkatkan kualitas produk-produk dalam negeri. Rahbar menandaskan, keahlian kalangan akademisi Iran harus dimanfaatkan demi mencapai teknologi modern dan ini harus diwujudkan dengan membangun interaksi antara universitas dan industri. Berbicara tentang kesuksesan para ilmuwan muda Iran di berbagai bidang, Ayatullah Khamenei mengatakan, ilmuwan Iran punya kemampuan untuk mengaplikasikan teknologi modern dunia di sektor produksi dan kapasitas ini harus dimanfaatkan.

Dalam pidatonya, Rahbar juga menyoroti hambatan yang diciptakan oleh musuh-musuh Republik Islam Iran termasuk Amerika Serikat dan menandaskan, "Kecurigaan kami kepada Amerika didasarkan pada permusuhan terang-terangan mereka." AS tidak melaksanakan komitmennya dalam perundingan nuklir dengan Iran. Dalam tindakan, AS melarang bank-bank, lembaga keuangan, dan perusahaan perdagangan untuk bekerjasama dengan Iran.

"Kami sudah 37 atau 38 tahun menghadapi musuh itu dan kami sudah maju. Jika permusuhan itu juga berlanjut sampai 100 tahun lagi, kami juga akan selalu mencapai kemajuan dalam rentang waktu 100 tahun itu," tegas Rahbar.

Rahbar menandaskan bahwa AS adalah musuh Iran dan permusuhan mereka berkaitan dengan prinsip gerakan rakyat, dengan prinsip revolusi, dan dengan prinsip sistem pemerintahan. AS tempo dulu menjadi raja di negara ini, tapi sekarang bahkan tidak punya kedutaan di negeri ini. Setelah sistem Islami tampil memerintah, AS mulai memusuhi sistem Islami dan mereka ingin terciptanya situasi seperti di masa lalu, tapi Iran dengan semua ketertindasannya adalah sebuah negara yang kuat dan AS tidak akan pernah mencapai tujuannya.


Tags