Sep 01, 2020 21:11 Asia/Jakarta

Belum lama ini, Rusia mendapat kritik terkait transparansi pengembangan vaksin Virus Corona, COVID-19, Sputnik V. Rusia mulai mempublikasikan data riset dan informasi terkait pengembangan vaksin Sputnik V ke publik.

Menurut RDIF (Dana Investasi Langsung Rusia) yang mengelola pendanaan untuk pengembangan vaksin Sputnik V, dan Institut Gamaleya yang menjalankan penelitian vaksin tersebut, mereka telah mempublikasikan data pendekatan basis penelitian human adenovirus.

Pimpinan Eksekutif RDIF Kirill Dmitriev di Moskow, Rusia, seperti dikutip dari Antara, Jumat, 21 Agustus 2020 mengatakan, RDIF dan Institut Gamaleya berupaya untuk transparansi maksimal karenanya kami mengunggah semua informasi tentang vaksin adenovirus di sputnikvaccine.com.

Basis penelitian human adenovirus untuk vaksin COVID-19 dipilih Rusia karena disebutnya mempunyai hasil yang paling jelas dan baik terhadap sejumlah penyakit infeksi, misalnya Ebola.

Menurut Kirill Dmitriev, pendekatan itu dalam pengembangan vaksin telah dilakukan mulai tahun 1953, dan Angkatan Darat Amerika Serikat pun menggunakannya sejak 1971 hingga saat ini.

Penjelasan Dmitriev ini adalah tanggapan terhadap sejumlah respon miring atas persetujuan regulasi yang diberikan kepada vaksin Sputnik V. Sebelumnya, vaksin Sputnik V dinilai sebagian kalangan terlalu dini karena pemerintah Rusia tak pernah membuka data maupun informasi penelitian ke publik.

Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar pada 12 Agustus 2020 menuding Rusia menutup-nutupi informasi terkait riset dan hasil pengujian klinis Sputnik V.

Tudingan itu dilontarkan sehari setelah Rusia mengumumkan menjadi negara pertama yang mempunyai vaksin COVID-19 yang teregistrasi. Pada 11 Agustus 2020, pemerintah Moskow mengumumkan bahwa mereka telah mendaftarkan vaksin Covid-19 pertama dan menamainya Sputnik V.

Rusia menjalankan uji klinis tahap III, sebagai tahap lanjutan untuk mengkaji kemanjuran, imunogenisitas (proses memicu respons imun), dan keamanan vaksin Sputnik V. Uji klinis itu melibatkan sekitar 40.000 orang.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan bahwa putrinya sendiri telah diberi satu dosis vaksin Sputnik. (RA)